penting. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:
“Bagaimana Strategi Pemenangan Calon Anggota Legislatif Perempuan Terpilih DPRD Kota Medan dalam Pemilu Legislatif 2009?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1
Untuk mengetahui teknik dan strategi kampanye yang dilakukan Caleg perempuan dalam upaya pemenangannya dalam Pemilu legislatif DPRD
Kota Medan 2009. 2
Untuk mengetahui peran dan kedudukan perempuan dalam keterlibatannya pada partai politik.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1
Manfaat Akademis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi baru dalam pengembangan khasanah ilmu politik pada para mahasiswa
pada umumnya, dan bagi mahasiswa ilmu politik khususnya.
2 Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat mejelaskan secara
realitas pelaksanaan strategi kampanye yang dilakukan oleh caleg
perempuan dalam pemilu legislatif Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
E. Landasan Teori
E.1 Partriarki
Patriarki adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sistem sosial di mana kaum laki-laki sebagai suatu kelompok mengendalikan kekuasaaan atas
kaum perempuan.
10
Engels berpendapat bahwa asal mula patriarki berkaitan dengan mulai adanya pemilikan pribadi dan pewarisan yang berujung pada
pengaturan jenis kelamin perempuan dalam satuan keluarga monogami. Namun pendapat itu dikritik karena mereduksi subordinasi perempuan pada faktor-faktor
ekonomis dan ketidakmampuannya menjelaskan ketimpangan gender dalam masyarakat pra dan pasca-kapitalis.
11
Patriarki menurut Kamla Bhasin adalah sistem yang selama ini meletakan kaum perempuan terdominasi dan tersubordinasi patriarki. Hubungan antara
perempuan dan laki-laki bersifat Hierarkis : yakni laki-laki berada pada kedudukan dominan sedangkan perempuan sub-ordinat, laki-laki menentukan,
perempuan ditentukan Dalam hal ini, perdebatan feminis pun
berkisar di seputar soal kemungkinan mengembangkan teori umum tentang patriarki.
12
Dalam hal ini yang penting diperhatikan adalah ciri khas masalah patriarki yang selalu ada dimana-mana dan perubahannya sepanjang sejarah maupun
perwujudannya yang berbeda-beda secara kultural. Ideologi ini dianggap merupakan salah satu dari basis penindasan perempuan karena,menciptakan watak
feminim dan maskulin yang melestarikan patriarki, memperkuat pembatas antara privat dan publik, aerta membatasi gerak dan perkembangan perempuan serta
memproduksi dominasi kaum laki-laki.
10
Peter Beilharz, Teori-Teori Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hal.18
11
Ibid
12
Dapat dilihat di : http:amienstein.tripod.com, Diakses pada tanggal 09 Mei 2009
Universitas Sumatera Utara
E.2 Feminisme
Feminisme sebagai filsafat dan gerakan dapat dilacak dalam sejarah kelahirannya dengan kelahiran pada era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh
Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah
kota di selatan Belanda pada tahun 1785. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit
putih di Eropa. Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood. Kata feminisme dikreasikan
pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pergerakan center Eropa ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak
publikasi John Stuart Mill, the Subjection of Women 1869.
13
Pada awalnya gerakan ini memang diperlukan pada masa itu, dimana ada masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Sejarah dunia
menunjukkan bahwa secara umum kaum perempuan feminin merasa dirugikan dalam semua bidang dan di nomor duakan oleh kaum laki-laki maskulin
khususnya dalam masyarakat yang patriarki sifatnya. Dalam bidang-bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan lebih-lebih politik hak-hak kaum ini biasanya memang
lebih inferior ketimbang apa yang dapat dinikmati oleh laki-laki, apalagi masyarakat tradisional yang berorientasi agraris cenderung menempatkan kaum
laki-laki di depan, di luar rumah dan kaum perempuan di rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era
Liberalisme di Eropa dan terjadinya
13
Dapat dilihat di http :www.Wikipedia.com, diakses pada tanggal 28 April 2008
Universitas Sumatera Utara
Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang gemanya kemudian melanda Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.
14
Secara umum yang menjadi momentum perjuangan feminisme yaitu mengenai gender inequality, hak-hak perempuan, hak reproduksi, hak berpolitik,
peran gender, identitas gender dan seksualitas. Gerakan feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan dari:
rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.
Feminisme sendiri lahir akibat dari proses perdebatan mengenai kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan. Perdebatan yang telah membentuk
teorisasi feminisme secara lebih jelas dan meyakinkan selama era 1980an dan 1990an telah menjadi perdebatan mengenai persamaan dan perbedaan. Aliran ini
kemudian berkembang dengan munculnya pembahasan tentang ketidakadilan gender yang dialami perempuan yang muncul pada akhir abad ke-20, yaitu pada
gelombang II gerakan feminisme di barat Eropa dan Amerika yang kemudian disebut ke dalam feminisme Anglo Amerika.
15
Umumnya, pengertian feminisme diartikan sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat yang terjadi
dalam manifestasi kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya., serta tindakan sadar oleh perempuan dan laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
16
14
Ibid.
15
Judith Squires, Gender in Political Theory, Published in the USA by Bleckwell Publisher inc. hal. 115 terjemahan
16
Nunuk Muniarti, Op. Cit., hal. 128
Artian feminisme yang demikian ini biasanya tidak dapat dipisahkan dari pengertian
gender, yaitu kesadaran akan ketidakadilan gender yang menimpa para perempuan baik dalam kehidupan masyarakat maupun kehidupan politik.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pemikir telah memilih melambangkan tahapan feminisme ini sebagai feminisme gelombang-gelombang, gelombang pertama, yang ditandai
dengan adanya persamaan, gelombang kedua ditandai dengan komitmen terhadap perbedaan, dan gelombang ketiga ini didasarkan oleh komitmen terhadap
keragaman.
17
Pemahaman dan pembedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan
ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender Gender Difference dan
ketidakadilan gender gender inequalities. Dalam persfektif feminisme, kata seks dan gender seringkali dari sisi
bahasa dikenal sebagai “Jenis kelamin” dan dari sisi konseptual sering dikenal sebagai yang bersifat alami, kodrati dan tidak berubah karena terbawa sejak lahir.
