Identifikasi pada Tokoh Ajo Kawir

56

3.4.1 Identifikasi pada Tokoh Ajo Kawir

Identifikasi yang terdapat pada tokoh Ajo Kawir ditunjukkan dari kedekatannya dengan tokoh Iwan Angsa. Iwan Angsa merupakan ayah dari Si Tokek. Ajo Kawir menilai bahwa Iwan Angsa merupakan pribadi yang sukses dalam hidupnya. Iwan Angsa pernah menjadi preman yang ditakuti oleh banyak orang. Kesuksesan Iwan Angsa tidak hanya terletak ketika ia menjadi preman di masa mudanya melainkan ia yang kemudian bertobat dan memperbaiki dirinya hingga menjadi seorang lelaki yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Iwan Angsa sendiri menganggap Ajo Kawir sebagai anaknya. Iwan Angsa merupakan tokoh yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang dilakukan oleh Ajo Kawir dan Si Tokek. Identifikasi yang terjadi pada Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya dengan berusaha memperkuat superego . “Namanya Ajo Kawir, Ia dalam perlindunganku, segala yang terjadi padanya menjadi tanggung jawabku, maka aku lebih suka ia tak menerima tawaranmu. Tapi dengan atau tanpa tawaranmu, ia akan pergi ke sana- kemari berkelahi dengan orang. Cepat atau lambat ia bisa mati karena itu. Jadi mungkin ada baiknya ia berkelahi dan memperoleh d uit karena itu.” Kurniawan, 2014: 69 “Ayahnya sudah menyerah dengan semua kelakuan Ajo Kawir, hingga suatu hari ia datang menemui Iwan Angsa dan berkata kepadanya, “Aku tak tahu apa lagi yang harus kulakukan. Ia tak mau mendengarkanku.” Kurniawan, 2014: 73 “Tapi sejak saat itu, Iwan Angsa menjadi satu-satunya orang yang mengawasi semua kelakuannya. Iwan Angsa tahu kapan dan dengan siapa ia be rkelahi.” Kurniawan, 2014: 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Dari tokoh Iwan Angsa inilah Ajo Kawir sering mendapatkan nasihat, terutama nasihat agar berperilaku baik dan menjauhi masalah. Hal ini semakin memperkuat superego milik Ajo Kawir yaitu untuk berperilaku baik karena ia beranggapan bahwa segala macam bentuk perilaku manusia akan dipertanggung jawabkan di akhirat. “Iwan Angsa berkali-kali menasihatinya, terutama soal berkelahi merupakan cara paling buruk untuk bertahan hidup. Tapi sangat jelas Ajo Kawir tak mendengar nasihat-nasihatnya, terutama setelah kemaluannya tak bisa berdiri.” Kurniawan, 2014: 72

3.4.2 Identifikasi pada Tokoh Si Iteung