tidak memiliki dana yang besar. Hal ini seperti disampaikan oleh Ibu Hj. Halimatussakdiyah.
“Ibu Hj. Halimatussakdiyah mengatakan bahwa bentuk kampanye massa tidak langsung yang saya lakukan adalah standard dan sederhana. Hanya seputar pemasangan spanduk,
baliho-baliho, dan bendera partai di beberapa sudut jalan di sekitar dapem 4, lalu pmbagian kartu nama dan kalender bergamabr saya kepada setiap masyarakat yang di datangi dan
saya kira itu sangat berhasil. Kalau untuk penggunaan jasa media massa, saya rasa saya tidaka mampu, saya tidak memiliki anggaran yang banyak untuk itu, karena menurut saya
saya harus bebas dari money politic. Dan inilah salah satu hambatan untuk caleg perempuan yaitu keterbatasan dana”.
61
4. Kampanye Massa Langsung Direct Massa Campaign
Pemasangan spanduk maupun baliho bergambar Ibu Hj. Halimatussakdiyah ini juga di fokuskan di daerah-daerah yang sulit di jangkau dengan terjuan langsung
ke lapangan. Sehingga walaupun secara langsung Ibu Halimatussakdiyah tidak datang, namun masyarakat setempat tetap akan mengenal sosok beliau melalui
informasi yang juga di cantumkan dalam spanduk, baliho, kartu nama dan kalender tersebut.
Yang dimaksud dengan kampanye massa langsung direct massa campaign adalah kampanye dengan melakukan aktivitas yang dapat menarik perhatian
massa secara langsung, misalnya dengan mengadakan pawai, pertunjukan kesenian dan lain sebagainya. Kampanye dengan pengerahan massa seperti ini
memang sering menjadi pilihan utama partai politik, namun untuk kampanye perseorangan atau individu seperti kampanye caleg DPRD Kota Medan bukanlah
pilihan yang utama. Keterbatasan dana dan pengumpulan massa menjadi kendala utama. Sebagai caleg, belum tentu memiliki basis massa yang besar untuk dapat
dikumpulkan sehingga hal ini dianggap tidak efektif dan efisien.
61
Wawancara dengan Ibu Halimatussakdiyah, di: Jln. Pelita IV No. 23 Kelurahan Tegal Rejo pada tanggal 01 Agustus 2009
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya hanya Ibu Damai Yona dan Ibu Hj.
Halimatussakdiyah yang melakukan pilihan teknik kampanye massa langsung ini, berikut merupakan uraiannya:
a. Damai Yona Nainggolan
Kampanye massa langsung yang dilakukan oleh Ibu Damai Yona Nainggolan adalah dengan melakukan kegiatan kesenian dan pertunjukan musik
di wilayah Medan Maimun. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian massa. Adapun alasan diselenggarakannya kegiatan kesenian dan pertunjukan musik
karena dengan acara ini maka massa lebih mudah untuk di kumpulkan. Dalam berlangsungnya kegiatan biasanya diselipkan juga sosialisasi dan promosi yang
mengedepankan sosok beliau sebagai caleg agar dipilih dalam pemilu. Dalam wawancara dengan Ibu Damai Yona beliau memang sengaja
mengadakan acara seperti ini, karena selain menambah keakraban dan menghibur warga masyarakat, kegiatan ini juga mampu menjadi sarana sosialisasi yang
efektif untuk meyakinkan masyarakat memilih beliau dalam pemilu legislatif.
b. Hj. Halimatussakdiyah
Dalam pelaksanaan kampanye massa langsung ini, ibu Halimatussakdiyah memilih untuk mengadakan pengobatan gratis yang di lanjutkan dengan
pertunjukan musik kepada warga masyarakat di daerah Medan Perjuangan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menarik simpati dan dukungan dari warga masyarakat di
daerah tersebut. Dipilihnya daerah Medan Perjuangan dalam kegiatan ini karena daerah ini dianggap sebagai basis massa beliau, berhubung beliau juga merupakan
warga Medan Perjuangan.
Universitas Sumatera Utara
Sama halnya dengan Ibu Damai Yona, dalam acara ini juga diselingi dengan pidato dan sosialisasi mengenai sosok Ibu Halimatussakdiyah sebagai salah satu
caleg perempuan Kota Medan. dengan ini masyarakat diyakinkan agar dalam pemilu legislatif dapat memilih beliau sebagai wakilnya. Dalam penggumpulan
massa beliau tidak megalami kendala yang berat, karena beliau juga dibantu dengan keberadaan tim silaturahmi yang juga merupakan tim pemenangan beliau.
