103225279 INOVASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan 12920 Telp. (021) 2557 8300, Faks (021) 5289 2448 www.kpk.go.id

Jakarta, 2010

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesaikannya Buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan : Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan. Kegiatan pengembangan buku Inovasi dalam Sistem Pendidikan ini dilakukan da- lam rangka mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance) di dunia pendidikan, khususnya di tingkat unit layanan di sekolah. Pelaksanaan tata kelola yang baik diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas layanan publik.

Untuk memudahkan Pembaca memahami pola praktik inovasi tata kelola yang dilakukan, buku ini menggunakan alur pembahasan berurutan mulai dari profil daerah dan unit layanan, kondisi sebelum adanya inovasi, praktik inovasi pendidikan yang dilakukan, kapabilitas Inovasi, dan keberlangsungan program inovasi. Objek studi inovasi ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan unit layanan terpilih adalah SMKN 4 Kota Malang, SMKN 8 Kota Makassar dan SMKN 2 Kabupaten Subang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Untuk penyempurnaan buku ini sangatlah kami harapkan.

Jakarta, Desember 2010. Tim Penulis Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi

Selamat membaca !

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK iii

DAFTAR ISI

Hal PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL vii BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.3 Pelaksanaan Studi

1.4 Cakupan Studi

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data

4 BAB 2 POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI INDONESIA 5

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK:SMA

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK

2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK

2.4 Program Pengembangan Sekolah Menegah Kejuruan

2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal

2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah

12 BAB 3 PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH 14

2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan

3.1 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis

dan Kegiatan Produktif

b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun

c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)

d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)

3.1.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.1.5 Kesinambungan Program

iv Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

3.2 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 8 Kota Makassar

3.2.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.2.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.2.3 Praktik Inovasi Pendidikan: Pengembangan Sistem Blok

3.2.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.2.5 Kesinambungan Program

3.3 Praktik Inovasi Bidang Pendidikan di SMKN 2 Kabupaten Subang 42

3.3.1 Profil Daerah dan Sekolah

3.3.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

3.3.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Penerapan dan Pengembangan Sistem Ketarunaan

b. Program Kelas Wirausaha/Mandiri

c. Program Kelas Termediasi (Kelas Jauh)

d. Program Pengembangan Teaching Factory

e. Income Generating Unit

3.3.4 Kapabilitas Inovasi

a. Strategi yang Dilakukan

b. Proses

c. Sumber Daya Manusia

d. Teknologi

e. Pengukuran

3.3.5 Kesinambungan Program

BAB 4 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN

DAN PROGRAM PEMERINTAH PUSAT DAN INOVASI SMK 67

4.1 Reformasi Kerangka Hukum dan Kebijakan Terobosan Pendidikan Nasional

4.2 Peran Pemerintah Daerah

4.2.1 Peran Pemerintah Kota Malang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

4.2.2 Peran Pemerintah Kota Makassar

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

4.2.3 Peran Pemerintah Kabupaten Subang

a. Kebijakan dan Program Pendidikan secara Umum

b. Kebijakan dan Program Pendidikan SMK

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK v

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 80

5.1 Kesimpulan

81 Daftar Pustaka

5.2 Rekomendasi

vi Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

DAFTAR TABEL

Hal Road Map Pengembangan SMK 2010-2014

8 Tabel.1 Nilai UAN Jurusan Persiapan Grafika SMKN 4 Malang

27 Tabel.2 Nilai UAN Jurusan Produksi Grafika SMKN 4 Malang

27 Tabel.3 Nilai UAN Jurusan Multimedia SMKN 4 Malang

27 Tabel.4 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang di Industri

28 Tabel.5 Daya Serap Lulusan SMKN 4 Malang Program Keahlian Persiapan Grafika

28 Tabel.6 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Keahlian Produksi Grafika

28 Tabel.7 Daya Serap SMKN 4 Malang Program Multimedia

28 Tabel.8 Siklus Pembelajaran

33 Tabel.9 Ilustrasi Sistem Blok Bidang Pariwisata untuk Siswa Tingkat I SMKN 8 Makassar

34 Tabel.10 Daya Serap Lulusan SMKN 8 Makassar

39 Tabel.11 Rekapitulasi Penerimaan Siswa Baru SMKN 8 Makassar Tahun 2007-2008

40 Tabel.12 Rata-rata Nilai UAN Siswa SMKN 8 Makassar Periode Tahun 2003-2008

43 Tabel.13 Pengaturan Pembelajaran Kelas Wirausaha/ Mandiri – SMKN 2 Subang

49 Tabel.14 Pendapatan dan Pengeluaran Unit Usaha Restoran SMKN 2 Subang

54 Tabel.17 Data Keterserapan Lulusan SMKN 2 Subang

64 Tabel.19 Alokasi APBD untuk Pendidikan – Kota Malang

70 Tabel.20 Rasio SMK: SMA Kota Malang

73 Tabel.21 Alokasi APBD untuk Pendidikan di Kota Makassar

75 Tabel.22 Rasio Jumlah SMK:SMA Kota Makassar Tahun 2005-2009

75 Tabel.23 Alokasi APBD untuk Sektor Pendidikan – Subang

77 Tabel.24 Rasio SMK:SMA di Subang

78

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanpa kita sadari kebiasaan mencontek saat ujian di sekolah dulu merupakan salah satu akar dari tindakan korupsi yang terjadi selama ini. Mencontek sebenarnya bukan sekedar kenakalan yang dilakukan oleh banyak anak sekolah. Namun, apabila dikaji lebih jauh, hal ini tidak terlepas dari permasalahan sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan bukan sekedar pengayakan intelektual, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai luhur insani bagi kemajuan peradaban bangsa, termasuk

penguatan akhlak mulia, karakter unggul, dan wawasan kebangsaan. 1 Akan tetapi, sistem pendidikan kita kurang mampu mengadirkan pendidikan dalam nuansa tersebut.

Penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan diharapkan mampu menawarkan paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan. Pengalaman membuktikan bahwa upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah sesederhana dan semudah yang dibayangkan. Banyak aspek dari pendidikan yang perlu ditata ulang sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Selama ini mungkin banyak orang berpendapat bahwa satu-satunya jawaban atas permasalahan mutu pendidikan tersebut adalah tersedianya dana yang memadai untuk pengembangan pendidikan, sehingga tidak jarang mahalnya biaya pendidikan atau sekolah menjadi tolok ukur bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

Penerapan tata kelola yang baik (good governance) menawarkan solusi baru bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Tata kelola yang baik yang diartikan seba- gai pengelolaan yang baik merupakan serangkaian tindakan nyata untuk menghasilkan kondisi yang lebih kondusif dalam peningkatan mutu pendidikan. Menurut United Nation Development Programme (UNDP), tata kelola yang baik memiliki delapan prinsip sebagai berikut: partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kepastian hukum, ketanggapan, konsensus, serta setara dan inklusif. Dalam konteks pengelolaan pendidikan, beberapa karakteristik yang melekat dalam praktik good governance menurut Effendi (2005) adalah sebagai berikut: pertama, praktik good governance harus memberi ruang kepada pihak di luar pemerintah yaitu masyarakat untuk berperan secara optimal sehingga

1 Nandika, Dodi. (2009). Pendidikan : Rahmat bagi Sekalian Alam, Penangkal Korupsi. Makalah dipresentasikan pada Seminar Hari Anti Korupsi Sedunia. Jakarta.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 1

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 2

memungkinkan adanya sinergi di antara mereka dalam hal ini pelanggan atau stake holder lembaga pendidikan; kedua, dalam praktik good governance terkandung nilai-nilai yang membuat pemerintah maupun lembaga pendidikan dapat lebih efektif bekerja. Nilai-nilai seperti efisiensi, keadilan, dan daya tanggap menjadi nilai yang penting, efektivitas dan efisiensi yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan pendidikan; ketiga, praktik good governance adalah praktik pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada kepentingan publik, dalam hal ini kepentingan pelanggan pendidikan.

Secara lebih praktis tata kelola yang baik harus menjabarkan tujuan pendidikan nasional dan menterjemahkan dalam rumusan visi dan misi dari lembaga pendidikan serta mengembangkan kompetensi-kompetensi dan mekanisme kerja dalam lembaga pendidikan agar dapat berfungsi secara efektif dan efisien mewujudkan visi dan misinya.

Tata Kelola yang baik (good governance) dengan karakteristik yang melekat padanya tidak hanya menciptakan pengelolaan dan pengurusan pendidikan yang lebih baik akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi lagi mampu mendorong sekolah untuk melakukan terobosan-terobosan baru menciptakan inovasi dalam pengembangan pendidikannya. Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang ber- makna ‘ pembaharuan; perubahan (secara) baru’, sementara Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat

sasaran. 2 Dalam buku 24/7 Innovation, Stepen M. Shapiro melihat inovasi sebagai sebuah keunggulan kompetitif dari suatu perusahaan. Shapiro mengembangkan konsep untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam berinovasi dengan melihat lima elemen kapabilitas inovasi: strategi (strategy), pengukuran (measurement), proses (processes), sumber daya manusia (people), dan teknologi (technology). Ka- pabilitas inovasi memungkinkan sebuah organisasi dapat melakukan semua ak- tivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya proses, sumber daya manusia, dan tekonologi. Kapabilitas inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukakan oleh organisasi dan mampu mengantarkan output yang dapat diukur.

Buku ini bertutur tentang penerapan tata kelola yang baik dalam pengelolaan pendidikan yang ternyata tidak hanya menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya akan tetapi juga mendorong beberapa sekolah menengah kejuruan (SMK) di beberapa daerah untuk melakukan terobosan baru/inovasi dalam kegiatan belajar mengajarnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sesuai dengan kewenangannya berperan sebagai trigger mechanism merasa perlu untuk terus mendorong semangat pelaksanaan tata kelola yang baik di setiap layanan publik.

2 Sanusi, Effendi. (2009). Inovasi : Pengertian dan Karakteristik. Diambil dari Sumber Elektronik http://blog.unila.ac.id/effendisanusi/ tanggal 9 Nopember 2009.

Wujud dorongan semangat ini antara lain dengan memberikan gambaran nyata dari pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan di beberapa SMK di Indonesia.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Dari latar belakang di atas, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK melakukan studi terhadap pelaksanaan tata kelola yang baik di bidang pendidikan. Tujuan studi ini adalah untuk:

1. Mempelajari praktik tata kelola yang baik di bidang pendidikan sebagai salah satu upaya pencegahan korupsi, khususnya pendidikan menengah kejuruan di beberapa daerah di Indonesia.

2. Memberikan gambaran mengenai kapabilitas inovasi dan tingkat keberhasilan dari sekolah kejuruan menengah tersebut sebagai hasil dari pelaksanaan tata kelola yang baik.

Manfaat dari studi ini adalah:

1. Pada tatanan praktis, hasil dari studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pembelajaran dalam pengembangan praktik-praktik pelaksanaan tata kelola yang baik khususnya di bidang pendidikan oleh daerah-daerah lain. Hasil akhir studi juga diharapkan dapat mendorong pengembangan layanan pendidikan bagi masyarakat di daerah yang menerapkan kebijakan dan inovasi layanan.