Kata seks dan gender dipandang sebagai sesuatu yang bersifat melekat pada perempuan dan laki-laki sebagai hasil konstruksi sosial dan kultural sepanjang
sejarah. Karena merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural sebagai sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan maka seharusnya keadaan ini dapat
menerima perubahan.
18
17
Judith Squires, Op.Cit., hal. 116
18
Dr. Manour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, 1996, hal. 3
Akan tetapi realitas historis melahirkan ketidakadilan gender, terlebih bagi perempuan. Dari realitas historis
semacam ini perbedaan gender terbentuk bahkan tersosialisasi, terbakukan dan terkonstruksi secara sosial kultural melalui ajaran agama bahkan melalui negara.
Dikarenakan perbedaan analisisi tentang terjadinya ketidakadilan yang dimaksud maka dalam feminisme tampak adanya berbagai aliran, diantaranya, Feminisme
Liberal dan Feminisme Sosialis
Universitas Sumatera Utara
Dalam teorinya feminisme berasumsi negatif tentang ideologi partriarki, karena dalam ideologi ini perempuan ditempatkan pada posisi subordinat, dan
demi tercapainya sistem yang lebih egaliter, maka pendekatan terhadap sistem patriarki ini mewarnai gerakan feminisme, yaitu ingin meruntuhkan struktur
patriarki. Subordinasi perempuan ini berakar dari serangkaian hambatan berdasarkan adat kebiasaan dan hukum, yang membatasi masuk serta keberhasilan
perempuan pada apa yang disebut dunia publik. Karena masyarakat mempunyai keyakinan yang salah bahwa perempuan secara alamiah tidak secerdas laki-laki.
Sebagai akibat dari “politik meminggirkan” ini, potensi yang sesungguhnya dari perempuan tidak terpenuhi.
19
Gagasan feminisme liberal telah muncul sejak akhir abad-19 dan awal abad-20, namun baru pada tahun 60-an gerakan ini kelihatan menonjol, dan
akhirnya mendominasi pemikiran tentang perempuan di seluruh dunia, khususnya dunia ketiga saat ini. Feminisme Liberal ialah pandangan untuk menempatkan
perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan
pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia menurut mereka Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai sistem yang
lebih egaliter tersebut, gerakan feminisme kemudian memiliki dua pola yaitu pertama, dengan transformasi sosial melalui perubahan eksternal yang
revolusioner dan kedua, transformasi sosial melalui perubahan internal yang evolusioner.
E.2.1 Feminisme Liberal
19
Rosemarie Putham Tong, Feminist Thougt : Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta : Jala Sutra, 2005, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
memiliki kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Aliran ini muncul sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang
pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan dan nilai moral serta kebebasan individu, namun pada saat yang sama dianggap mendiskriminasikan
kaum perempuan. Sejak awal bagi feminisme liberal, persoalan perempuan dianggap sebagai
masalah anomaly bagi perekonomian modern atau partisipasi politik maupun pembangunan. Menurut mereka, keterbelakangan kaum perempuan, selain
disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri, juga akibat dari sikap irrasional yang sumbernya karena berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional, juga karena
identitas gender semata-mata adalah produk sosialisasi yang dapat diubah jika masyarakat menginginkannya.
20
20
Dr. Mansour Fakih, Op. Cit., hal. 83
Perempuan harus mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka persaingan bebas dan punya
kedudukan setara dengan lelaki. Naomi Wolf salah satu tokoh alam aliran ini , menyatakan bahwa
feminisme kekuatan merupakan solusi atas segala permasalahan perempuan. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan,
dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki. Feminisme liberal
mengusahakan untuk menyadarkan wanita bahwa mereka adalah golongan tertindas. Pekerjaan yang dilakukan wanita di sektor domestik dikampanyekan
sebagai hal yang tidak produktif dan menempatkan wanita pada posisi sub- ordinat.
Universitas Sumatera Utara
Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki,
sehingga harus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki. Permasalahannya terletak pada produk kebijakan negara yang bias gender.
Salah satu pengaruh feminisme liberal ini terekspresi dalam teori modernisasi dan program global yang dikenal senagai Women Development.
21
Orang-orang yang melakukan pendekatan melalaui teori gender dan politik dari perspektif persamaan dan kesetaraan sangat menyakini bahwa gender akan
menjadi tidak relevan secara politik, atau sama sekali tidak berhubungan. Kenyataan bahwa laki-lak dan perempuan umumnya dipahami berbeda adalah
alasan yang tidak cukup untuk memperlakukan mereka secara berbeda dalam lingkungan politik.
Dalam konteks Indonesia, reformasi hukum yang berprerspektif keadilan dapat dilihat melalui desakan 30 kuota bagi perempuan dalam parlemen adalah
kontribusi dari pengalaman feminisme liberal.
22
Dalam pandangan feminisme liberal kesetaraan seharusnya tidak dilihat dari kondisi biologi Sex, karena hal ini sama sekali tidak mempengaruhi sifat
yang dibawanya Gender. Bahwasannya gender adalah produk kebudayaan dan bukan merupakan kodrat yang secara alami dibawa manusia sejak dilahirkan.
Identitas gender diyakini hanya sebagai produk sosialisasi yang dapat di ubah jika masyarakat mengiginkannya. Teori feminis liberal meyakini bahwa masyarakat
telah melanggar nilai tentang hak-hak kesetaraan terhadap wanita, terutama
21
Ibid.
22
Judith Squires, Op.Cit., hal. 117
Universitas Sumatera Utara
dengan cara mendefinisikan wanita sebagai sebuah kelompok ketimbang sebagai individu-individu.
23
23
Ibid.