A.3. Anggaran Kampanye
Dalam melaksanakan kegiatan kampanye, seluruh caleg perempuan terpilih memiliki anggaran tersendiri dalam membiayai kegiatan kampanyenya.
Adapun anggaran yang diperoleh diakui merupakan dari pribadi caleg yang bersangkutan. Hal inilah yang disadari menjadi keterbatasan caleg perempuan
dalam melakukan kampanye yang lebih besar. Terbatasan dana kampanye caleg perempuan terpilih ini dikarenakan tidak adanya lagi bantuan langsung subsidi
dari partai yang mengusung. Hal ini karena sistem suara terbanyak yang memaksa setiap caleg untuk berjuang sendiri-sendiri memenangkan dirinya. Sehingga setiap
caleg memang dituntut untuk seefisien mungkin dalam mengeluarkan dana dalam setiap kampanyenya.
Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab minimnya masih caleg perempuan yang terpilih dalam pemilu. Kurang luasnya sosialisasi dan promosi
akibat terbatasnya dana menyebabkan caleg perempuan kurang populer dan dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan caleg perempuan hanya melakukan
sosialisasi dan kampanye yang sangat sederhana dan tidk terlalu mengeluarkan dana yang banyak.
Universitas Sumatera Utara
Adapun keterlibatan partai dalam kampanye caleg hanya pada waktu kampanye akbar yang diberlakukan 2dua kali dalam jadwal kampanye nasional.
Diakui bahwa bantuan yang diperoleh dari partai hanya berupa atribut partai yaitu berupa bendera dan stiker partai.
Berikut merupakan uraian kategori pos-pos pendanaan yang digunakan pada hampir semua jenis kegiatan kampanye caleg perempuan terpilih yang secara
relatif sangat standard an sederhana: 1.
Personil inti key personel, yang terdiri dari administrator, staff dan keperluan untuk tenaga baru yang diproyeksikan.
a. Dra. Ainal Mardiah
Dalam menyukseskan kampanyenya Ibu Ainal memiliki Tim Sukses yang dibentuk khusus untuk membantu kegiatan sosialisasi beliau. Adapun tim sukses
yang di bentuk beliau terdiri dari keluarga Suami, anak-anak, dan sanak saudara dekat, 10 orang Bilal Ma’id, 16 orang Nazir–nazir masjid dan beberapa anggota
Partai Golkar. Namun secara spesifik beliau mengatakan tidak ada dana khusus yang dikeluarkan untuk biaya upah tim sukses. Pekerjaan sebagai tim sukses
dilakukan lebih kepada kesukarelaan dan atas dasar melihat karya nyata saya selama ini kepada masyarakat sekitar. Hanya saja setelah selesai pemilihan saya
mengumpulkan para tim sukses saya dan memberikan uang ucapan terima kasih sebesar Rp. 150.000,- orang, termasuk para saksi penghitungan suara. Cara
kerja tim suksesnya yaitu melakukan sosialisasi dengan masyarakat mengenai sosok ibu Ainal Mardiah sebagai caleg DPRD Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dra. Lily MBA, MH
Dalam strategi kampanye Ibu Lily, beliau menegaskan tidak memiliki tim sukses dalam kegiatan kampanye. Karena sebagai partai kecil, dana yang dimiliki
juga sangat minim. Dalam wawancara dengan beliau, Ibu Lily mengatakan bahwa tim sukses beliau adalah keluarga besar dan teman-teman. Beliau mengaku bahwa
sosialisasi yang dilakukan dengan sukarela oleh keluarga dan teman-temannya merupakan salah satu kunci sukses beliau dalam memenangkan pemilu legislatif
Kota Medan. Sehingga dari sini dapat disimpulkan tidak ada tim sukses atau tim
pemenangan secara khusus yang dibentuk oleh beliau. Hal ini diungkapkan, karena alasan kurangnya dana yang dimiliki dalam melaksanakan kegiatan
kampanye. Sosialisasi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh keluarga dan teman-teman merupakan strategi yang di akui sangat banyak memebantu promosi
sosok ibu Lily ke masyarakat luas.
c. Janlie, SE, Ak
Sama halnya dengan Ibu Lily, dalam kegiatan kampanye pemilu legislatif kemarin, Ibu Janlie juga tidak menyiapkan tim khusus dalam kegiatan
kampanyenya. Pilihan ini dikatakan beliau karena alasan bahwa keberadaan keluarga dan kerabat dekat sudah mampu menjadi tim pemenangan yang baik bagi
kampanye beliau. Sehingga beliau dapat menghemat dana kampanye untuk kebutuhan lain.