2. Dari sisi akademis, studi diharapkan dapat menambah literatur kajian mengenai penerapan nyata tata kelola yang baik di daerah.

1.3 Pelaksanaan Studi

Studi ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan pelaksanaan good governance dan pola keberhasilan dari inovasi yang diterapkan oleh unit layanan. Untuk melihat tingkat inovasi dari unit layanan dikembangkan kerangka kapabilitas inovasi yang terdiri dari lima elemen: strategy, measurement, process, people dan technology.

Untuk menggambarkan pola praktik inovasi dan keberhasilannya agar mudah diaplikasikan oleh daerah-daerah lain, maka sistematika penulisan didasarkan pada alur pikir sebagai berikut:

1. Profil Daerah dan Unit Layanan

2. Kondisi Sebelumnya Adanya Inovasi

3. Pratik Inovasi Pendidikan

4. Kapabilitas Inovasi

5. Keberlangsungan Program.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 3

Pelaksanaan studi terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1) Tahap persiapan (pengumpulan data awal dan penentuan daerah studi); 2) Tahap pengumpulan data dan observasi lapangan; 3) Tahap analisis; 4) Tahap pengembangan laporan akhir; dan 5) Tahap penyusunan buku serta visualiasi berupa CD/DVD interaktif.

1.4 Cakupan Studi

Studi inovasi layanan pendidikan difokuskan kepada pendidikan menengah kejuruan, dengan pertimbangan bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran strategis bagi terwujudnya angkatan kerja nasional yang terampil dan selain itu juga sejalan dengan kebijakan Kemdiknas untuk mewujudkan rasio SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) berbanding dengan SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi 70% : 30% pada tahun 2015.

Untuk mengidentifikasi unit penelitian yang akan dipilih, beberapa kriteria dikembangkan dalam studi ini. Kriteria pertama adalah program kemitraan SMK dengan dunia industri yang dikelompokkan menjadi tiga bidang kemitraan, yaitu: bidang manufaktur, bidang jasa, dan bidang agro industri. Kriteria kedua dilihat dari program keunggulan lokal SMK, dan kriteria ketiga melihat penerapan ISO 9001-2008. Sebagai data pendukung, digunakan informasi mengenai inovasi layanan yang dikembangkan oleh unit layanan dan mempertimbangkan re- komendasi serta masukan-masukan dari Direktorat Pembinaan SMK Kemdiknas. Berikut adalah unit layanan yang menjadi unit analisis dalam studi ini:

No Unit Layanan

Program Kejuruan

Pelaksaanan Observasi

5-8 Oktober 2009 2 SMKN 8 Makassar

1 SMKN 4 Malang

Grafika dan Multimedia

12-15 Oktober 2009 3 SMKN 2 Subang

Pariwisata dan Perhotelan

Pertanian

23-26 November 2009

1.5 Pengumpulan dan Analisis Data

Observasi lapangan dan teknik wawancara digunakan sebagai alat utama pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan meng- gunakan kajian literatur maupun penulusuran sumber data lain.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk me- mudahkan penjelasan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di lapangan.

4 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

BAB 2 POTRET PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI INDONESIA

2.1 Sekolah Menengah Kejuruan

Definisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:

”Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.”

Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional, menjelaskan Sekolah Menengah Kejuruan secara lebih spesifik, bahwa:

”Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu.” 3

Keberadaan sekolah kejuruan di Indonesia telah ada sebelum Indonesia merdeka. Dari rujukannya, Sekolah Kejuruan mulai didirikan sejak zaman penjajahan Belanda, diantaranya adalah SMKN 4 Malang dan SMKN 8 Makassar. Dedi Supriadi (2002) menyebut Sekolah Pertukangan di Surabaya yang berdiri tahun 1853 adalah sekolah

kejuruan yang pertama di Indonesia 4 . Rentang waktu yang cukup panjang sejak penjajahan Belanda sampai sekarang, sekolah kejuruan mengalami berbagai di- namika dalam perkembangannya.

Dahulu, citra SMK sebagai sekolah kelas dua setelah SMA (Sekolah Menengah Atas, atau yang dikenal juga dengan sebutan SMU atau Sekolah Menengah Umum) sangat melekat dibenak masyarakat. Banyak orang tua beranggapan bahwa jalan sukses bagi anak-anak adalah dengan menyekolahkannya ke SMA, dengan perngharapan bahwa setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Menyandang predikat sarjana dianggap merupakan suatu jaminan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan diidam-idamkan.

Akan tetapi fakta menunjukkan lain. Sejak krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada tahun 1997, angka pengangguran tidak berkurang namun justru setiap tahun semakin bertambah. Struktur tenaga kerja di Indonesia menggambarkan dari 76 juta tenaga kerja ternyata didominasi oleh tenaga kerja yang tidak memi-

3 Kementerian Pendidikan Nasional. (2006).Teropong Wajah Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Jakarta.

4 Ibid Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 4 Ibid Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

dengan kualifikasi expert/ahli) hanya sejumlah 4,5 juta pekerja. 5 Melihat kondisi seperti ini Indonesia akan sulit bersaing dengan negara lain dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang.

Belajar dari fenomena tersebut, Indonesia harus mengembangkan sistem pendidikannya sehingga dapat mencetak dan meningkatkan tenaga siap kerja, yang sekaligus juga dapat mencegah bertambahnya pengangguran. Sekolah kejuruan (SMK) menjadi salah satu komponen yang patut dikembangkan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang cukup potensial tersebut.