Mereka dalam mendefenisikan masalah kaum perempuan, tidak melihat struktur dan sistem sebagai pokok persoalan. Asumsi dasar feminisme liberal
berakar bahwa pandangan kebebasan freedom dan kesetaraan equality berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Kerangka kerja
feminisme liberal dalam memperjuangkan persoalan masyarakat tertuju pada kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk
didalamnya kesempatan dan hak kaum perempuan. Mazhab ini mengusulkan agar wanita memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Para tokoh pendukung feminisme liberal sangat banyak, antara lain diwakili oleh John Stuart Mill, Harriet Taylor, Josephine St. Pierre Ruffin, Mary
Church Terrel dan Fannie barrier Williams. Gerakan utama dari feminisme liberal tidak mengusulkan perubahan struktur secara fundamental, melainkan bertitik
tolak memasukan wanita ke dalam struktur yang ada berdasarkan kepada prinsip atas kesetaraan dengan laki-laki.
Perjuangan harus menyentuh kesetaraan politik antara wanita dan laki-laki melalui penguatan perwakilan wanita di ruang-ruang publik. Para feminis liberal
aktif memonitor pemilihan umum dan mendukung laki-laki yang memperjuangkan kepentingan wanita. Berbeda dengan para pendahulunya,
feminis liberal saat ini cenderung lebih sejalan dengan model liberalisme kesejahteraan atau egalitarian yang mendukung sistem kesejahteraan negara
welfare state dan meritokrasi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori literatur feminisme perspektif keadilan adalah sebuah artikulasi tertentu tentang objektifisme moral. Dimana objektifisme kognotif
berkeyakinan bahwa ada beberapa kerangka ahistoris, permanent, dimana kita pada akhirnya dapat tertarik dalam penentuan sifat kebenaran. Objektifisme moral
menggunakan keyakinan ini terhadap pemikiran moral. Salah satu tokoh dari pemikiran ini adalah Immanuel Kant. Dia dengan jelas membedakan kerangka
ahistoris, universal untuk mendasarkan kalim-klaim moral. Dia juga menolak semua usaha yang mendasarkan moralitas kepada pengalaman bekerja untuk
membentuk eksistensi dari hukum moral dasar, universal, objektif, untuk semua sifat rasional yang ada.
24
Pemikiran feminisme liberal muncul sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang pada umumnya menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan dan nilai
moral serta kebebasan individu. Namun pada saat yang bersamaan dianggap mendiskriminasikan kaum perempuan. Dalam pandangan feminisme liberal
keadilan maupun kesetaraan tercipta bukan atas dasar campur tangan negara di dalamnya. Campur tangan negara tidak boleh ada dan mendominasi segala bentuk
pergerakan kaum feminisme. Hal ini karena, feminisme liberal menganggap bahwa keadilan bagi perempuan adalah keadilan yang individual atau keadilan
diri sendiri. Sehingga tidak boleh ada pengaturan negara terhadap upaya perjuangan keadilan maupun kesetaraan perempuan.
25
24
Ibid., hal. 141-142
25
DR. Masour Fakih, Op. Cit., hal. 81-82
Universitas Sumatera Utara
E.2.2 Feminisme Radikal
Feminisme Radikal muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini menawarkan ideologi perjuangan separatisme perempuan. Pada
sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, tujuan utamanya
adalah melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem
masyarakat yang sekarang ada. Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap
perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal
mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas termasuk lesbianisme, seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan
dikotomi privat-publik.
26
26
Judith Squires, Op.Cit., hal. 141
“The personal is political” menjadi gagasan anyar yang mampu menjangkau permasalahan prempuan sampai ranah privat, masalah yang
dianggap paling tabu untuk diangkat ke permukaan. Feminis radikal juga dikembangkan dari gerakan-gerakan kiri baru New
Left yang menyatakan bahwa perasaan-perasaan keterasingan dan
ketidakberdayaan pada dasarnya diciptakan secara politik dan karenanya transformasi personal melalui aksi-aksi radikal merupakan cara dan tujuan yang
paling baik. Mazhab ini secara fundamental menolak agenda feminisme liberal mengenai kesamaan hak wanita dan menolak strategi kaum liberal yang bersifat
tambal sulam, incremental, dan tidak menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
Berseberangan dengan feminis liberal yang menekankan kesamaan antara wanita dan laki-laki, feminis radikal menekankan pada perbedaan antara wanita
dan laki-laki. Misalnya, wanita dan laki-laki mengkonseptualisasikan kekuasaan secara berbeda. Bila laki-laki berusaha untuk mendominasi dan mengontrol orang
lain, maka wanita lebih tertarik untuk berbagi dan merawat kekuasaan.
Dalam melakukan analisis mengenai penyebab penindasan terhadap kaum perempuan oleh laki-laki, para pemikir feminisme radikal menggangapnya
berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkinya. Dengan demikian proses ketidaksetaraan antara kaum laki-laki dan kaum
perempuan secara biologis maupun secara politis disebabkan oleh keberadaan kaum laki-laki. Dari situ kemudian aliran feminisme radikal menggangap bahwa
penguasaan fisik kaum perempuan oleh laki-laki adalah bentuk penindasan. Bagi mereka patriarki adalah dasar dari ideologi penindasan yang merupakan sistem
hirarki seksual dimana laki-laki memiliki kekuatan superior dan privilege ekonomi dan politik.
27
27
DR. Masour Fakih, Op. Cit., hal. 884-85
Bagi gerakan feminisme radikal, tujuan utama perjuangan adalah revolusi menuju kesetaraan dan keadilan akan terjadi ketika perempuan telah mengambil
aksi untuk merubah gaya hidup, pengalaman dan hubungan mereka sendiri terhadap kaum laki-laki. Dengan kata lain, bagi gerakan feminisme radikal,
revolusi dan perlawanan atas penindasan perempuan bisa dilakukan dalam bentuk yang sangat personal. Karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
pemahaman dan analisis mereka bahwa personal is Political memberi peluang politik kepada perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mewujudkan perjuangannya terhadap keadilan bagi keberadaan perempuan, feminisme radikal memperjuangkan pembebasan perempuan dari
pembagian kerja yang didasarkan kepada sex dan ideologi patriarki. Dalam feminisme radikal berlaku slogan ‘The personal is political’, Maknanya bahwa
pengalaman-pengalaman individual wanita mengenai ketidakadilan dan kesengsaraan yang oleh para wanita dianggap sebagai masalah-masalah personal
yang harus diperjuangkan keadilannya. Karena pada hakekatnya hal ini berasal dari isu-isu politik yang berakar pada ketidakseimbangan kekuasaan antara wanita
dan laki-laki. Untuk itu dalam mewujudkan keadilan Justice ini diperlukan peran dan
campur tangan negara dalam mengatur dan mejamin terwujudnya keadilan bagi peluang partisipasi politik perempuan dalam pemerintahan dan masyarakat. Hal
ini di sadari karena tanpa pengaturan dari negara maka akan sulit dalam mencapai keadilan yang setara antara perempuan dan laki-laki.