Keluarga dalam hal ini yaitu meliputi suami, anak-anak, orang tua, sanak saudara dekat dan juga sebagai pengusaha beliau juga mensosialisasikan kepada
Universitas Sumatera Utara
karyawan agar turut serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat lain untuk memilih ibu Janlie.
d. Dra. Srijati Pohan
Sebagai seorang pemilik yayasan pendidikan dan Ketua DPAC Partai Demokrat Kecamatan Medan Denai, ibu Srijati pohan mengatakan bahwa secara
khusus beliau membentuk Tim Pemenangan. Namun pembentukan tim pemenangan ini lebih kepada anjuran dan mekanisme partai secara ADART,
dimana beliau sebagai ketua DPAC wajib menginstruksikan setiap Ketua Ranting Partai Demokrat sekecamatan Medan Denai untuk memenangkan beliau dalam
pemilu legislatif 2009, ini sesuai dengan kebijakan partai. Beliau mengatakan tidak ada dana khusus yang dikeluarkan dalam membiayai operasional tim
pemenangan yang dibentuk, beliau hanya memberikan sekedar dana terima kasih. Hal ini karena menurut beliau upaya pemenangan beliau sudah menjadi tanggung
jawab bersama seluruh anggota DPAC Partai Demokrat Kecamatan Medan Denai. Sedangkan keluarga menurut beliau merupakan sarana sosialisasi yang
paling efektif dan paling central, karena setiap sosialisasi yang dilakukan hampir 80 dijamin suara dapat dipegang. Selain itu sosialisasi dengan menggunakan
bantuan keluarga merupakan teknik sosialisasi yang efisien terhadap pengeluaran dana kampanye. karena selain beliau mengakui keterbatasan dana kampanye yang
dimiliki, biasanya sesama keluarga akan lebih memberikan dukungan kepada kerabat yang dikenalnya. sehingga upaya penggalangan dukungan dan suara dapat
lebih diprediksi dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
e. Damai Yona Nainggolan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Damai Yona, beliau mengatakan bahwa dalam strategi kampanyenya beliau menyediakan dana khusus bagi tim
sukses kampanye beliau. Namun beliau tidak bersedia menyebutkan berapa dana yang beliau keluarkan untuk mendanai program kerja tim sukses kempanyenya.
Adapun tim sukses yang dibentuk berjumlah 125 orang dan tersebar di seluruh dapem 2 yang meliputi Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Maimun,
Medan Baru, Medan Selayang dan Medan Sunggal.
f. Hj. Halimatussakdiyah
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Halimatussakdiyah, beliau mengatakan bahwa sbeliau memiliki tim khusus dalam strategi kampanyenya,
namun beliau menolak disebut sebagai tim sukses. Beliau mengatakan bahwa tim yang dbentuk itu lebih tepat disebut sebagai “Tim Silaturahmi”. Memang secara
tugas dan tanggung jawab tim ini sama dengan tugas dan tanggung jawab tim sukses, namun secara materil tim ini disebutka lebih bersifat sukarela tanpa
menggunakan dana operasional. Artinya para tim silaturahmi bekerja atas dasar kesukarelaan, karena mereka berasal dari keluarga dekat sesama anggota
pengajian yang dipimpin oleh Ibu Halimatussakdiyah.
2. Biaya daur ulang disposible materials yaitu benda-benda yang secara total
habis digunakan dan tidak bisa digunakan lagi setelah kampanye. a.
Dra. Ainal Mardiah Dalam mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan, liau membuat 35
buah baliho berukuran besar dan bergambar Ainal Mardiah berlatarbelakang
Universitas Sumatera Utara
Partai Golkar kemudian sekitar 200 spanduk yang bertuliskan slogan “Mari Bersama Membangun Medan Utara” spanduk dan baliho ini di pasang dan
disebarkan di 4 kecamatan di dapem 5 yaitu meliputi Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan. Kemudian beliau juga mencetak
2 rim kartu nama dan 2000 eksemplar kalender bergambar beliau dan lambang Partai Golkar yang dibagikan pada saat melakukan sosialisasi langsung maupun
pertemuan kelompok.
b. Lily MBA, MH
Dalam mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan, Ibu Lily menyediakan baliho bergambar beliau berukuran besar sebanyak 15 buah dan 50
buah spanduk yang dipasang di beberapa sudut jalan di daerah dapem 1 yang meliputi Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area dan Medan Kota. Selain itu
beliau juga mencetak kaos bergambar beliau dan partai sebanyak 500 buah, dibagikan pada saat kampanye dan 2 rim kartu nama yang dibagikan secara oleh
sukarelawan beliau secara langsung terutama pada saat melakukan sosialisasi.
c. Janlie, SE, Ak
Dalam mendukung kegiatan kampanye, beliau membuat alat peraga berupa baliho berukuran besar sebanyak 15 buah dan gambarposter berukuran kecil
yang khusus untuk ditempel di tempat-tempat kelamaian sebanyak 2 rim, kemudian beliau juga mencetak kartu nama sebanyak 2 rim dan kaos bergambar
Janlie dan Partai PIB sebanyak 700 buah. Selanjutnya kaos dan kartu nama ini dibagikan dan disebarkan kepada masyarakat melalui sosialisasi langsung maupun
saat melakukan kampanye diskusi langsung.