2.2 Perubahan Paradigma Pendidikan Menengah Kejuruan

Melihat peluang besar dan peran penting sekolah kejuruan dalam upaya penyiapan tenaga kerja siap pakai untuk menekan tingkat pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, perubahan paradigma penyelengaraan pendidikan kejuruan mulai dilakukan. Perubahan paradigma tersebut terjadi pada orientasi pendidikan dan pelatihan kejuruan yang dikembangkan dari yang bersifat supply driven menjadi demand driven. Sistem pengelolaan yang mulanya bersifat sentralistik, berubah menjadi desentralistik. Pendekatan pembelajarannya pun bergeser, dari pendekatan mata pelajaran menjadi pembelajaran berbasis kompetensi. Pola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pun berkembang dari yang semula sangat terstruktur menjadi lebih fleksibel/luwes dan permeable/terbuka.

SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara dari pendidikan menengah kejuruan yang berada di bawah Direktorat Pembinaan Sekolah Kejuruan, merupakan lembaga pendidikan yang berorientasi pada pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk dunia bisnis dan industri), memberikan pendidikan tentang kewirausahaan, serta membentuk kecakapan hidup (life skill). Murid di SMK lebih ditekankan untuk melakukan praktik sehingga mereka berpengalaman dan mantap untuk langsung memasuki dunia kerja, tetapi ini tidak menutup kemungkinan para lulusan SMK untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu saat ini banyak SMK yang bertaraf internasional untuk menghadapi persaingan di era globalisasi.

5 Ibid 6 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

2.3 Kebijakan Pengembangan SMK

Kebijakan khusus terkait pengembangan SMK sebagai suatu konsekuensi perubahan paradigma terhadap pendidikan menengah kejuruan mutlak diperlukan. Terdapat tiga pilar utama pendidikan, yaitu:

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan;

2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Untuk membangun SMK yang dapat menghasilkan SDM yang siap kerja, cerdas dan kompetitif, maka melalui tiga pilar utama pendidikan tersebut, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melakukan beberapa kebijakan strategis yang mendukung perkembangan pendidikan menengah kejuruan untuk memenuhi tuntutan tersebut, yaitu:

2.3.1 Perbaikan Rasio Peserta Didik SMK : SMA

Kemdiknas memiliki kebijakan untuk membalik rasio peserta didik SMK dibanding SMA dari 30 : 70 pada tahun 2004, menjadi 70 : 30 pada tahun 2015. Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorientasi pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Selama kurun tahun 2005 – 2008, SMK telah dibangun lebih banyak dari pada SMA, yaitu sebanyak 466 Unit Sekolah Baru (USB) SMK dibandingkan dengan SMA sebanyak 237 USB.

Dalam hal pendanaan, anggaran untuk SMK juga dialokasikan lebih banyak dari SMA, yaitu untuk Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) SMK sebesar Rp.175 milyar pada tahun 2007 dan Rp.209 milyar pada tahun 2008; sedangkan untuk BOMM SMA sebesar Rp.94 milyar pada tahun 2007 dan Rp.85 milyar pada tahun 2008. Bantuan khusus murid SMK, dengan alokasi anggaran Rp.328 milyar pada tahun 2008, sedangkan untuk SMA sebesar Rp.242 milyar.

Hingga tahun 2008, Pemerintah telah berhasil meningkatkan rasio peser- ta didik SMK : SMA menjadi 46 : 54, dibandingkan pada akhir tahun 2004 sebesar 30 : 70. Peningkatan sebesar 16% ini dicapai melalui ekstensifikasi dan intensifikasi penyelenggara pendidikan kejuruan berbagai bentuk SMK, seperti SMK besar di kawasan industri, SMK kelas jauh di pesantren atau institusi sejenis, SMK di daerah perbatasan, SMK kecil di daerah terpencil dan pedesaan, SMA terbuka, dan sekolah menengah terpadu.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 7

�� �������������� ���� �� ����� ��#�+������������������ ����#�+��������������������������� Road Map �������� �����#� �������������� ������������������������ Pengembangan SMK 2010-2014

-���� � ���� � ��������� � ����� � ������������ � ������ � � �� � #�+ � ����� � ��������� Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah siswa SMK dalam mencapai �������������='>� � ���#�+�����9'>� � ���#� ����������������������������������.

perbandingan 70% siswa SMK dan 30% siswa SMA diantaranya dilakukan dengan �) !�� ������������������� ����������������� ��������������������� � ���#�+� cara:

a) Bersama mitra dari industri berupaya terus meningkatkan jumlah siswa SMK �) ����������� � ����� � � ��� � ����� � ��� � ��� � �� ������� � ����� � ��������� disamping juga terus meningkatkan mutu SMK; F���������F�����F��� "����"F�����������������������#�+� ����������������"�������

b) Menumbuhkan minat siswa, orang tua dan masyarakat dalam memiliki ������������������������������ ����������������2 ‘paradigma’ dan ‘persfektif’ baru untuk menjadikan SMK sebagai alternatif ���������������������� ������������������� jalur pendidikan yang menjanjikan masa depan gemilang; ������������������������������������������������������������������������� �

c) Kemdiknas dalam dua tahun terakhir melakukan conditioning guna meyakinkan masyarakat terutama siswa lulusan SMP agar lebih berminat memilih pendidikan kejuruan dalam menempuh karier pendidikan lebih lanjut.

8 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

2.3.2 Sertifikasi ISO 9001-2008

Dalam upaya meningkatkan standar layanan birokrasi di semua unit kerja Kemdiknas, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, Kemdiknas berupaya secara serius agar semua unit kerja dapat memberikan layanan yang prima dan bertaraf internasional. Untuk itu Kemdiknas melakukan penjaminan mutu pekerjaan manajerial dan administratif melalu sertifikasi ISO 9001-2000.