E.3. Marketing Politik E.3.1 Redefenisi dan Filosofi Ilmu Marketing
Marketing sebagai suatu cabang ilmu merupakan konstruksi sosial.
28
28
Firmanzah, Marketing Politik “Antara Pemahaman danRealtas”, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008, hal. 133
Banyak sekali institusi misalnya assosiasi marketing, klub marketing, sekolah marketing dan peneliti yang secara aktif mengembangkan marketing. Hampir
dipastikan bahwa setiap aspek kehidupan tidak terlepas dari aktivitas marketing. Kemudian seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan, ilmu marketing
mengalami perembesan di segala bidang.
Universitas Sumatera Utara
Berangkat dari sini, Bagozzi 1974-1975 melihat bahwa marketing adalah proses yang memungkinkan adanya pertukaran exchange antara dua pihak atau
lebih. Artinya, aktivitas marketing akan selalu ditemui dalam proses pertukaran. Dalam pertukaran terdapat proses hubungan relation yang memungkinkan
interaksi, dimana dalam prosesnya masing-masing pihak ingin memaksimalkan dan menjamin bahwa kepentingan sendiri akan terpenuhi. Dalam proses interaksi
juga akan terjadi tukar menukar. Dalam proses ini satu pihak bersedia memberikan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Proses tukar-menukar
ini melibatkan negosiasi dan tawar-menawar yang merupakan mekanisme untuk mengusahakan maksimalisasi kepentingan masing-masing pihak. Marketing
adalah hubungan dan pertukaran.
29
Selain itu, keberadaan marketing sebagai suatu konsep menjadi penting ketika adanya persaingan. Dimana terdapat dua pihak atau lebih yang
berkompetisi untuk memperebutkan ’prestasi’ tertentu. Ketika persaingan menjadi intens, maka pada saat itu juga semakin tinggi kebutuhan akan marketing. Ketika
hanya ada satu pemain di suatu pasar, biasanya pemain tersebut tidak membutuhkan konsep dan pendekatan marketing untuk memasarkan produk dan
jasanya. Karena konsumen berada dalam situasi ‘tidak memiliki pilihan lain’. Suka atau tidak suka dan puas atau tidak puas tetap saja konsumen akan mencari
dan membeli produk jasa yang ditawarkan. Namun ketika muncul pesaing-pesaing baru dan kompetisi menjadi lebih intens, maka institusi tersebut akan semakin
membutuhkan marketing sebagai alat memenangkan persaingan.
30
29
Ibid, hal. 137
30
Ibid, hal. 138
Universitas Sumatera Utara
E.3.2 Marketing Politik
Seiring dengan gelombang demokrasi di seluruh dunia, konsekuensi yang muncul adalah semakin ditekannya aspek transparansi dan kebebasan masyarakat
untuk terikat dan mengikatkan diri pada suatu partai politik atau kontestan individu tertentu. Transparansi berarti masyarakat semakin sadar bahwa aktivitas
politik semakin perlu diatur secara transparan, untuk menjamin bahwa masing- masing pihak memiliki kesempatan yang sama dalam upaya memenangkan
pemilihan umum. Praktik-praktik kolusif dan diskriminasi terhadap suatu partai politik atau kontestan individu tertentu menjadi musuh bersama yang harus
dihilangkan. Hal ini menyangkut hak asasi manusia. Konsekuensi logis dalam hal ini adalah bahwa persaingan yang fair semakin dituntut dilaksanakan oleh partai
politik dan kontestan selama pemilu. Hal–hal ini semakin meningkatkan intensitas persaingan antara partai politik atau antara kontestan individu untuk
memperebutkan hati masyarakat.
E.3.2.1 Perdebatan Marketing politik
Marketing politik sebagai suatu domain baru tidak terlepas dari polemik yang menyertainya. Marketing politik merupakan penerapan ilmu marketing
dalam kehidupan politik. Penggabungan dua hal yang sangat berbeda ini tentunya masih meninggalkan banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Permasalahan yang
ada menyangkut cara dan metode yang dapat digunakan, etika dan moralitas, hingga konsekuensi dibalik penerapan marketing politik menjadi lebih
komprehensif. Dengan demikian kita semua bisa menghindari hal-hal yang
Universitas Sumatera Utara
dikhawatirkan oleh pihak-pihak yang tidak setuju terhadap penerapan ilmu marketing politik.
31
Tidak ubahnya dengan domain aktivitas sosial lain, dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan. Dunia politik pun tidak kebal terhadap
persaingan. Bahkan bidang ini justru sangat kental diwarnai dengan persaingan. Persaingan terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka
untuk memilih kandidat partai politik atau kontestan individu masing-masing selama periode pemilihan umum. Persaingan tidak hanya terjadi diantara
kontestan dalam memperebutkan konsumen mereka, melainkan juga dalam lobi- lobi politik di parlemen. Persaingan ini menuntut masing-masing konsumen untuk
memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan meyakinkan konstituen bahwa kandidat atau partai politik merekalah yang paling
layak dipilih. Dalam hal ini marketing lebih dilihat secara filosofis dan relasional.
E.3.2.2 Peran Marketing dalam dunia politik
32
Tujuan marketing dalam politik adalah membantu partai politik untuk lebih baik dalam mengenal masyarakat yang diwakili atau yang menjadi target,
kemudian mengembangkan program kerja atau isu politik yang sesuai dengan aspirasi mereka, dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat.
