masa itu semua organisasi, baik yang berhaluan sosial, politik, dan basis agama menyatukan kekuatan dalam sebuah gerakan dan memainkan peranannya dalam
politik nasional. dan dalam perkembangannya, inisisiatif warga negara membentuk partai politik yang didasari berbagai macam kepentingan yang ingin
disalurkan dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu argumen mendasar dibentuknya partai politik adalah ideologi, rumusan gagasan
dan cita masyarakat yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Secara umum Miriam Budiardjo menagtakan bahwa partai Politik
adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah
untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan jalan konstitusional untuk melaksanakan kebijakan mereka.
31
1. Fungsi Artikulasi Kepentingan
5.2. Fungsi dan Tujuan Partai Politik
Menurut berbagai ahli dan penulis ilmu politik terdapat berbagai penafsiran terhadap fungsi partai politik, demikian juga berlaku disetiap negara-
negara dimana fungsi politik itu berbeda-berbeda menurut keinginan yang ingin di capai negara tersebut. Dalan negara demokrasi partai politik memiliki atau
menyelenggrakan beberapa fungsi, partai politik secara umum memiliki fungsi yaitu :
Artikulasi kepentingan adalah suatu proses pengimputan berbagai kebutuhan, tuntutan dan kepentingan melalui wakil-wakil kelompok yang masuk
dalam lembaga –lembaga legislatif, agar kepentingan, tuntutan dan kebutuhan kelompoknya dapat terwakili dan terlindungi dalam perbuatan kebijakan umum
31
Budiarjo, Opcit, hal 160
2. Fungsi Agregasi Kepentingan
Agregasi kepentingan merupakan cara bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda, digabungkan menjadi
alternatif-alternatif pembuatan kebijakan umum. Agregasi kepentingan di jalankan dalam sistem politik yang memperbolehkan persaingan partai secara terbuka,
fungsi organisasi itu terjadi di tingkat atas, mampu dalam birokrasi dan berbagai jabatan militer sesuai dengan kebutuhan dari rakyat
32
3. Fungsi Sosialisasi Politik
.
Partai politik juga memiliki sarana sosialisasi. Sosialisasai politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana berada. 4.
Fungsi Komunikasi Politik. komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang dilakukan oleh partai
politik dengan segala struktur yang tersedia, yakni mengadakan komunikasi informasi, isu dan gagasan politik. Media-media massa banyak berperan sebagai
alat komunikasi politik dan membentuk kebudayaan politik
33
5. Fungsi Pengaturan Konflik
.
Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan tetapi
di dalam masyarakat yang heterogen sifatnya, maka persoalan perbedaan pendapat itu, apakah ia berdasarkan perbedaan etnis, status sosial ekonomi atau agama
mudah sekali mengandung konflik. Pertikaian-pertikaian semacam ini dapat
32
ibid., hal.17
33
Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Pustaka Pelajar, Jogyakarta, 2004, hal 103.
diatasi dengan bantuan partai politik, sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat negatifnya sedemikian mungkin.
6. Fungsi Rekruitmen Politik
Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administrative maupun
politik. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda. Pola rekrutmen anggota partai disesuaikan dengan sistem politik yang dianutnya. Di
indonesia, perekrutan politik berlangsung melalui pemilu, setelah setiap calon peserta yang diusulkan oleh partainya diseleksi secara ketat oleh semua badan
resmi, seleksi ini dimulai dari seleksi administratif, penelitian khusus yakni penyangkutan kesetian pada ideologi negara
34
1. Tujuan umum partai politik
. Menurut Sigmun Nauman bahwa didalam negara demokratis, partai politik
mengatur keinginan dan aspirasi berbagaai golongan dalam masyarakat. Di dalam pasal 5 undang-undang nomor 31 tahun 2002 dijelaskan bahwa tujuan partai
politik ada 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. b.
Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi nilai kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 2.
Tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
34
Khoirudin, Ibid., hal. 99
BAB II URAIAN TEORITIS
1 Perbandingan Politik
Studi perbandingan adalah bidang di dalam Ilmu Politik yang acap kali mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan studi intensif untuk
mengurangi kekakuan dalam sistem politik yang ada. Perbandingan melibatkan sebuah abstraksi situasi atau proses konkrit yang tidak pernah dibandingkan
semata, setiap fenomena diharapkan merupakan peristiwa yang unik; setiap manifestasi adalah unik; setiap individu dan perilakunya adalah unik.