Universitas Sumatera Utara
d. Dra. Srijati Pohan
Dalam mendukung kegiatan kampanye, Ibu Srijati Pohan menyediakan beberapa media atau alat peraga, yaitu berupa baliho, kartu nama, spanduk dan
kalender. Adapun baliho dibuat untuk memuat gambar, visi misi dan lambang partai Demokrat. Baliho di buat sebanyak 25 buah, kemudian terdapat juga
spanduk berisi seruan untuk memilih dan visi misi beliau sebanyak 150 buah, yang kemudian ini disebar dan di pasang di sepanjang jalan-jalan ramai agar juga
mampu menjadi sarana sosialisasi. Selain baliho dan spanduk, terdapat juga kartu nama dan kalender yang
dicetak masing-masing sebanyak 2 rim dan 1500 eksemplar. Adapun tujuan kartu nama dan kalender ini adalah sebagai sarana sosialisasi an promosi beliau dan
dibagikan pada kesempatan kampanye door to door maupun diskusi kelompok.
e. Damai Yona Nainggolan
Dalam mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan, Ibu Damai Yona menyediakan sarana kampanye tidak langsung yaitu berupa baliho, poster,
spanduk, kartu nama, kaos dan atribut partai. Menurut beliau hal ini dibuat untuk dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat didatangi secara langsung.
Adapun baliho yang dibuat yaitu sebanyak 50 buah, spanduk kurang lebih sebanyak 200 buah, kartu nama dicetak kurang lebih 3 rim, kalender sebanyak
2000 eksemplar, kaos sebanyak 1000 buah dan atribut partai berupa bendera.
Universitas Sumatera Utara
f. Hj. Halimatussakdiyah
Sama halnya dengan caleg perempuan terpilih lainnya, dalam mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan, Ibu Halimatussakdiyah juga membuat baliho
berukuran besar sebnayk 20 buah, spanduk berukuran 3-4 meter 150 buah, poster bergambar beliau sebanyak 1 rim dan kartu nama sebanyak 2 rim.
Untuk pemasangan baliho, spanduk dan penempelan poster, itu di konsentarasikan di 3 kecamatan di dapem 4 yaitu Medan Timur, Medan Tembung
dan Medan Perjuangan. Sedangkan untuk kartu nama itu dibagikan secara langsung kepada masyarakat melalui tim silaturahmi maupun sosialisasi yang
dilakukan langsung oleh keluarga.
3. Biaya media media charges, yaitu biaya untuk penggunaan media, baik
media elektronik, seperti radio dan televisi, maupun media cetak seperti koran dan majalah.
Secara keseluruhan tidak ada caleg perempuan terpilih yang menggunakan bantuan media cetak dan elektonik dalam mendukung kegiatan kampanyenya. Hal
ini dikemukakan karena alasan keterbatasan dana kampaye yang dimiliki oleh masing-masing caleg.
4. Biaya transportasi transportation costs, yaitu biaya yang digunakan untuk
bepergian selama kegiatan kampanye. Secara umum, pegeluaran atas biaya transportasi tiap-tiap caleg perempuan
terpilih dalam melakukan kegiatan kampanyenya hampir sama. Adapun pengeluaran biaya transportasi yang umum dikeluarkan adalah biaya angkutan
Universitas Sumatera Utara
mengadakan diskusi kelompok, biaya angkut dalam pemasangan baliho dan spanduk serta biaya angkut dalam mengikuti kampanye akbar.
A.4. Tim Sukses
Dalam melakukan kegiatan kampanye masing-masing caleg memiliki tim pemenangan dalam menyukseskan kemenangannya sebagai caleg terpilih DPRD
Kota Medan. Namun secara khusus hanya Dra. Ainal Mardiah, Dra. Srijati Pohan, Damai Yona Nainggolan dan Ibu Halimatussakdiyah yang memiliki tim sukses.
Berikut merupakan uraian keenam caleg perempuan terpilih: a.