Marketing tidak bertujuan untuk masuk ke wilayah politik, dalam arti menjadi cara pendistribusian kekuasaan atau untuk menentukan keputusan politik. Bagi
E.3.3 Konsep Marketing Dalam Domain Politik
31
Ibid, hal. 148
32
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
marketing, semua hal tersebut sudah diputuskan given, dan yang menjadi masalah bagi marketing dalam politik adalah mengkomunikasikannya kepada
masyarakat. Di luar masalah itu, marketing niscahya dapat berkontribusi di dalam politik, terutama teknik marketing untuk pengumpulan informasi tentang semua
hal yang terkait dengan isu dan masalah politik. Melalui metode dan riset pasar, misalnya, dunia politik dapat melakukan proses pencarian, pengumpulan, analisis
data, dan informasi yang didapat dari masyarakat luas. Marketing telah menawarkan persfektif alternatif yang dapat digunakan
oleh politikus untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat luas. Terlebih dengan semakin meningkatnya kompetisi dan persaingan di antara partai-partai
politik untuk memperebutkan hati dan rasionalitas pemilih. Selain itu, adanya juga peningkatan volatility perilaku pemilih. Hal ini membuat keberpihakan
pemilih terhadap suatu partai menjadi lebih sulit terduga.partai politik yang bisa memenangkan pemilu adalah partai yang menurut persepsi pemilih, relative
menawarkan sesuatu yang berbeda dan lebih baik dibandingkan dengan partai politik lainnya. Untuk bisa berbeda dn lebih baik, dunia politik sebagai praktik
sosial harus membuka diri terhadap pendekatan-pendekatan baru, karena dinamika dan interaksi sosial memang kompleks. Marketing diyakini dapat menjembatani
dua pihak yang saling berinteraksi, yaitu partai politik terhadap masyarakat. Fokus dalam hal ini adalah sikap partai politik terhadap masyarakat, sebab partai politik
adalah entitas sosial yang terorganisasi dan memiliki perangkat organisasi untuk mencapai tujuannya, sementara masyarakat lebih terfragmentasi.
Universitas Sumatera Utara
E.3.3.1 Orientasi pasar
Dalam iklim persaingan, entitas yang melakukan persaingan harus menghadapi kenyataan bahwa mereka bersaing untuk memperebutkan konsumen.
Untuk dapat memenangkan persaingan dalam dunia politik, partai harus dapat memuaskan kebutuhan masyarakat luas. Kebutuhan dalam hal ini yaitu kebutuhan
politik seperti : program kerja, ideologi, harapan, dan figur pemimpin yang bisa memberikan rasa pasti untuk menghadapi masa depan. Untuk itu produk politik
harus berorientasi pasar. Diperlukan pergeseran paradigma dalam tubuh partai politk, supaya
produk partai politik yang ditawarkan sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Kesesuaian ini hanya dapat dicapai apabila partai politik berusaha memahami apa
yang sebenarnya dirasakan dan dihadapi masyarakat. Selain itu, partai politik harus mampu menawarkan produk politik yang memiliki nilai value lebih atau
setidaknya berbeda dengan partai politik lainnya. Dalam menyusun program kerja, partai politik harus menganalisis dan
mengevaluasi pasar. Karena sulit bagi partai politik bila ingin mengembangkan produk politik semata-mata hanya berdasarkan data dan informasi internal partai.
Partai politik harus berorientasi pasar, artinya apa yang terjadi di lingkungan eksternal harus menjadi pijakan utama untuk mengembangkan produk politik
mereka. Para politikus dituntut untuk semakin peka terhadap apa saja yang berkembang dalam masyarakat. Tentunya orientasi pasar harus dibungkus dengan
kerangka ideologi partai dan memiliki keterkaitan dengan program kerja yang mereka sudah lakukan, agar tercipta kesinambungan antara apa yang ditawarkan
kepada masyrakat.
Universitas Sumatera Utara
E.3.3.2 Orientasi konsumen
Hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh partai politik adalah kemampuan dalam menilai dan mengevaluasi siapa konsumen mereka. Menurut
Popkin 1994, pemilih akan memilih partai atau kandidat yang paling memiliki kedekatan ideologi dan kebijakan. Konsumen dalam hal ini adalah masyarakat
yang harus ditampung aspirasinya dan diterjemahkan kedalam bentuk program kerja atau platform partai. Program partai harus disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat sebagai konsumen. Dalam hal ini partai politik harus mampu menangkap aspirasi, keresahan, masalah, keinginan, harapan, impian dan
kekecewaan yang dirasakan masyarakat kemudian diterjemahkan kedalam program kerja.
Paradigma dalam penyusunan produk politik yang selama ini hanya memperhatikan internal partai dirasa tidak memadai lagi. Karena produk partai
tidak boleh menyimpang dari kebutuhan masyarakat. Permasalahan ini dianggap tidak sesuai dengan iklim persaingan. Para politikus diharapkan terjun
kemasyarakat guna memahami dan menyelami permasalahan yang dialami masyarakat. Hal inilah yang kemudian menggeser istilah political party centered
ke voter centered. Bahwa masyarakat merupakan titik tolak bagi perkembangan produk politik.