2.3.3 Pengembangan Fasilitas pada SMK-SMK

Pengembangan fasilitas pada SMK-SMK, misalnya fasilitas laboratorium praktik kerja yang up to date, dsb., dikembangkan melalui kerja sama dalam bentuk kemitraan dengan dunia usaha/industri, serta memperluas akses dan kemudahan bagi siswa yang akan menempuh pendidikan SMK.

2.3.4 Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan SMK

Dengan cara memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan mela- lui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang, disamping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus.

2.4 Program Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan

Berbagai kebijakan strategis seperti yang dikemukakan sebelumnya diikuti dengan berbagai program pengembangan SMK, antara lain:

2.4.1 Sekolah Kejuruan Berbasis Keunggulan Lokal

Dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi sekolah kejuruan, Ke- menterian Pendidikan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Mana- jemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas Nomor 252/C/KEP/ MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008, menetapkan 6 (enam) bidang studi keahlian, yaitu:

1. Teknologi dan rekayasa

2. Teknologi informasi dan komunikasi

3. Kesehatan

4. Seni, kerajinan dan pariwisata

5. Agribisnis dan agroteknologi

6. Bisnis dan manajemen Dalam era otonomi daerah yang diikuti dengan desentralisasi, penentuan

pengembangan bidang studi keahlian SMK perlu dipertimbangkan dan

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 9

a) Potensi geografis yang meliputi kekayaan alam, letak wilayah, dan sumber daya buatan

b) Faktor budaya, kepercayaan nilai-nilai moral, dan norma yang menentu- kan kepribadian masyarakatnya

c) Kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat kemajuan masyarakatnya Dalam konteks pengembangan pendidikan kejuruan, daerah memiliki

kewenangan menentukan kebijakan pengembangan program pendidikan SMK yang sesuai dengan konteks daerah. Program pendidikan SMK dapat diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang produktif dan mampu mendayagunakan potensi perekonomian daerah sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan kemandirian daerah. Selain itu fungsi SMK juga dikaitkan dengan penyediaan tenaga penggerak perekonomian daerah, dimana SMK diharuskan agar mampu membuka cakrawala pemikiran lebih luas bagi tenaga kerja lulusan SMK, sehingga para lulusan dapat mengembangkan potensinya dalam menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa. Kemampuan ini penting terutama dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan lapangan usaha, sehingga lulusan SMK tidak hanya bergantung pada lapangan kerja yang ada, akan tetapi mampu mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial dengan mendayagunakan potensi ekonomi daerah yang masih ada.

2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah

Pencapaian efisiensi tenaga kerja SMK yang berkualitas dan berdaya saing tinggi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sehingga SMK dapat memperoleh justifikasi eksistensi kuat dari masyarakat.

Saat ini pemerintah memberikan otonomi yang luas pada tingkat sekolah, agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah tersebut. Dengan adanya otonomi ini sekolah dituntut mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah, dengan

10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 10 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memperdayakan sumber daya yang tersedia;

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam me- nyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;

c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan

d) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai

Prinsip utama pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah adalah :

a) Fokus pada mutu

b) Bottom up planning and decision making

c) Manajemen yang transparan

d) Pemberdayaan masyarakat

e) Peningkatan mutu secara berkelanjutan Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, ada beberapa kewenangan yang

didesentralisasi pada sekolah, yaitu:

a) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhan nya (school-based plan);

b) Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan dan hasil program-program sekolah, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal;

c) Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya dan me- modifikasi) kurikulum, namun tetap dalam koridor standar pendidikan nasional atau tidak dapat mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional;

d) Sekolah diberi kebebasan memiliki strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah;

e) Pengelolaan ketenagakerjaan, mulai dari analisa kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, insentif dan sanksi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai dengan evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan sebagainya) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut penggajian/pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri yang sampai saat ini masih ditangani oleh Pemerintah Pusat/Daerah;

f ) Sekolah dapat melakukan pengelolaan fasilitas (peralatan dan perlengkapan), mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampai

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 11

g) Sekolah dapat melakukan pengelolaan keuangan, terutama dalam hal pengalokasian/penggunaan uang sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan penghasilan (income generating activities) sehingga sumber keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah;

h) Sekolah melakukan pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan/pembinaan/ pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga sampai pada pengurusan alumni;

i) Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan keduanya dalam meningkatkan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat;

j) Pengelolaan iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan/espektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities ) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewenangan sekolah sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif.

2.4.3 Peningkatan Daya Serap Lulusan

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja siap kerja tingkat menengah. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK turut bertanggung jawab dalam pembenahan, peningkatan keahlian dan keterampilan siswa dalam mencetak tenaga kerja yang berkualitas dan terpercaya yang siap memasuki pasar tenaga kerja baik skala regional dan global. Keterserapan lulusan di pasar industri menjadi salah satu parameter keberhasilan dari sekolah kejuruan. Dalam rangka peningkatan daya serap tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional melakukan program, antara lain:

a) Memperkuat kemampuan adaptif Upaya untuk meningkatkan kemampuan adaptif ini dilakukan dengan memperkuat kemampuan dasar siswa melalui mata pelajaran matematika terapan dan sains terapan, memperkuat kemampuan wirausaha siswa melalui mata pelajaran pemasaran (marketing) dan keuangan, memperkuat penguasaan bahasa nasional dan internasional, serta memperkuat penguasaan kompetensi dasar teknologi informasi dan komunikasi.

