Peran Pemerintah Daerah
4.2 Peran Pemerintah Daerah
Melihat peran strategis SMK ke depan, perbaikan rasio SMK : SMA menjadi salah satu terobosan kebijakan pendidikan nasional. Dalam upaya mendorong pengemban- gan SMK, Kementerian Pendidikan Nasional telah menetapkan kebijakan dan pelak- sanaan program pengembangan SMK dalam keranga tiga pilar pendidikan nasional, yaitu:
1. Perluasan akses pendidikan Kebijakan membalik rasio SMK : SMA menjadi 70:30 di tahun 2015. Dalam upaya membalik rasio tersebut berbagai program telah dilaksanakan yaitu :
• Penambahan USB SMK • Peningkatan proporasi alokasi anggaran untuk SMK • Ekstensifikasi dan intesifikasi penyelengaraan pendidikan kejuruan melalui
SMK besar, SMK jarak jauh, SMK di daerah perbatasan, SMK kecil di daerah terpencil.
• Menumbuhkan minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki ‘par- adigma’ dan ‘persfektif’ baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif jalur pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang.
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing Kebijakan dilakukan antara lain dengan: • Pengembangan fasilitas pada SMK-SMK misalnya fasilitas laboratorium prak-
tik kerja yang up to date. • Mengembangkan kerja sama dalam ikatan kemitraan dengan dunia usaha/ industri, seperti pengembangan teaching factory. • Penerapan MBS dalam penyelengaraan sekolah
3. Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik Peningkatan tata kelola dilakukan dengan adanya penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif melalui sertifikasi ISO 9001-2000.
Di tingkat pusat berbagai kebijakan pengembangan SMK sudah dilakukan den- gan berpedoman kepada tiga pilar pembangunan pendidikan nasional. Akan tetapi di tingkat daerah, semua kebijakan di atas belum tentu terimple- mentasikan dengan baik. Peran Pemda, melalui Dinas Pendidikan, menjadi san- gat penting karena sering kali jangkauan pusat tidak sampai ke daerah secara optimal.
68 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
4.2.1 Peran Pemerintah Kota Malang
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum
1. Perda Tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Sejalan dengan kaidah otonomi dan desentralisasi di berbagai kehidupan dan sektor pembangunan, pusat pengambilan keputusan pengelolaan pendidikan juga makin tersebar ke tingkat daerah, masyarakat, dan akhirnya satuan-satuan pendidikan. Pengelolaan pendidikan sebagaimana dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000- 2004, menjadi lebih berbasis daerah, masyarakat, dan sekolah (local, community, and school based management ).
Berpedoman kepada seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku tersebut, maka ditetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem Penyelenggaran Pendidikan, yaitu Perda Malang No. 13 Tahun 2001. Dalam Perda tersebut diatur antara lain:
• Anggaran pendidikan. Pasal 11 ayat (1) menyatakan: “Pemerintah Kota berkewajiban mengalokasikan sekurang-kurangnya 10% dari APBD untuk pembangunan sektor pendidikan”.
• Keterjaminan sumberdaya pendidikan. Pasal 14 ayat (5) menyata- kan: “Harta benda bergerak dan atau tidak bergerak yang meru- pakan prasarana dan atau sarana pendidikan tidak dapat dialih- fungsikan selain untuk pendidikan”.
• Peran serta masyarakat. Pasal 15 ayat (1) menyatakan: “Masyarakat berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan”.
• Kerjasama dengan dunia usaha. Pasal 15 ayat (2) menyatakan: “Pe- merintah Kota bertanggungjawab mendorong dan/atau meng- atur kerjasama saling menguntungkan dengan dunia usaha dan dunia pendidikan”.
• Pengendalian mutu pendidikan. Pasal 20 ayat (1) yang menyatakan: “Terhadap satuan pendidikan dilakukan pembi- naan dan pengendalian baku mutu pendidikan”.