E.3.3.3 Orientasi pesaing
Selain harus berorientasi kepada konsumen, dalam orientasi pasar, partai politik juga perlu memperhatikan apa saja yang telah, sedang dan akan dilakukan
pesaing. Tidak semua faktor keberhasilan ditentukan oleh internal partai. Faktor eksternal partai juga dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan partai
Universitas Sumatera Utara
politik untuk memenangkan perolehan suara dalam pemilu. Salah satu faktor eksternal yang paling mempengaruhi adalah perilaku pesaing. Perilaku dalam hal
ini diartikan sebagai semua ulah partai politik lain yang dapat atau berpotensi mengurangi keberpihakkan masyarakat dan perolehan suara suatu partai politik
tertentu, diantaranya strategi dan produk politik pesaing. Dalam orientasi pasar, suatu partai politik harus terus menerus
menganalisis produk yang ditawarkan pesaing. Ketika pesaing mengangkat suatu isu politik lain, atau sekurang-kurangnya ikut serta dalam diskusi dan debat atas
permasalahan yang telah diangkat. Hal ini dilakukan untuk menghindari dominasi suatu isu politik oleh suatu partai politik tertentu. Disisi lain, menurut Gatignon
etal. 1989, menunjukkan bahwa pesaing akan bereaksi dalam tiga hal atas apa yang dilakukan oleh organisasi. Pertama, pesaing akan menyerang balik secara
aktif atas apa yang dilakukan. Kalau suatu organisasi melakukan kampanye publikasi, pesaing juga harus membalas dengan melakukan hal serupa. Kedua,
pesaing tidak melakukan apa-apa. Hal ini disebabkan oleh, pesaing melihat tidak perlunya membahas apa yang telah dilakukan oleh suatu pihak. Ketiga, pesaing
menarik diri dari kompetisi ketika mereka melihat dasyatnya mobilisasi dan kekuatan sumberdaya yang dimiliki partai politik. Sehingga terjadi pilihan untuk
melebur dan ikut dengan partai besar merupakan pilihan terbaik. Yang bermasalah dalam hal ini adalah ketika pesaing secara aktif melawan
balik strategi yang diterapkan. Keadaan ini akan menyita banyak waktu, pikiran, energi, dan keuangan untuk mempertahankan efektivitas strategi yang telah
dicanangkan, sebab pesaing tidak akan membiarkan suatu pihak mendominasi pasar. Akibatnya, suatu partai politik tidak bisa dengan leluasa membentuk opini
publik, setidak-tidaknya tidak sebebas yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
E.3.3.4 Riset pasar
Untuk dapat memahami apa yang dibutuhkan masyarakat dan aspirasi apa yang diperjuangkan, partai politik perlu untuk melakukan riset pasar. Penelitian
yang menyangkut pasar perlu dilakukan agar bisa terus-menerus mengumpulkan informasi tetang semua hal yang terjadi di luar organisasi partai politik . penelitian
dilakukan dengan mengevaluasi perubahan yang terjadi di masyarakat. Selain itu juga, penelitian dilakukan untuk menganalisis apa saja yang dilakukan pesaing
politik. Tujuan utama dari riset pasar adalah mempersiapkan organisasi politik untuk melakukan langkah-langkah adaptasi terhadap semua perubahan yang
terjadi. Dalam hal ini perlu dibedakan antara riset pasar dan polling. Polling
adalah suatu bentuk riset tentang intensi, preferensi, opini dan sikap pemilih terhadap suatu isu politik, kebijaka politik, dan figur pimpinan politik. Sementara
riset pasar dilihat lebih komprehensif dan lebih menggali permasalahan dalam persfektif dan cakupan dan kompleksitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan polling. Riset pasar juga diharapkan sebagai aktifitas monitoring melalui pencarian
dan pengumpulan informasi, analisis serta perumusan langkah-langkah strategis. Perubahan-perubahan yang disikapi, hanyalah perubahan-perubahan eksternal
yang memiliki potensi mengancam perolehan suara partai politik. Melalui proses riset pasar, suatu partai politik akan dapat mencari informasi dan masukan guna
penyusunan produk politik mereka. Isu dan permasalahan masyarakat harus terus diikuti. Semakin dinamis masyrakat maka semakin cepat perubahan peta
permasalahan. Melalui riset pasar, partai politik akan dapat selalu meng up-date
Universitas Sumatera Utara
pemahaman mereka tentang apa yang berkembang dalam masyarakat, pesaing, dan kebijakan pemerintah.
33
Secara umum kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga. Menurut Satropoetra kampanye adalah suatu kegiatan
komunikasi antara komunikator penyebar pesan kepada komunikan penerima pesan yang dilakukan secara intensif dalam jangka waktu tertentu secara
berencana dan berkesinambungan.
E.4. Kampanye
E.4.1. Pengertian Kampanye
34
Menurut Gabriel Almond, bahwa salah satu bentuk komunikasi politik adalah kampanye politik.
Kampanye politik secara universal dapat didefenisikan sebagai suatu cara yang digunakan para warga dalam demokrasi
untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka. Ciri utama dari kampanye adalah persuasif, perubahan sikap, dan tingkah laku dari objek
kmunikasi komunikan yang ingin dicapai melalui himbaun dan ajakan. Faktor penting disini adalah membuat komunikan tertarik sehingga mau secara sadar
sukarela menerima dan menuruti keinginan komunikator sumber pesan.
35
33
Ibid, hal. 168
34
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hal. 64
35
Antar Venus, Managemen Kampanye, Bandung : PT. Rosdakarya, 2004, hal. 4
Komunikasi politik menurut Almond beranggapan bahwa arus komunikasi bisa mengalir dari bawah ke atas yaitu dari masyarakat ke
penguasa politik dan dari atas ke bawah yaitu dari penguasa politik ke masyarakat. Bagi kampanye politik keefektifan adalah memenangkan pemilihan, sedangkan
efisiensi adalah memenangkan pemilihan dengan pemanfaatan sumber-sumber
Universitas Sumatera Utara
yang tersedia secara tepat dengan mengimplementasikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan menawarkan program, visi dan misi partai politik.
E.4.2. Strategi Kampanye
Strategi kampanye adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam menyampaikan informasi dan komunikasi kepada objek yang
dituju, atau untuk lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea. Hal ini dapat diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju
pada suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai dari posisi saat ini.
36
Tujuan kampanye hanya dapat dicapai bila khalayak memahami pesan- pesan yang ditujukan pada mereka. Ketidakmampuan mengkonstruksi pesan
sesuai dengan khalayak sasaran yang dihadapi merupakan awal dari kegagalan sebuah program kampanye. Dengan kata lain, berhasil atau tidaknya sebuah
Strategi ini kemudian dituangkan secara kongkrit dalam beberapa bagian sebagai berikut:
E.4.2.1. Pesan Kampanye
Kampanye selalu bermula dari gagasan. Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Apapun bentuknya,
pesan-pesan selalu menggunakan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang diharapkan dapat memancing respon khalayak. Pesan kampanye dirancang secara
sistematis agar dapat memunculkan respon tertentu dalam pikiran khalayak. Agar respon tersebut itu muncul maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah adanya
kesamaan pengertian tentang simbol-simbol yang digunakan antara pelaku dan penerima.