12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 12 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

• Bidang Manufaktur (meliputi : perangkat keras dan perangkat lunak

teknologi informasi, otomotif, machine tools and hands tools, dan elektronik)

• Bidang Bisnis Ritel/Jasa • Bidang Agro Industri

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 13

BAB 3 PRAKTIK INOVASI PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH

Kehadiran manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam penyelenggaraan sekolah kejuruan memberikan ruang bagi sekolah untuk mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan dari sekolah tersebut. Dengan adanya otonomi ini sekolah dituntut untuk dapat mandiri dalam menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan pemberdayaan sumber-sumber baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah dengan tetap memperhatikan tata kelola yang baik.

Dari sinilah, SMK melakukan inovasi di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya pengembangan pendidikan kejuruan. Kapabilitas inovasi memungkinkan SMK- SMK itu melakukan semua aktivitasnya dengan kinerja yang optimal, yang secara tipikal menghendaki adanya kapabilitas processes, people, dan technology. Processes mencakup bagaimana semua aktivitas dalam organisasi berjalan, people meliputi antara lain struktur organisasi, peraturan, budaya dan perilaku organisasi, sementara technology meliputi perangkat keras seperti teknologi informasi dan komunikasi serta perangkat lunak yang membantu aktivitas dalam organisasi. Kapabilitas inovasi berasal dari strategi yang secara nyata dilakukan oleh organisasi dan mampu mengantarkan hasil yang dapat diukur. Berikut adalah praktik inovasi pendidikan yang dilakukan oleh SMK di beberapa daerah di Indonesia.

3.1 Praktik Inovasi Pendidikan di SMKN 4 Kota Malang

Dengan program praktik kerja industri (prakerin) satu tahun, siswa merasa berada dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam rentang waktu satu tahun prakerin inilah proses pembentukan softskill siswa berjalan...

3.1.1 Profil Daerah dan Sekolah

Malang layaknya kota-kota di Indonesia lainnya yang baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah Kolonial Belanda, yang ditandai dengan beroperasinya kereta api pada tahun 1879.

Dalam salah satu sidang paripurna gotong-royong Kotapraja Malang pada tahun 1962, Malang ditetapkan sebagai Kota pelajar/pendidikan, Kota industri, dan kota pariwisata. Ketiga pokok tersebut menjadi cinta-cita masyarakat Kota Malang yang harus di bina yang kemudian dikenal dengan TRI BINA CITA Kota Malang.

14 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Sejarah telah menempatkan Malang sebagai Kota yang kental akan tradisi pendidikannya. Sekolah-sekolah peninggalan Belanda seperti HIS setingkat SD, MULO setingkat SMP, dan AMS setingkat SMU pernah berdiri di Malang. Nuasan inilah yang sampai sekarang hidup dan menjadi simbul Kota Ma- lang sebagai Kota Pendidikan.

Sebagai Kota Pendidikan, Malang selalu melakukan upaya-upaya pengembangan pendidikan dengan jargon “PAKEM” (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Peningkatan peran serta masyarakat senantiasa digalakkan dengan menerapkan pendidikan berbasis komunitas (community based education ) melalui pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah serta lingkungan sekitar.

Selain itu Kota Malang juga dikenal sebagai Kota Vokasi, dimana antara sekolah umum dan kejuruan berbanding 50:50. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan di Kota Malang berorientasi kepada penciptaan lulusan yang siap kerja. Sebagai kota vokasi, Malang menyimpan banyak cerita menarik tentang upaya sekolah kejuruan dalam merespon tantangan khas yang harus dihadapinya. Salah satu diantaranya adalah cerita tentang SMKN

4 Malang dalam pengembangan sekolah kejuruannya. SMKN 4 Malang didirikan pada tahun 1938 oleh Keuskupan Malang dan

merupakan Sekolah Teknik Menengah (STM) dengan nama STM Grafika Ma- lang. Periode kepemimpinan pertama dan kedua (1949-1959) dikepalai oleh seorang warga Belanda, HBA. Lommelaars dan Nolascus Waijers. SMKN 4 Malang telah mengalami beberapa kali perubahan nama. Terakhir, setelah perubahan nama STM menjadi SMK, ada suatu kebijakan yang memberi kebebasan sekolah untuk membuka jurusan/program studi sesuai dengan muatan lokal. Dari sinilah SMKN 4 Malang mulai membuka program keahl- ian yang lain diluar grafika.

Visi SMKN 4 Malang adalah: “Unggul dalam bidang Iptek yang dilandasi Imtaq”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkanlah Misi SMKN 4 Malang sebagai berikut:

1. Meningkatkan bimbingan terhadap siswa untuk melaksanakan agama yang dianut dengan konsekuen.

2. Meningkatkan kesiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta membentuk tenaga profesional dibidang Grafika dan Teknologi informasi dan Komunikasi.

3. Meningkatkan kualitas tamatan menjadi warga negera yang produktif serta memiliki budi pekerti yang luhur, cinta pada bangsa, dan negara.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 15

4. Mengoptimalkan unit produksi dan jasa sebagai tempat pembelajaran kewirausahaan siswa di sekolah.

5. Mengembangkan sekolah Nasional menuju tarap Internasional.

6. Mempertebal nilai-nilai disiplin kepada warga sekolah.

7. Meningkatkan lingkungan sekolah yang tertib, bersih dan indah.

8. Mengembangkan penerapan manajemen berbasis sekolah.

9. Meningkatkan penyelenggaraan latihan dan bimbingan untuk berprestasi di bidang olah raga.

SMKN 4 Malang membuka enam jurusan/program studi, yaitu:

a) Jurusan Persiapan Grafika/desain grafika Jurusan ini dibuka sejak pertama kali SMKN 4 Malang berdiri, yaitu pada tahun 1938. Program keahlian ini menyiapkan siswa agar menjadi ahli desain dan persiapan reproduksi grafika (media cetak). Siswa dibekali dengan kemampuan desain dan seni, penguasaan perangkat lunak desain grafis, pengaturan (setting) dan tata letak media, serta proses reproduksi foto. Program persiapan grafika meliputi kompetensi :