2. Perda Kota Malang No.13/2001 telah direvisi menjadi Perda No.3 Tahun 2009 tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 32 Perda No.3/2009 menyatakan bahwa anggaran untuk pendidikan harus dianggarkan minimal 10% dari belanja daerah, di luar gaji pegawai dan pembiayaan pendidikan tinggi politeknik. Hal ini menunjukan adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Malang untuk pengembangan pendidikannya.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 69
Tabel.19
Alokasi APBD untuk Pendidikan – Kota Malang
Tahun
APBD Pendidikan
3. PSB Online Latar belakang dari pelaksanaan Penerimaan Siswa Baru (PSB) online adalah agar hasil penyaringan siswa baru lebih cepat, mudah akurat dan transparan dan murni berdasarkan DANUN (daftar nilai ujian nasional). Dengan PSB online, jumlah penerimaan siswa di suatu sekolah dapat dipantau guna menghindari keributan dan provokasi kekosongan bangku. Selain itu, PSB online juga dapat menghindari terjadinya pencabutan berkas pendaftaran oleh calon siswa yang mendaftar di sekolah-sekolah. Dengan sistem ini, masing-masing siswa hanya dapat diterima di satu pilihan saja.
4. Dewan Pendidikan Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat yang memadai. Untuk memperoleh dukungan tersebut, langkah alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menumbuhkan keberpihakan konkret dari semua lapisan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Keberpihakan konkret ini disalurkan secara politis menjadi suatu gerakan bersama dalam wadah berupa Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan dibentuk melalui Keputusan Walikota Malang.
Tugas Pokok Dewan Pendidikan adalah: • Memberikan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan
pelaksanaan kebijakan pendidikan. • Mendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. • Mengontrol (contolling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan dan keluaran pendidi- kan.
70 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
• Sebagai mediator antara Pemerintah dan DPR Kota Malang dengan
masyarakat di bidang pendidikan. Fungsi Dewan Pendidikan adalah:
• Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan bermutu. • Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, masyarakat, pemerintah,
dan DPRD berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu.
• Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan ber-
bagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masyarakat. • Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
Pemerintah Kota atau DPRD mengenai kebijakan dan program pendidikan, kriteria kinerja daerah di bidang pendidikan, kriteria tenaga pendidikan, fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendidikan.
• Mendorong partisipasi orang tua dan masyarakat guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. • Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan,
program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Unsur keanggotaan Dewan Pendidikan terdiri dari unsur-unsur
masyarakat yang dapat berasal dari: • LSM bidang pendidikan • Tokoh masyarakat • Tokoh pendidikan • Yayasan penyelenggara pendidikan • Organisasi profesi pendidikan • Komite Sekolah • Orang tua peserta didik • Unsur lain yang dianggap penting
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK
1. Pengembangan Kota Vokasi Kebijakan umum Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) ta- hun 2005 – 2009 diantaranya adalah berupa perluasan dan pe- merataan akses untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kemdiknas, peningkatan Akses pendidikan di tingkat menengah akan lebih ditekankan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana pada tahun 2010 perbandingan SMK-SMA adalah 60%:40%. Berangkat dari kebijakan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 71 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 71
Program ini merupakan bentuk penghargaan bagi Kabupaten/Kota yang berhasil dalam pengembangan pendidikan menengah keju- ruan sesuai Road-Map Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2006-2010. Program pengembangan kota vokasi ini merupakan program rinti- san (pilot project) dengan menekankan pada pelaksanaan Teaching Factory, dimana Teaching Factory merupakan suatu instalasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran siswa dengan melakukan perakitan produk atau pelayanan jasa lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kemampuan kewirausahaan para siswa SMK. Pelaksanaan program ini melibatkan unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan masyarakat, dengan memberdayakan komunitas-komunitas usaha kecil dan in- dustri serta dengan mengembangkan kejuruan berbasis sektoral perekonomian wilayah kabupaten/kota (seperti teknologi, pertani- an, pariwisata, dan lainnya).
