BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan Agency Theory menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan
orang lain agent untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut
Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho Pramuka, 2007. Manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya memiliki lebih banyak informasi
seputar perusahaan daripada pemilik perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk kemajuan perusahaan di masa depan, manajer wajib
memberikan signal kepada pemilik. Namun, informasi yang disampaikan manajer seringkali tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Hal ini dikarenakan adanya kepentingan manajer yang tidak sejalan dengan pemilik.
Pemilik perusahaan, dalam teori keagenan Agency Theory, diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka dalam perusahaan, sedangkan para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang
menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan inilah
Universitas Sumatera Utara
masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan pribadi. Prinsipal menginginkan return yang besar dan cepat atas investasi mereka
dan menilai prestasi manajer berdasarkan kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian dividen. Untuk
memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat insentif yang tinggi, manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar seolah-
olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam kinerja manajer.
2. Bank
Pengertian bank dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bank berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance 2004 mendefinisikan bank sebagai lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada
dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank seringkali menghadapi risiko, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, maupun risiko
reputasi Komite Nasional Corporate Governance, 2004. Dunia perbankan memiliki peraturan yang rumit dalam kegiatannya dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
industri lainnya. Sebagai contoh, bank harus memenuhi giro wajib minimum yang ditetapkan BI. Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan pada dasarnya
adalah untuk melindungi kepentingan rakyat selaku penyimpan dana.
3. Manajemen Laba