• Desain grafis • Setting • Montase • Foto reproduksi • Plate-making

b) Jurusan Produksi Grafika Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknik reproduksi grafika (percetakan), yaitu berupa keahlian mengontrol beberapa jenis mesin dalam industri percetakan, menyelesaikan dan mengepak media cetak. Siswa dibekali kemampuan teknik mencetak, mengerti dan mampu mengoperasikan mesin, serta melakukan perawatan, teknik jilid kemas dan menghitung biaya produksi. Program produksi grafika meliputi kompetensi :

• Cetak offset • Cetak tinggi • Sablon • Jilid dan kemas

c) Jurusan Multimedia Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli teknologi informasi dan desain multimedia. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain, mengontrol perangkat lunak desain grafis, 2 dimensi (2D) atau 3 dimensi (3D), desain situs dan media interaktif, fotografi, mengedit audio visual, dan animasi komputer. Program multimedia meliputi kompetensi:

• Desain grafis

16 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

• Desain situs/web • Animasi 2 dimensi dan 3 dimensi • Audio – video editing • Presentasi multimedia • Shooting

d) Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/Pemrograman Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli pemograman perangkat lunak. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar perangkat keras komputer dan pemasangan perangkat lunak, menguasai bahasa pemrograman, dan mengatur database.

e) Jurusan Animasi Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli produksi film animasi. Siswa dibekali dengan kemampuan dasar seni dan desain, penguasaan teknik menggambar, baik manual maupun digital, menguasai perangkat lunak animasi, 2D 3D, dan teknik spesial efek animasi, fotografi, sinematografi, dan memproduksi film animasi.

f ) Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

Program keahlian khusus yang menyiapkan siswa menjadi ahli dalam menangani troubleshooting perangkat keras dan perangkat lunak, serta melakukan perencanaan, pemasangan dan pengelolaan jaringan.

Berikut adalah struktur Organisasi SMKN 4 Malang:

LITBANG

KEPALA SEKOLAH

KOMITE SEKOLAH

KASUBAG TAUS

WAKA KESISWAAN

WAKA SARANA

WAKA KURIKULUM

WAKA HUMAS & HI

KOORD KOORD SESBID 1

KOORDINATOR BKK dan SESBID

PRAKERIN 8 KOORD SESBID 2 & 5

TEAM BELANJA

STAF KURIKULUM

KOORD SESBID 3,4 & 7

KAPROKAL PERSIAPAN GRAFIKA

KAPROKAL KAPROKAL

KAPROKAL

KAPROKAL

PRODUKSI GRAFIKA

PENANGGUNG JAWAB WALI KELAS 1,2,3 DAN SISWA, MASYARAKAT

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 17

3.1.2 Kondisi Sebelum Adanya Inovasi

Citra sekolah kejuruan sebagai sekolah kelas dua salah satunya tercermin dari tidak berkembangnya program kejuruan yang ada. Hal serupa sempat dialami SMKN 4 Malang pada tahap awal perjalanannya. Dalam rentang waktu kurang lebih 64 tahun sejak pertama berdiri di tahun 1938, SMKN 4 Malang hanya memiliki dua program kejuruan. Paradigma penyelenggaraan pendidikan masih menggunakan pola-pola lama, seperti sistem pembelajaran berbasis waktu; fungsi guru sebagai instruktur, dimana keterlibatan siswa sangat minim dalam proses belajar mengajar; dan tidak ada kejelasan mengenai kompetensi apa saja yang harus dikuasai dari setiap mata pelajaran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan dari SMKN 4 Malang baik dari sisi akademis maupun produktif.

Hadirnya kebijakan baru yang memberi ruang kepada sekolah kejuruan untuk membuka program kejuruan sesuai dengan keunggulan lokal menjadi titik awal berkembangnnya SMKN 4 Malang sampai seperti sekarang.

3.1.3 Praktik Inovasi Pendidikan

a. Menyeimbangkan Pencapaian Kegiatan Akademis dan Kegiatan Produktif

SMKN 4 Malang merupakan salah satu dari sekolah kejuruan yang sangat memperhatikan aspek akademis selain aspek utamanya dalam pengembangan kompetensi keterampilan siswa melalui kegiatan produktif. Pada tahun ajaran 2008/2009, tingkat kelulusan siswa diatas 90% bahkan mendekati 100% dengan nilai rerata UAN di atas 7,5. Hal ini cukup membuktikan usaha dan komitmen yang serius dari penyelenggara SMKN 4 Malang pada aspek akademis. Upaya-upaya yang dilakukan oleh SMKN 4 Malang tersebut berupa:

1. Pembekalan Modul Belajar saat Praktik Kerja Industri (Prakerin) Para siswa tetap dituntut dan diharapkan tidak melupakan sisi pembelajaran aspek normatif dan adaptif meskipun dalam kegiatan prakerin. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan modul-modul untuk kemudian dievaluasi. Selama prakerin, evaluasi terhadap proses pembelajaran normatif dan adaptif tetap dilakukan.