Kota Malang menjadi salah satu Kota Vokasi dari empat Kota Vokasi di Indonesia pada tahun 2007. Ketiga Kota lainnya adalah Bandung, Yogyakarta dan Surakarta. Sebagai kota vokasi Malang telah memiliki infrastruktur yang memadai untuk pengembangan sekolah kejuruan. Di Kota Malang telah dibangun gedung vokasi sebagai pusat pembe- lajaran produktif bagi semua SMK di Malang. Hal ini merupakan salah satu dorongan dari pemerintah kota dalam pengembangan SMK di Kota Malang. Di gedung vokasi tersebut terdapat laboratorium perakitan komputer dan laptop bekerjasama dengan Zyrex, bengkel dan perakitan otomotif, dan laboratorium animasi. Infrastruktur lain yang mendukung pengembangan SMK di Kota Malang antara lain adalah ICT-Center di SMKN 4 Malang, laboratorium multimedia di SMKN 5, Edotel di SMKN 2 Malang dan masih banyak lagi.
Pengembangan kota vokasi diharapkan mampu mensinergikan seluruh sumberdaya kejuruan sehingga tercipta pertumbuhan
72 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 72 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Tabel . 20 Rasio SMK:SMA Kota Malang
Tahun SMA
SMK
Total
%SMA %SMK
4.2.2 Peran Pemerintah Kota Makassar
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum Kebijakan dan program yang dilakukan Pemerintah Kota Makassar se- laras dan merupakan pengejewantahan dari kebijakan pendidikan di tingkat pusat. Dari tiga pilar kebijakan pendidikan nasional yang ditetap- kan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, penekanan pengembangan kebijakan Pemerintah Daerah dilakukan pada aspek perluasan dan pem- erataan akses pendidikan. Jika di tingkat nasional kebijakan pendanaan massal dilakukan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program BOS Buku, program Bantuan Khusus Murid (BKM), program Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dan program beasiswa pelajar/beasiswa, maka Pemerintah Daerah dalam hal ini meluncurkan sebuah program penyelenggaraan pendidikan gratis di Provinsi Sulawe- si Selatan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 4 Tahun 2009. Program sekolah gratis tersebut berben- tuk: • Program biaya pendidikan bagi peserta didik yang sekolahnya mem-
peroleh bantuan penuh pembiayaan; • Program subsidi biaya pendidikan bagi peserta didik yang sekolah-
nya memperoleh bantuan tidak penuh atau sebagian; • Program beasiswa pendidikan bagi peserta didik berprestasi yang
berasal dari keluarga tidak mampu.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 73
Sebagai contoh implementasi lainnya, berdasarkan Perda tersebut, Walikota Makassar mengeluarkan Keputusan Walikota Makassar No. 421.2/366/Kep/IV/09 yang menetapkan sekolah penyelenggara rintisan sekolah bersubsidi penuh (Sekolah Gratis) tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dinas pendidikan kota Makassar.
Sasaran penyelenggaraan pendidikan gratis adalah jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang terdiri atas SD, SMP, SMPLB, SMA/SMK. Tata laksana penyelenggaraan pendidikan gratis di Kota Makassar berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota dengan sumber pembiayaan yang berasal dari kedua belah pihak (dialokasikan dalam APBD), dukungan dunia usaha, masyarakat dan sumber lain yang tidak mengikat. Komponen pembiayaan penyelenggaraan pendidikan gratis meliputi biaya kegiatan proses belajar mengajar yang mencakup, biaya operasional, pemeliharaan, ekstrakurikuler, insentif pendidik dan tenaga kependidikan.
Pada tahun 2007 program ini dimulai dengan memberikan bantuan pada 15 SD dengan jumlah siswa 3.810 dan 3 SMP dengan jumlah siswa 860 di Makassar. Bantuan ini berlanjut hingga tahun 2009 hingga men- capai 128 SD dengan jumlah siswa 35.519, 7 SMP dengan jumlah siswa 3.280 dan 2 SMA dengan jumlah siswa 696. Pada tahun 2010 direncana- kan program akan mencakup SMK.