36
Ibid, hal. 152
Universitas Sumatera Utara
kegiatan kampanye bergantung pada sebaik apa ia mengolah, mendesain dan mengorganisasikan pesan kampanyenya.
Penyampaian pesan kampanye politik biasanya dituangkan melalui pemaparan visi dan misi oleh partai atau kandidat yang bersangkutan, kemudian
selanjutnya disampaikan kembali dalam berbagai bentuk mulai dari poster, spanduk, baliho bilboard, pidato, diskusi, iklan hingga selebaran.
Pesan kampanye yang efektif adalah pesan yang menginformasikan dengan segera kejadian penting atau masalah yang sedang terjadi di sekitar
khalayak sasarannya, sehingga mudah diterima dan ditanggapi oleh khalayak.
E.4.2.2. Teknik Kampanye
Teknik kampanye merupakan hal yang mendasar dalam melakukan kampanye, melalui pemilihan teknik kampanye yang tepat maka akan mencapai
tujuan yang diinginkan. Teknik kampanye sangat bergantung kepada tujuan dan sasaran yang akan di bidik program kampanye. Semakin kompleks tujuan dan
sasaran, maka teknik yang akan digunakan harus semakin kreatif dan variatif. Namun demikian, pemilihan teknik bukanlah hal yang sangat rumit, karena
pemilihan teknik sebenarnya hanya didasarkan pada dua fungsi yaitu fungsi menghubungkan dan fungsi meyakinkan. Fungsi menghubungkan maksudnya
melalui program kampanye dengan sasaran melalui media komunikasi sedangkan fungsi meyakinkan yaitu melalui kekuatan pesan komunikasi tertentu sehingga
membuat sasaran berfikir, percaya dan bertindak sesuai dengan tujuan program kampanye.
37
37
Ibid, hal. 153
Universitas Sumatera Utara
Edward T. Hall menyatakan bahwa dalam ilmu politik ada empat teknik kampanye yang umum digunakan yaitu:
38
1. Kampanye Dari Pintu Ke Pintu Door to Door Campaign
Kampanye Dari Pintu Ke Pintu Door to Door Campaign dilakukan dengan cara kandidat mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan persoalan-
persoalan yang mereka hadapi baik itu yang menyangkut kebijakan pemerintah maupun dalam rangka pemberdayaan kelompok-kelompok marginal seperti
buruh, nelayan, kaum miskin kota, yatim piatu dan lain sebagainya.
2. Kampanye Diskusi Kelompok Group Discussion Campaign
Pelaksanaan kampanye diskusi kelompok group discussion campaign dilakukan dengan membentuk kelompok, diskusi kecil yang ditujukan untuk
membicarakan masalah yang di hadapi oleh masyarakat. Pada dasarnya kampanye melalui diskusi kelompok sangat sulit dilakukan
dengan para masyarakat luas karena kebanyakan dari mereka yang belum paham terhadap hal-hal yang disampaikan oleh para kader atau caleg partai politik
tertentu. Maka dari itu fokus utama dalam diskusi kelompok ini lebih kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat dan kelompok-kelompok masyarakat saja.
3. Kampanye Massa Tidak Langsung Indirect Massa Campaign
Kampanye massa tidak langsung indirect massa campaign biasanya dilakukan dalam bentuk pidato di radio, televisi ataupun iklan di media cetak.
Karena seperti hanya iklan, produk partai juga perlu untuk dipromosikan kepada publik untuk dipilih. Ada juga sarana promosi yang lebih sederhana melalui
38
Riswanda Imawan, Membedah Politik Orba, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997, hal. 144-145
Universitas Sumatera Utara
kampanye massa tidak langsung yaitu berupa media massa, media cetak yang lebih terjangkau dan lebih efektif dalam menjagkau pemilih.
Kampanye massa tidak langsung biasanya dilakukan dengan cara memasang alat-alat peraga berupa poster, spanduk, baliho dan pamplet calon yang
di usung partai politik di setiap sudut-sudut jalan. Hal ini diharapkan agar khalayak dapat mengenal sosok calon anggota legislatif yang akan dipilihnya.
4. Kampanye Massa Langsung Direct Massa Campaign
Kampanye massa langsung direct massa campaign adalah kampanye dengan melakukan aktivitas yang dapat menarik perhatian massa secara langsung,
seperti mengadakan pawai, pertunjukan kesenian dan sebagainya. Kampanye dengan penegrahan massa ini memang di anggap menjadi pilihan utama partai
politik, tetapi tidak untuk kampanye individu, seperti kampanye caleg. Karena tidak semua caleg yang bersangkutan mampu mengerahkan massa yang banyak
karena keterbatasan dana dan basis massa.
E.4.2.3.Penyusunan Anggaran Kampanye
Uang atau dana operasional adalah sesuatu yang sangat bernilai dalam semua kegiatan, termasuk dalam kegiatan kampanye. Uang adalah salah satu
sumber dana kampanye yang penting dan harus dimiliki untuk dimiliki untuk kelancaran program kampanye. Perencanaan anggaran kampanye merupakan hal
vital yang harus dilakukan agar kampanye berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu, perencanaan anggaran kampanye juga mempunyai peran
penting dalam proses evaluasi dan pengawasan fungsi manajerial, diantaranya dalam menganalisis alternatif yang mungkin dilakukan dengan jumlah dana yang
Universitas Sumatera Utara
ada, membandingkan kegiatan kampanye dengan kampanye lain yang memiliki sumber dana yang sama dan mengukur produktivitas kerja serta pencapain tujuan
kampanye berkaita dengan efektifitas biaya secara keseluruhan. Sebagai catatan, tidak semua program kampanye mempunyai lembaga yang secara khusus
memberikan biaya kampanye secara keseluruhan.