2. Try Out Menghadapi UAN Dalam mempersiapkan siswa menghadapi UAN, sekolah melaksanakan try out dengan fokus pada latihan soal tiga mata pelajaran yang diujikan, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ba- hasa Inggris. Wakil Kepala kurikulum dan staf berperan dalam mer- encanakan, menyusun dan menyiapkan soal yang digunakan untuk try out . Hasil try out kemudian direkap dan dilaporkan kepada Kepala

18 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Sekolah. Berdasarkan rekap hasil try out tersebut, Kepala Sekolah menyusun peta kerawanan siswa. Siswa-siswa yang masuk kategori rawan akan mendapat perhatian lebih ekstra dengan memberikan :1) latihan soal, 2) memberikan pelajaran tambahan untuk tiga mata pelajaran UAN, 3) motivasi untuk mendorong semangat belajar siswa. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat mendorong siswa lebih siap dan bersemangat dalam menghadapi UAN.

b. Model Praktik Kerja Industri (Prakerin) Satu Tahun

Praktik kerja industri (Prakerin) di SMK N 4 Malang dilaksanakan dengan sistem block release 6 selama satu tahun pada semester IV dan V. Program prekerin ini merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh SMKN

4 setelah mendengar masukan dari pihak industri. Metode ini mampu menjawab permasalahan link and macth antara dunia industri dan sekolah.

Bagi pihak siswa dan sekolah, prakerin satu tahun memberikan kesempatan pembelajaran yang lebih baik dalam rangka peningkatan kompetensi dan keahlian. Siswa diberi kesempatan untuk terpapar pada teknologi terkini (up to date), baik itu perangkat keras, lunak, maupun proses yang dapat mengurangi beban investasi sekolah. Metode ini juga memberi dan menjamin relevansi pengetahuan yang dipelajari di sekolah dengan dunia industri. Sebagai catatan, bagi SMK dengan program kejuruan teknologi, beban investasi untuk pengadaan peralatan modern untuk mendukung pembelajaran siswa tidaklah kecil. Dengan terpapar pada dunia kerja sesungguhnya, para siswa mendapat manfaat berupa pembentukan softskill yang sudah siap pakai dan diperlukan di industri.

Prakerin satu tahun ini pun memberi keuntungan bagi industri. Industri da- pat yakin bahwa siswa dapat belajar dengan baik dan memberikan kon- tribusi bagi perusahaan, sehingga pada akhirnya perusahaan mendap- atkan tenaga kerja yang sesuai dan dapat meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitasnya.

c. Pengembangan Bursa Kerja Khusus (BKK)

Dalam rangka mendekatkan lulusan dengan pasar kerja, SMKN 4 Malang membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK), yang berfungsi sebagai media penyaluran lulusan SMK ke pasar kerja. BKK menghubungkan industri sebagai pihak yang membutuhkan tenaga kerja dengan para lulusan SMKN 4 yang mencari peluang kerja. Program ini hanya diperuntukkan

6 Block release : waktu pelaksanaan kegiatan belajar yang dibagi pada hitungan bulan atau semester. Proses belajar dilakukan di sekolah selama beberapa bulan/semester secara terus menerus, kemudian dilanjut dengan praktik di industri pada bulan/semester berikutnya.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK 19

Pada awalnya jaringan pasar kerja dibangun melalui program kemitraan da- lam rangka prakerin. Prakerin menjadi sarana memperlihatkan bagaima- na kinerja dan kualitas siswa SMKN 4 Malang, sehingga pada akhirnya permintaan akan lulusan SMKN 4 oleh pihak industri pun semakin meningkat.

Syarat Keanggotaan BKK adalah:

1. Alumni SMK N 4 Malang

2. Mengisi form anggota BKK

3. Menyerahkan pas foto 3x2 sebanyak 1 lembar dan 4X6 sebanyak 2 lembar

4. Menyerahkan biaya administrasi Rp.20.000,- Hak Anggota BKK:

1. Menerima kartu anggota BKK dengan masa berlaku 1 tahun mulai tanggal diterbitkan

2. Berhak mengisi lowongan kerja di BKK sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan perusahaan

3. Membawa surat pengantar tes kerja atau pengantar kerja dari seko- lah ke perusahaan.

Kewajiban anggota BKK :

1. menyerahkan surat lamaran lengkap (sesuai dengan persyaratan yang diminta perusahaan)

2. Menjaga nama baik sekolah dengan bekerja di perusahaan yang menerima minimal 6 bulan

3. Sanggup mengikuti seleksi yang diadakan di sekolah maupun di tempat lain sesuai permintaan perusahaan

4. Melapor kepada BKK apabila sudah diterima oleh perusahaan

5. Berpakaian sopan dan rapi. Kriteria seleksi lamaran pekerjaan meliputi: 1) Spesialisasi jurusan, 2) Ser-

tifikat Prakerin, Transkrip, dan 3) Surat lamaran.

20 Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK

Skema 1

Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK

Proses Penyaluran Tamatan Melalui BKK :

1. BKK menerima permintaan tenaga kerja dari pihak industri.

2. BKK memberi informasi lowongan kerja kepada alumni melalui pengumuman yang dipampang di sekretariat BKK.

3. Alumni mendaftarkan diri dan menyerahkan lamaran kerja kepada BKK

4. BKK melakukan seleksi lamaran dan mengirimkan data lamaran kerja ke Perusahaan yang meminta.

5. Perusahaan menerima data lamaran kerja beserta berkas lamaran yang dikirim oleh sekolah setelah melalui proses seleksi di BKK. Jika sesuai akan dilakukan panggilan tes kerja dan seleksi oleh perusahaan. Hasil seleksi diserahkan kepada BKK.

6. Pihak sekolah/BKK mengumumkan hasil seleksi kepada alumni. BKK mencatat laporan dari alumni yang diterima ataupun yang tidak di- terima pada data alumni.

d. Unit Pelaksanaan Produksi dan Jasa (UPJ)