Dra. Ainal Mardiah Dalam menyukseskan kampanyenya Ibu Ainal memiliki Tim Sukses yang
dibentuk khusus untuk membantu kegiatan sosialisasi beliau. Adapun tim sukses yang di bentuk beliau terdiri dari keluarga Suami, anak-anak, dan sanak saudara
dekat, 10 orang Bilal Ma’id, 16 orang Nazir–nazir masjid dan beberapa anggota Partai Golkar. Namun secara spesifik beliau mengatakan tidak ada dana khusus
yang dikeluarkan untuk biaya upah tim sukses. Pekerjaan sebagai tim sukses dilakukan lebih kepada kesukarelaan dan atas dasar melihat karya nyata saya
selama ini kepada masyarakat sekitar.
b. Dra. Lily MBA, MH
Dalam strategi kampanye Ibu Lily, beliau menegaskan tidak memiliki tim sukses dalam kegiatan kampanye. Dalam wawancara dengan beliau, Ibu Lily
mengatakan bahwa tim sukses beliau adalah keluarga besar dan teman-teman. Beliau mengaku bahwa sosialisasi yang dilakukan dengan sukarela oleh keluarga
Universitas Sumatera Utara
dan teman-temannya merupakan salah satu kunci sukses beliau dalam memenangkan pemilu legislatif Kota Medan.
Sehingga dari sini dapat disimpulkan tidak ada tim sukses atau tim pemenangan secara khusus yang dibentuk oleh beliau. Sosialisasi dari mulut ke
mulut yang dilakukan oleh keluarga dan teman-teman merupakan strategi yang di akui sangat banyak memebantu promosi sosok ibu Lily ke masyarakat luas.
c. Janlie, SE, Ak
Sama halnya dengan Ibu Lily, dalam kegiatan kampanye pemilu legislatif kemarin, Ibu Janlie juga tidak menyiapkan tim khusus dalam kegiatan
kampanyenya. Pilihan ini dikatakan beliau karena alasan bahwa keberadaan keluarga dan kerabat dekat sudah mampu menjadi tim pemenangan yang baik bagi
kampanye beliau. Keluarga dalam hal ini yaitu meliputi suami, anak-anak, orang tua, sanak
saudara dekat dan juga sebagai pengusaha beliau juga mensosialisasikan kepada karyawan agar turut serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat lain untuk
memilih ibu Janlie.
d. Dra. Srijati Pohan
Sebagai seorang pemilik yayasan pendidikan dan Ketua DPAC Partai Demokrat Kecamatan Medan Denai, ibu Srijati pohan mengatakan bahwa secara
khusus beliau membentuk Tim Pemenangan. Namun pembentukan tim pemenangan ini lebih kepada anjuran dan mekanisme partai secara ADART,
dimana beliau sebagai ketua DPAC wajib menginstruksikan setiap Ketua Ranting
Universitas Sumatera Utara
Partai Demokrat sekecamatan Medan Denai untuk memenangkan beliau dalam pemilu legislatif 2009, ini sesuai dengan kebijakan partai.
Selain tim sukses dari partai beliau juga memiliki tim sukses dari keluarga. Keluarga menurut beliau merupakan sarana sosialisasi yang paling efektif dan
paling central, karena setiap sosialisasi yang dilakukan hampir 80 dijamin suara dapat dipegang. Selain itu sosialisasi dengan menggunakan bantuan keluarga
merupakan teknik sosialisasi yang efisien terhadap pengeluaran dana kampanye. karena selain beliau mengakui keterbatasan dana kampanye yang dimiliki,
biasanya sesama keluarga akan lebih memberikan dukungan kepada kerabat yang dikenalnya. sehingga upaya penggalangan dukungan dan suara dapat lebih
diprediksi dengan tepat.
e. Damai Yona Nainggolan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Damai Yona, beliau mengatakan bahwa dalam strategi kampanyenya beliau memiliki tim sukses dalam mendukung
menyukseskan kegiatan kampanyenya. Adapun tim sukses yang dibentuk berjumlah 125 orang dan tersebar di
seluruh dapem 2 yang meliputi Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Selayang dan Medan Sunggal.
f. Hj. Halimatussakdiyah
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Halimatussakdiyah, beliau mengatakan bahwa sbeliau memiliki tim khusus dalam strategi kampanyenya,
namun beliau menolak disebut sebagai tim sukses. Beliau mengatakan bahwa tim yang dbentuk itu lebih tepat disebut sebagai “Tim Silaturahmi” dan pada dasranya
Universitas Sumatera Utara
memang secara tugas dan tanggung jawab tim ini sama dengan tugas dan tanggung jawab tim sukses.