39
Ada beberapa kategori pos-pos pendanaan yang dapat digunakan pada hampir semua jenis kegiatan kampanye yang secara relatif sudah menjadi standar,
yaitu:
40
1. Personil inti key personel, yang terdiri dari administrator, staff dan
keperluan untuk tenaga baru yang diproyeksikan. 2.
Biaya daur ulang disposible materials yaitu benda-benda yang secara total habis digunakan dan tidak bisa digunakan lagi setelah kampanye.
3. Biaya media media charges, yaitu biaya untuk penggunaan media, baik
media elektronik, seperti radio dan televisi, maupun media cetak seperti koran dan majalah.
4. Biaya transportasi transportation costs, yaitu biaya yang digunakan untuk
bepergian selama kegiatan kampanye.
E.4.2.4. Organisasi Politik
Dalam pelaksanaan kampanye politik modern, dibutuhkan dukungan dari pihak-pihak yang mampu membawa keberhasilan dari kampanye yang dilakukan.
Dalam pelaksanaannya kampanye organisasi akan memiliki struktur yang jelas personilnya seperti pada struktur organisasi perusahaan. Adapun yang termasuk
ke dalam organisasi politik pendukung kampanye yaitu:
39
Antar Venus, op.cit., hal. 183
40
Ibid., hal. 185-186
Universitas Sumatera Utara
1. Manager Kampanye, kesuksesan kampanye biasanya memerlukan seorang
manager kampanye untuk mengkoordinasikan seluruh operasi kampanye itu. Biasanya seorang pemimpin kampanye yang memiliki visi. Manager
kampanye modern mungkin lebih fokus pada eksekusi strategi ketimbang terjun ke lapangan.
2. Konsultan Politik, seorang konsultan politik bertugas memberi saran
kampanye secara virtual untuk aktivitas kampanye, dari melakukan riset untuk menemukan strategi kampanye, riset pemilih, hingga meneliti
pesaing klien mereka. 3.
Aktivis, merupakan “prajurit” yang setia pada kandidatnya, pengikut sejati yang akan menuntun jalanya aktivitas para relawan. Para relawan ikut
bagian seperti melakukan konvoi dalam sebuah kampanye, tapi itu hanya terjadi pada waktu dulu. Kampanye politik di Indonesia pada saat ini lebih
kepada memasang banner dan menempelkan iklan-iklan kampanye.
Universitas Sumatera Utara
F. Defenisi Konsep
Defenisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak, keadaan kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
41
1. Strategi Kampanye
Dalam penelitian ini penulis menggunakan defenisi konsep sebagai berikut:
Langkah-langkah yang dilakukan oleh kandidat atau calon anggota legislatif perempuan terpilih yang meliputi persaingan merebut suara terbanyak,
dalam usaha memenangkan pemilihan umum.
2. Kesetaraan dan Keadilan Perempuan
Merupakan suatu upaya dalam melihat peran dan kedudukan perempuan dalam partai politik pengusungnya dan bagaimana proses pencalonan caleg
perempuan dalam daftar nama dan nomor urut calon legislatif.
G. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu penjelasan tentang suatu variable yang di ukur. Defenisi operasional merupakan rincian dari indikator-indikator
pengukuran suatu variable. Dalam penelitian ini maka veriabel yang akan diteliti adalah bagaimana nilai kesetaran serta keadilan terhadap caleg perempuan dan
bagaimana strategi kampanye dari para Caleg terpilih DPRD Kota Medan dalam pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif 2009. Adapun defenisi operasional
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
41
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial ” Format-format Kualitatif dan Kualita”s, Surabaya : Airlangga University Press, 2001, hal. 48
Universitas Sumatera Utara
1. Strategi Kampanye
a. Teknik kampanye
Teknik kampanye merupakan hal yang mendasar dalam melakukan kampanye, melalui pemilihan teknik kampanye yang tepat maka akan mencapai
tujuan yang diinginkan. Teknik kampanye sangat bergantung kepada tujuan dan sasaran yang akan di bidik program kampanye.
a.1. Kampanye Dari Pintu Ke Pintu Door to Door Campaign a.2. Kampanye Diskusi Kelompok Group Discussion Campaign
a.3. Kampanye Massa Tidak Langsung Indirect Massa Campaign a.4. Kampanye Massa Langsung Direct Massa Campaign
b. Pesan Kampanye
Kampanye pada dasarnya adalah penyampaian pesan-pesan dari pengirim kepada khalayak. Penyampaian pesan kampanye politik biasanya dituangkan
melalui pemaparan visi dan misi oleh partai atau kandidat yang bersangkutan, kemudian selanjutnya disampaikan kembali dalam berbagai bentuk mulai dari
poster, spanduk, baliho bilboard, pidato, diskusi, iklan hingga selebaran.
c. Anggaran Kampanye
Anggaran kampanye juga mempunyai peran penting dalam proses evaluasi dan pengawasan fungsi manajerial, diantaranya dalam menganalisis alternatif
yang mungkin dilakukan dengan jumlah dana yang ada, membandingkan kegiatan kampanye dengan kampanye lain yang memiliki sumber dana yang sama dan
mengukur produktivitas kerja serta pencapain tujuan kampanye berkaita dengan efektifitas biaya secara keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
d. Tim Sukses
Merupakan kelompok yang berperan dalam mendukung dan mengkoordinir peaksanaan kampanye dan menggalang suara bagi calon yang bersangkutan agar
dipilih oleh para pemilih.
2. Kesetaraan dan Keadilan Perempuan
2.1. Kesetaraan 1.
Berada dalam kepengurusan partai politik
2. Memiliki hak suara dalam partisipasi politik
3. Pengembangan karakter diri dan intelektualitas dengan melakukan
peningkatan pendidikan politik.
2.2. Keadilan 1.
Memberikan hak suara dalam pemilihan umum
2. Akses yang seluas-luasnya dalam memasuki dunia politik
3. Seimbang keterwakilannya dalam lembaga Legislatif
H. Metode Penelitian