Melakukan perbandingan dalam studi politik, hanya akan memberikan sebuah teori politik yang secara umum, tetapi secara perlahan melalui berbagai
proses akan terjadi pengembangan kondisi. Singkatnya pendekatan yang nantinya dilakukan dalam proses memperbandingkan juga akan menentukan deskripsi
pendekatan, apakah akan terbatas pada pendekatan lembaga pemerintahan yang dibentuk secara formal atau lebih pada sebuah kontekstual dalam pembongkaran
kekuatan-kekuatan politik yang melatari yaitu ideologi. Pengembangan terhadap sebuah abstraksi situasi akan membentuk
relevansi dengan kekuatan kategori umum, sebuh relevansi yang terhimpun dari berbagai perbandingan yang dilakukan melalui peristiwa dan fenomena politik
yang terjadi. Yang kesemua pada gilirannya dapat mengarahkan kesimpulan dan tanggapan kita kepada sebuah pandangan umum mengenai stabilitas politik;
makanya diperlukannya pengkajian terhadap fenomena yang terjadi dalam studi ilmu politik
15
15
Macridis, Roy, Perbandingan Ilmu Politik, Jakarta, 1992 hal 5.
.
Secara garis besar tinjauan didalam perbandingan ilmu politik dari awal perkembangannya sampai dengan kondisi politik yang mutakhir, terdapat
beberapa teori yang mendukung
16
Dalam sebuah kaitannya dapatlah dipahami bahwa setiap manifestasi sikap, hubungan, motivasi dan ide dalam masyarakat merupakan relevansi dalam
kegiatan politik. Secara sederhana polituk dapat dipahami sebagai sebuah aspirasi dalam membentuk sebuah kepentingan, yang diawali dengan sebuah tuntutan dan
akhirnya menghasilkan sebuah keputusan serta konsensus bersama. Dan dalam memahami sebuah fenomena politik yang ada diperlukannya sebuah pemahaman
holistik tentang potensi potensial politik dan memahami bahwa ada sebuah sikap yang dianggap bertentangan yaitu sebuah sikap apolitis. Semua terbentuk pada
ruang dan waktu yang berbeda tetapi semua menyangkut kegiatan politik dalam sebuah wadah partisipasi politik.
, yakni; Pertama, Teori sistem, seperti apa yang diutarakan David Easton di dalam bukunya “The Political System”, yang memuat
mengenai konsep input dan output politik, tuntutan dan dukungan serta umpan- balik terhadap keseluruhan sistem yang saling berhubungan. Kedua, Teori
Budaya, berangkat dari karya tradisional tentang budaya dalam dunia antopologi, studi sosialisasi dan kelompok-kelompok kecil dalam sosiologi; serta konsep
kebudayaan yang dikaitkan dengan konsep negara dan budaya-budaya nasional. Ketiga, Teori Pembangunan, kemunculan negara di dunia ketiga mendorong
kemunculan teori ini, yang tercurahkan pada wawasan keterbelakangan dan potensi untuk memajukan diri unruk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah
bangsa, yang kesemua terkait dalam pola modernisasi politik.
16
Chilcote, Ronald, Teori Perbandingan Politik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 11-13.
Dalam melihat struktural kelembagaan pemerintahaan maka dianggap penting mempelajari pelaku elite-elite pemerintahan yang menggunakan
kekuatannya untuk mendapatkan kekuasaan. Kita harus melihatnya dari sebuah sisi dimana segala aktivitas politiknya merupakan sebuah jalan pemecahan
permasalahan dan berorientasi pada sebuah tujuan, sebuah aktivitas yang merupakan ciri khas dalam sebuah fenomena politik.
Komplotan elit pada umumnya mengambil keputusan akan perencanaan yang bersifat menguntungkan posisi mereka, yang dalam studi dan penilaiannya
jauh lebih menguntungkan kelompoknya daripada masyarakat secara luas
17
. Tindakan dan kehendak yang dijalankan oleh kelompok elite kembali sebagai
sebuah penentu berjalannya lembaga pemerintahan dengan menunjukan kondisi- kondisi yang seolah membatasi ruang kebebasan individu.
Konsepsi pemikiran dan perbandingan politik, adalah bertujuan untuk melihat dan penekanan pada pergolakan sosial dan konsensus yang terbangun, dan
tidak pula tertutup kemungkinan akan terjadinya konflik di dalam masyarakat. Mulai dari pemahaman yang konservatif sampai dengan pemahaman yang radikal
tentang negara dan tujuannya, semua merupakan dan interpertasi terhadap analisis peran negara dalam kondisi yang temporer. Lewat berbagai diskursus tentang
teori perbandingan, maka kedepannya diharapkan akan menghasilkan sebuah implikasi yang nyata dalam memberikan kontribusi pemikiran politik serta ruang
untuk mencapai sebuah sistem yang muncul dari kondisi latar belakang sosial- politik masyarakat.
17
Shonfield, Andrew, Kapitalisme Modern, Terjemahan dari Modern Capitalism, London; Oxford University, 1965.
2. Partisipasi Politik