B. Kesetaraan dan Keadilan Perempuan B.1. Kesetaraan dan Keadilan Perempuan dari sudut pandang Patriarki
Jika kita membahas mengenai isu kesetaran dan keadilan terhadap perempuan, maka tidak terlepas dari pemahaman dan analisis tentang budaya
patriarki. Patriarki adalah sistem sosial yang menggambarkan kaum laki-laki sebagai kelompok yang mengendalikan kekuasaan atas kaum perempuan. Hampir
sama sebenarnya dengan istilah Gender, hanya saja gender lebih menekankan kepada semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan, misalnya laki-laki
digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, dan gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminim, halus, perasa, sopan
dan penakut. Sehingga gender lebih mengacu kepada perbedaan-perbedaan atara perempuan dan laki-laki tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat
biologis. Diskriminasi perempuan memang menjadi ciri khas hampir di setiap
masyarakat manapun yang menganut sistem patriarki. Dan ini telah berkembang dan menjadi nilai budaya yang sulit untuk di hilangkan. Perbedaan antara
perempuan dan laki-laki sesungguhnya tidaklah menjadi masalah, sepanjang tetap menciptakan kesetaraan dan keadilan bagi kaum perempuan yang selama ini
menjadi kelompok yang termarginalkan. Masalahnya ketidakadilan terhadap perempuan itu termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan seperti
marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak
Universitas Sumatera Utara
penting dalam keputusan politik, dan pembentukan stereotype atau cap negatif terhadap keberadaan perempuan.
Di Indonesia sendiri masalah kesetaran dan keadilan terhadap kaum perempuan masih menjadi perdebatan yang rumit. Hal ini tidak terlepas dari
budaya patriarki yang masih melekat pada sebagian besar cara pandang masyarakat. Keberadaan perempuan di tengah masyarakat masih menjadi
masyarakat kelas dua apalagi di dalam kehidupan politik. Perempuan belum sepenuhnya mendapat tempat dan pengakuan atas kemampuan yang dimilikinya.
Sejak masa kemerdekaan, perempuan tidak mendapat ruang dalam aktivitas politik, hal inilah yang kemudian menyebabkan partisipasi perempuan menjadi
berkurang. Tercatat hanya 6,5 perempuan dalam lembaga legislatif pada masa orde lama. Pada masa orde baru partisipasi perempuan dalam legislatif mulai
membaik yaitu sebesar 9 dan mencapai puncaknya pada pemilu 1987 yaitu sebesar 13. Namun perlu di garis bawahi peran perempuan pada masa orde baru
hanya sebagai pelengkap bagi tugas laki-laki. Semenjak runtuhnya rejim orde baru pada tahun 1998, perempuan berusaha
meraih posisi yang lebih proporsional di ranah politik, puncaknya diberlakukannya affirmasi politik kuota 30 perempuan dalam lembaga legislatif
pada pemilu 1999 dan 2004 namun pada penerapannya keterwakilan perempuan hanya mencapai 11,5 saja. Ironis memang ketika lebih dari setengah pemilih
adalah berasal dari kaum perempuan namun ternyata masih minimnya keterwakilan perempuan dalam parlemen. Saat ini pada pemilu 2009 diberlakukan
sistem suara terbanyak melalui keputusan MK No. 22-24 Tahun 2009, penetapan sistem ini kemudian di tanggapi beragam oleh seluruh lapisan masyarakat.
Apakah dengan penerepan sistem suara terbanyak ini tetap dapat mengupayakan
Universitas Sumatera Utara
kesetaraan dan keadilan bagi kaum perempuan, sementara upaya affirmatif 30 belum sepenuhnya mampu mendongkrak keterwakilan perempuan dalam lembaga
legislatif. Hal inilah kemudian menjadi salah satu bahan analisis, apakah dalam proses
pencalonan caleg perempuan dalam pemilu legislatif Kota Medan keberadaan perempuan memang didasarkan kepada kemampuan dan keseriusan partai dalam
mensejajarkan kedudukan perempuan dengan laki-laki atau hanya sebagai pelengkap dalam memenuhi persyaratan pencalonan.
B.2. Analisis Kesetaraan dan Keadilan berdasarkan Pandangan Feminisme
Dalam kondisi sosial politik di Indonesia khususnya di kota Medan, permasalahan mengenai kesetaraan dan keadilan juga menjadi perdebatan yang
hangat. Hal ini dibuktikan dari jumlah caleg perempuan yang terpilih pada pemilu legislatif kota medan beberapa waktu yang lalu. Sangat ironis dari 50 lima
puluh jumlah kursi yang diperebutkan, hanya 6 enam kursi yang berhasil direbut oleh caleg perempuan. Sebenarnya dari kenyataan ini sudah tidak lagi
menjadi rahasia umum bahwa sampai saat ini masih terdapat ketidakadilan dan pembedaaan terhadap kaum perempuan terutama dengan keberadaan caleg
perempuan. Seakan-akan keberadaan caleg perempuan hanya dalam rangka pemenuhan kuota 30 yang ditetapkan oleh undang-undang, namun dalam
kenyataan dan penerapan perempuan tetap hanya menjadi manusia kelas dua dan sebagai pelengkap saja.
