48
seksual dalam bentuk regresi, sublimasi, dan identifikasi yang terdapat pada ketiga tokoh yakni Ajo Kawir, Si Iteung, dan Mono Ompong.
3.2 Regresi
Regresi adalah kembali ke masa-masa di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Dapat dikatakan pula pengulangan kembali tingkah laku yang
cocok bagi tahapan perkembangan atau usia sebelumnya yakni perilaku kekanak- kanakan Berry, 2001: 82. Bentuk pengalihan dari hasrat seksual ini
memperlihatkan bahwa ketiga tokoh merasa nyaman dengan tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku anak kecil ketika sedang mengalami
kecemasan. Rasa cemas mereka timbul karena
ego
mendapat dorongan dari
id
yang berupa hasrat seksual.
3.2.1 Regresi pada Tokoh Ajo Kawir
Regresi yang dialami oleh Ajo Kawir merupakan bentuk pengalihan trauma miliknya. Hal ini dapat dibuktikan dari tingkah laku kekanak-
kanakan Ajo Kawir yaitu menangis. Ajo Kawir kedapatan menangis di emperan toko milik ibu Si Tokek. Sikap kekanak-kanakannya ini muncul
karena rasa cemas. Ia merasa cemas jika perkelahiannya dengan Si Macan akan berujung pada kekalahan bahkan kematian. Ia yang tengah jatuh cinta
kepada Si Iteung merasa takut jika kekalahannya membuat dirinya tidak bisa bertemu lagi dengan gadis yang dicintainya. Rasa cemas dan gelisah
ini kemudian ia alihkan dengan menangis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
“Sudah lama Si Tokek tak melihat Ajo Kawir berurai air mata, tapi saat itu ia kembali melihatnya. Ia pergi ke toko dan kembali membawa sebotol bir
yang telah terbuka, menyodorkannya ke pada Ajo Kawir.” Kurniawan,
2014: 96 Ajo Kawir berencana untuk membatalkan tantangannya berkelahi
dengan Si Macan, akan tetapi ia sudah terlanjur terang-terangan berteriak menantang Si Macan di kampungnya. Hal inilah yang membuat Ajo Kawir
merasa dilema.
Superego
miliknya melarang untuk berkelahi dengan Si Macan, tetapi dorongan
id
miliknya mendominasi
ego
.
Ego
tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk kecemasan. Kecemasan yang timbul
ini kemudian dialihkan dengan sikap menangis.
3.2.2 Regresi pada Tokoh Si Iteung
Regresi yang dialami oleh Si Iteung merupakan bentuk pengalihan trauma
miliknya. Regresi atau tingkah kekanak-kanakan Si Iteung dapat dibuktikan dari dirinya yang tengah menangis sembari menahan kaki Ajo
Kawir yang hendak pergi meninggalkan rumah. Hal ini bermula dari Ajo Kawir yang mengetahui bahwa dirinya tengah mengandung seorang anak.
Tentu anak dalam kandungannya bukanlah anak dari Ajo Kawir melainkan anak dari hubungannya dengan Budi Baik. Hubungannya dengan Budi Baik
terjadi karena perkembangan
superego
miliknya.
Superego
yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi
lelaki seharusnya bisa memberikan keturunan terlebih kepuasan secara seksual. Si Iteung yang tidak mendapatkan pemenuhan
superego
dari Ajo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kawir lantas mengalihkan
superego
nya pada Budi Baik. Kehamilan yang menimpa dirinya memicu timbulnya kembali pengalaman traumatisnya. Ia
merasa bahwa dirinya telah mendapatkan pelecehan seksual dari Budi Baik. “Perek, gumamnya, sambil berbalik hendak pergi meninggalkan Iteung.
Tapi Iteung dengan sigap menangkap kedua kakinya, memeluknya erat. Ajo Kawir hampir ambruk karenanya. Selama beberapa saat ia terus berusaha
melangkah dan Iteung harus terseret oleh kakinya. Ia berhenti, sementara Iteung terus mendekap kedua kakinya, tak mau melepaskannya, dan terus
menangis.” Kurniawan, 2014: 157
Sikap kekanak-kanakan Si Iteung berhubungan dengan rasa cemas dan takut jika Ajo Kawir mengetahui perihal kehamilannya bahkan memutuskan
untuk pergi meninggalkan rumah dan tidak akan kembali lagi. Hal ini terbukti dengan sikap Ajo Kawir yang memutuskan pergi dari rumah dalam
keadaan marah setelah mengetahui dirinya hamil. Sikap cemas yang dialami oleh Si Iteung merupakan
ego
yang timbul akibat dorongan dari
superego
miliknya.
Superego
Si Iteung mengalami sebuah dinamika timbul dan tenggelam. Hal ini dapat dibuktikan dari
superego
Si Iteung yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami berkembang menjadi
lelaki seharusnya dapat memberikan keturunan terlebih kepuasan secara seksual. Dominasi
superego
mempengaruhi
ego
yang berujung pada kehamilan. Kehamilan yang menimpa dirinya membuat ia ditarik kembali
untuk mengingat pengalaman traumatisnya. Si Iteung berusaha membangun kembali
superego
nya yang beranggapan bahwa lelaki adalah teman dan suami dengan cara mengalihakan
ego
nya kepada Budi Baik. Dominasi
ego
51
kemudian direalisasikan dengan menghajar Budi Baik hingga tewas. Perbuatannya ini kemudian ia pertanggungjawabkan dengan menyerahkan
diri kepada polisi.
3.2.3 Regresi pada Tokoh Mono Ompong