Selain itu, Pemerintah Kota Makassar juga mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2006 tentang penyelenggaraan pendidikan, yang didalamnya mengatur beberapa kewajiban yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat, termasuk perihal pengadaan, pendaya- gunaan dan pengembangan tenaga pendidikan, kurikulum lokal, buku pelajaran, peralatan pendidikan, tanah gedung atau bangunan serta pe- meliharaannya, dan penyelenggaraan kurikulum nasional. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang me- libatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah. Dalam usaha peningkatan mutu, peraturan ini mendukung optimalisasi peran dan pemberdayaan gugus sekolah, kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), serta Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan partisipasi masyarakat dalam bentuk Komite Sekolah.
74 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
Berikut adalah alokasi APBD Pemerintah Kota Makassar untuk sektor pendidikan yang terus mengalami kenaikan:
Tabel.21
Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar
(dalam milyar)
No Uraian
22.22 26.76 28.5 108.15 108.92 4 Sisa Lebih
- - 5 Anggaran
Sumber : BAPPEDA Kota Makassar
b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK Kebijakan dan program pendidikan Pemerintah Kota Makassar yang ditujukan untuk mendorong pengembangan SMK baru sebatas mengikuti arahan kebijakan pusat terkait sebelas kebijakan terobosan berskala massal yang telah dijalankan oleh Kemdiknas. Salah satu diantaranya adalah terkait perbaikan rasio peserta didik SMK : SMA. Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan indus- tri. Langkah yang diambil untuk mendukung kebijakan tersebut adalah dengan mempermudah ijin SMK dan menekan izin operasional SMA.
Tabel. 22
Rasio Jumlah SMK: SMA Kota Makassar Tahun 2005 -2009
No Tahun
Jumlah Rasio Neg
SMK
SMA
Swasta SMK:SMA 1 2005
9 81 90 22 88 110 45:55 Sumber : Kementerian Pendidikan Kota Makassar
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 75
Kondisi dan lingkungan terutama geografi dan ekonomi mendukung Kota Makassar untuk menjadi salah satu pusat pengembangan pendidikan dikawasan timur. Aktivitas perekonomian yang tinggi terutama yang ditunjang oleh sektor perdagangan, perhotelan dan restoran mendorong kebutuhan dan permintaan tenaga kerja disektor ini. Hal ini kemudian akan memberikan kesempatan pada institusi pendidikan yang dapat menawarkan kebutuhan akan tenaga kerja disektor perdagangan, perhotelan dan restoran. Adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah bagi pengembangan dunia pendidikan secara umum berupa visi dan misi, kebijakan dan anggaran diatas 20% dari total APBD dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk mengembangkan diri.
Penerapan sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) seperti yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Makassar No. 3 Tahun 2006 memungkinkan Sekolah pada umumnya dan SMK pada khususnya untuk melakukan inovasi- inovasi bagi pengembangan institusi. Sementara kebijakan pemerintah pusat untuk mengubah proporsi SMK dan SMA dapat dilihat sebagai sebuah peluang dimana perhatian pemerintah kedepan akan lebih difokuskan pada pengembangan pendidikan vocational. Kebijakan ini tentu akan memberi- kan kosekuensi pada perhatian dan alokasi sumber daya untuk mendukung kebijakan tersebut.
Sejauh ini, dukungan langsung Pemerintah Darah pada pengembangan SMK belum terlihat, selain pemberian kemudahan perijinan yang diarahkan pada usaha peningkatan mutu, dan tata kelola yang baik. Fokus pengem- bangan sektor pendidikan Pemerintah Daerah masih diseputar aspek akses dan pemerataan pendidikan tingkat dasar dan menengah (SD dan SMP). Ini menciptakan tantangan sendiri bagi SMK yang ingin mengembangkan kualitas dan tata kelola yang baik ke tingkat yang lebih tinggi atau menye- suaikan dengan kualitas Internasional, seperti SMKN 8 misalnya.