Menanggapi hal ini para caleg perempuan terpilih menanggapinya secara beragam. Dalam menanggapi tentang konsep kesetaraan dan keadilan yang ideal,
ke enam caleg terpilih memiliki pendapat yang sama terhadap konsep kesetaraan
Universitas Sumatera Utara
da keadilan yang ideal adalah tanpa adanya diskriminasi maupun pembedaan antara perempuan dan laki-laki, perempuan harus disejajarkan kemampuannya
dengan laki-laki, terbukanya akses yang seluas-luasnya bagi kesempatan perempuan dan keterwakilan yang seimbang. Lain pula dengan kuota 30 bagi
keterwakilan perempuan dalam parlemen, empat dari enam caleg perempuan terpilih caleg perempuan terpilih menggangap penerapan affirmasi melalui
pemberian kuota 30 sudah cukup memberikan nilai kesetaraan dan keadilan bagi perempuan, misalnya menurut ibu Ainal Mardiah dari Partai Golkar dan ibu
Janlie dari PIB, bahwa upaya ini sudah cukup baik, tinggal bagaimana kemudian perempuan itu dapat bersaing menunjukkan kemapuannya untuk memenuhi kuota
tersebut. Demikian pula dengan pendapat dua caleg Partai Demokrat ini, Ibu Srijati pohan dan ibu halimatussakdiyah, bahwa kuota tersebut seharusnya
menjadi titik tolak bagi perempuan untuk mecapai lebih dari 30. Berbeda dengan pendapat empat caleg diatas, ibu Lily dari PIB dan Damai
Yona dari Partai Demokrat menggangap pemberian kuota 30 itu belum mampu menjamin terpenuhinya nilai kesetaraan dan keadilan bagi perempuan, justru
sebenarnya kuota 30 itu dianggap membuat perempuan semakin lemah. Seharusnya jika perempuan itu mampu dan mendapat akses dari lingkungan,
sebenarnya keterwakilan itu bisa melebihi 30. Namun sebenarnya upaya affirmasi pemberian kuota 30 sudah tidak terlalu berpengaruh sejak
diberlakukannya sistem suara terbanyak dalam pemilu legislatif. Akan tetapi sangat mengembirakan, bahwa seluruh caleg perempuan terpilih megatakan
sangat mendukung sistem suara terbanyak dalam pemilu, sistem ini dianggap memacu perempuan untuk lebih aktif dan menunjukkan kemampuannya kepada
Universitas Sumatera Utara
khalayak luas. Kompetensi perempuan harus di bangkitkan agar dapat bersaing dengan laki-laki.
Namun yang menjadi pertanyaannya kemudian, apakah perempuan harus memperjuangkan kesetaraan dan keadilan itu sendiri atau harus ada pihak yang
mendukung. Empat dari enam caleg perempuan terpilih mengatakan harus ada dukungan dan campur tangan negara, ibu Ainal Mardiah misalnya, beliau
mengatakan harus ada dukungan negara dan keluarga, ibu Lily dan ibu Janlie juga demikian, campur tangan negara dalam memberlakukan undang-undang
perlindungan perempuan harus dilakukan, dan ibu Srijati Pohan mengatakan, yang terpenting adalah dukungan suami dan keluarga, agar pergerakan
perempuan itu lebih terarah. Sedangkan bagi ibu Damai Yona dan ibu Halimatussakdiyah mengatakan, bahwa upaya memperjuangkan kesetaraan dan
keadilan perempuan itu pertama sekali harus dimulai dari dalam diri perempuan itu sendiri, jika perempuan telah sadar akan keberadaannya maka dukungan dari
pihak lain akan berguna. Diangkatnya isu kesetaraan dan keadilan dalam kampanye calon legislatif
perempuan Caleg terpilih DPRD Kota Medan adalah salah satu upaya strategi pemenangan dalam menggalang suara. Isu ini dianggap sangat strategis, karena
mampu mempengaruhi pola berfikir dan simpati masyarakat, khususnya kaum perempuan untuk mau menjatuhkan pilihannya kepada caleg perempuan. Namun
kenyataan yang terjadi tidak seprti yang diharapkan. Keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif kota medan jauh dari penerapan kuota 30. Hanya ada
6 enam caleg perempuan yang terpilih dari total 50 lima puluh kursi. Ironis memang, ditengah jumlah pemilih perempuan yang melebihi 50 dari jumlah
seluruh pemilih., namun keterwakilan perempuan hanya mencapai 11. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menjadi pembuktian bahwa perempuan belum mendapat pengakuan dan tempat sejajar dengan laki-laki. Keberadaan perempuan masih dianggap hanya sebagai
pelengkap saja, perempuan dinilai tidak mampu memasuki areal politik. Permasalahan seperti ini sebenarnya lazim terjadi di negara yang masih kuat
menganut sistem patriarki, dimana kekuasaan laki-laki mendominasi terhadap perempuan. Perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah dan hanya berada di
areal rumah tangga, dunia politik dianggap sebagai bidang yang tabu untuk digeluti. Kemampuan perempuan dan laki-laki dibedakan berdasarkan gender,
bahwa perempuan identik dengan kelemahan dan feminism, sedangkan laki-laki dianggap sebagai mahluk kelas satu yang kuat dan tangguh.