4.2.3 Peran Pemerintah Kabupaten Subang
a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum Selaras dengan kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional, kebijakan umum pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang di- arahkan pada enam pilar kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, yaitu:
1. Kebijakan Pemerataan/Perluasan Kesempatan Memperoleh Pendidikan Pelaksanaan kebijakan diarahkan kepada peningkatan kesadaran dan motivasi orang tua dan siswa untuk melanjutkan pendidikan serta upaya untuk meringankan beban biaya pendidikan dan diikuti dengan peningkatan daya tampung sekolah dan program PLS.
76 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
2. Kebijakan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Kebijakan peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan peningkatan profesionalisme guru dan pemberdayaan MBS dan Komite Sekolah.
3. Kebijakan dalam Efisiensi Manajemen Pendidikan Kebijakan dilakukan dengan peningkatan profesionalisme tenaga penunjang pendidikan serta pengembanga karir.
4. Kebijakan dalam Peningkatan Relevansi Pendidikan Kebijakan dilakukan dengan peningkatan mutu kurikulum muatan lokal dan pengembangan sistem ganda (PSG) khusus untuk SMK.
5. Kebijakan dalam Pembinaan dan Pengembangan Program-Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Kebijakan dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan program-program PLS seperti program kejar paket A yang setara SD dan paket B yang setara SMP, program magang, kursus, dan sebagainya.
6. Kebijakan dalam Pembinaan dan Pengembangan Program Kepemudaan dan Olahraga Kebijakan dilakukan dengan dengan pembinaan dan pengembangan program kepemudaan dan olahraga.
Pemerintah Daerah mengalokasikan APBD untuk mengembangkan pendidikan yang cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun, berikut data yang diperoleh:
Tabel. 23
Alokasi APBD Untuk Sektor Pendidikan – Subang
TAHUN APBD Alokasi Pendidikan %
1.045.615.420.247,00 435.288.358.268,62 41,63 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, 2009
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 77 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 77
1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah Sasaran programnya adalah sebagai berikut: • Meningkatnya jumlah siswa lulusan SMP yang ditampung di
SMA/MA/SMK; • Meningkatnya jumlah lulusan SMA/MA/SMK; • Meningkatnya rasio guru : murid, dan rasio ruang kelas : sekolah; • Terpenuhinya kebutuhan ruang kelas, meningkatnya jumlah
ruang kelas baik; • menurunnya jumlah ruang kelas rusak.
Kegiatannya adalah: • Pembangunan Gedung Sekolah SMA/SMK; • Rehabilitasi sedang/berat ruang sekolah; • Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu; • Pembinaan SMK Kelas Jauh; • Penyebarluasan Berbagai Informasi Pendidikan Menengah.
Tabel. 24 Rasio SMK : SMA di Subang
Rasio SMK : SMA No
JUMLAH SISWA
53,24 46,76 Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang
78 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing Sasaran Programnya adalah: • Meningkatnya kualitas lulusan dilihat dari rata-rata nilai UN, • Meningkatnya jumlah sekolah SBN/SBI, • Meningkatnya ketersediaan perpustakaan, • Tersedianya buku pelajaran, sumber belajar dan media belajar, • Persentase lulusan SMK yang berusaha sendiri/ berwirausaha, • Meningkatnya kewirausahaan sekolah, dan • Meningkatnya lulusan SMA/SMK melek baca Al Qur’an.
Kegiatan yang dilakukan : • Pemberian insentif bagi guru-guru yang melaksanakan program
jam tambahan / remedial, serta pelaksanaan Pra-Ujian Nasional • Penyediaan sarana, fasilitas PBM dan buku pokok. • Penyediaan Dana Pendamping SSN/SBI
3. Peningkatan tata kelola Kebijakan yang dilakukan adalah : • Peraturan tentang izin operasional SMK yang harus ada ajuan dari
Dunia Usaha/Dunia Industri • Pengembangan transparansi pengelolaan pendidikan, melalui
RAPBS, Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan laporan berkala • Adanya kendali mutu penyerlenggaran pendidikan • Sosialisasi ISO 9001-2008 dan pengadaan dan pendamping untuk
sertifikasi ISO.
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 79