Dari persoalan inilah kemudian feminisme muncul sebagai gerakan yang lahir akibat dari proses perdebatan mengenai kesetaraan dan keadilan.
Feminisme menentang adanya pemahaman dan pembedaan kemampuan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan seks atau jenis kelamin. Dari realitas
historis semacam inilah perbedaan gender terbentuk dan tersosialisasi, terbakukan dan terkonstruksi secara sosial kultural melalui ajaran agama bahkan melalui
negara. Dalam teorinya feminisme berasumsi negatif tentang ideologi patriarki, karena dalam ideologi ini perempuan ditempatkan pada posisi subordinat,
sehingga feminisme berusaha meruntuhkan struktur patriarki ini. Menurut feminisme budaya patriarki yang mengakar inilah yang menjadi
cikal munculnya serangkaian hambatan ruang gerak perempuan. Dari sini kemudian muncul beberapa aliran feminisme yang berusaha melakukan analisis
dan pemahaman bagaimana sebenarnya kesetaraan dan keadilan bagi perempuan itu diperjuangkan. Diantaranya feminisme liberal dan feminisme radikal. Secara
garis besar, feminisme liberal adalah salah satu aliran feminisme yang muncul
Universitas Sumatera Utara
sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang pada umumnya menjunjung tinggi nilai ekonomi, persamaan dan nilai moral serta kebebasan individu. Namun
pada saat yang bersamaan dianggap mendiskriminasikan perempuan. Asumsi dasar feminisme liberal berakar dari pandangan bahwa kebebasan
dan persamaan berasal dari rosionalitas serta pemisahan antara dunia privat dan dunia publik. Feminisme liberal menuntut kesempatan dan hak yang sama bagi
setiap individu, termasuk kesempatan dan hak kaum perempuan. Lain lagi dengan aliran feminisme radikal, aliran ini memandang diperlukannya sebuah tatanan
sosial baru yang tidak lagi menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua dari laki-laki, serta menuntut evaluasi kembali dan tidak merendahkan nilai-nilai
individu. Dari penjabaran diatas tadi dapatlah disimpulkan bahwa dari ke enam caleg
perempuan terpilih DPRD Kota Medan terbagi kedalam dua aliran pemikiran feminisme. Ibu Ainal Mardiah Golkar, Ibu Lily PIB, Ibu Janlie PIB dan Ibu
Srijati Pohan Demokrat termasuk ke dalam aliran feminisme radikal, alasan ini karena menurut keempat caleg ini bahwa terwujudnya nilai kesetaraan dan
keadilan harus ada campur tangan negara di dalamnya. Hal ini sejalan dengan asumsi dasar feminisme radikal, bahwa negara dibutuhkan untuk mengubah
tatanan sosial baru yang tidak lagi menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua dari laki-laki. Disinilah diperlukan peran negara, baik dalam melakukan
evaluasi maupun melindungi hak-hak perempuan. Sedangkan Ibu Damai Yona Demokrat dan Ibu Halimatussakdiyah
Demokrat termasuk ke dalam aliran feminisme liberal. Dalam tanggapannya mereka mengatakan bahwa kunci terwujudnya kesetaraan dan keadilan harus di
awali dari niat dan kesadaran perempuan itu sendiri. Jika perempuan telah
Universitas Sumatera Utara
mampu menunjukkan kemampuan dan kompetensinya maka upaya memperjuangkan kesetaraan dan keadilan baru akan berjalan. Karena akan sangat
sia-sia dukungan dari pihak lain, jika perempuan itu sendiri tidak tidak siap atas perjuangan yang akan dilakukan. Menurut kedua caleg, kemampuan dan
intelektualitas yang dimiliki perempuan akan secara otomatis menempatkan perempuan berada pada posisi sejajar dengan laki-laki. Hal ini sejalan dengan
asumsi dasar feminisme liberal, bahwasannya kesetaraan dan keadilan itu berasal dari rasionalitas, kesempatan dan hak yang sama bagi setiap individu.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP