Tujuan penelitian

Tujuan penelitian

Pemeriksaan BTA Mikroskopis 1. Tujuan Umum

Pemeriksaan sputum di laboratorium mikrobiologi Mengetahui ketepatan pemeriksaan radiologi dan diagnosis penyakit TB masih didasarkan pada pemeriksaan

BTA apusan langsung dengan kultur dalam mikroskopis metode pewarnaan Zehl-Nielsen atau di kenal

diagnosis tuberkulosis paru.

metode pewarnaan (Smear), yang mendeteksi basil kuman

Mycobacterium Tuberculosis Complek (MTC).Walaupun

2. Tujuan Khusus

telah banyak metode diagnosis TB yang telah

a. Mengetahui ketepatan nilai sensitivitas, dikembangkan, termaksud teknik molekuler, pewarnaan

spesifisitas, nilai ramal positif dan nilai ramal BTA apusan langsungdan kultur yang menggunakan

negatif pemeriksaan metode apusan langsung. media Lowenstein-Jensen (LJ) masih merupakan metode

b. Mengetahui ketepatan nilai sensitivitas, standart baku emas dalam mendiagnosis penyakit TB

spesifisitas, nilai ramal positif dan nilai ramal aktif. 11 negatif pemeriksaan radiologi.

c. Mengetahui perbandingan ketepatan nilai tahap pertama, pengumpulan specimen yaitu pengumpulan

Pemeriksaan mikroskopis apusan langsung dengan

sensitivitas, spesifisitas, nilai ramal positif dan dahak yang berasal dari saluran napas bagian bawah

nilai ramal negatif dari pemeriksaan radiologi berupa lendir yang berwarna kuning kehijauan

dan BTA apusan langsung dengan kultur (mukopurulen) pasien berdahak dalam keadaan perut

terhadap diagnosis tuberkulosis paru. kosong, sebelum makan dan minum dan membersihkan rongga mulut terlebih dahulu dengan berkumur air bersih.

Populasi dan Sampel

Tahap kedua yaitu pembuatan pembuatan apusan Populasi adalah seluruh pasien suspek tuberkulosis sputumdengan cara sediaan di atas kaca setelah kering lalu

di Kota Medan pada bulan Juli-Oktober 2013 dengan difiksasi diatas nyala api spritus Tahap ketiga yaitu

jumlah sampel sebanyak 60 orang berdasarkan rumus uji pewarnaan dengan cara Ziehl Nielsen dengan cara sediaan

hipotesis satu sampel menurut Lemeshow. 15 digenangi dengan asam alkohol (HCl-Alkohol 3%) atau

Kriteria Inklusi Sampel

orang (53,3%), suku Jawa 23 orang (38,3%), suku Aceh

a. Suspek dewasa ( > 15 tahun) sebanyak 2 orang (3,3%) dan minoritas suku Melayu,

b. Pasien TB paru yang belum pernah diobati dengan Minang dan Nias dimana frekuensi masing-masing OAT atau sudah pernah memakai OAT kurang dari

sebanyak 1 orang (1,7%).

satu bulan. Responden lebih banyak bekerja sebagai

c. Sputum penderita tidak bercampur darah. wiraswasta 24 orang (40,0%), IRT 13 orang (21,7%), pensiunan 7 orang (11,7%), karyawan/pegawai swasta 5

CARA KERJA

orang (8,2%), PNS/POLRI dan Pelajar/Mahasiswa masing-masing 4 orang (6,7%), dan yang bekerja sebagai

1. Pemeriksaan radiologi foto toraks buruh/petani 3 orang (5,0%).

Hasil pemeriksaan foto toraks bila terdapat lesi Responden lebih banyak berpenghasilan Rp. kelainan pada paru-paru maka pasien adalah kriteria

1.000.000 –3.000.000 yaitu 41 orang (68,9%), pasien tuberculosis.

berpenghasilan lebih kecil dari Rp. 1.000.000 yaitu 10 orang (16,7%), dan responden minoritas berpenghasilan

2. Metode spusan langsung

lebih besar Rp. 3.000.000 yaitu 9 orang (15%). Ose

dipanaskan sampai

merah.selanjutnya

didinginkan. Kemudian dimasukkan ke dalam botol berisi

Deskriptif pemeriksaan BTA metode Apusan langsung

pasir alkohol 70% dan digoyang-goyangkan untuk Hasil pemeriksaan BTA metode apusan langsung melepaskan partikel yang melekat.Kembali ose dibakar

temuan BTA (+) paling banyak dari sampel sputum pagi sampai merah. Sedian fiksasi jangan terlalu lama di

21 sampel (35,0%), kemudian sampel sputum sewaktu dilewatkan di atas api lampu spritus.Sedian digenangi

pertama 19 sampel (31,7%) dan yang paling sedikit adalah dengan larutan carbol fuchsin 0,3% dan dipanaskan.

sampel sputum sewaktu kedua 17 sampel (28,3%). Kemudian didinginkan dan dicuci.Sedian kemudian digenangi dengan asam alkohol (HCL alkohol 3%) sampai

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan BTA Metode Apusan

warna carbol fuchsin hilang dan dicuci kembali. Kemudian Langsung (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) sedian kembali digenangi dengan methylene blue 0,3%

Hasil BTA

Metode Apusan Langsung

sampai terbentuk latar belakang biru. kemudian diperiksa

Sewaktu

Pagi Sewaktu

di bawah mikroskop perbesaran 1000 kali.

n (%)

n (%) n (%)

17 (28,3) International Union Against Tuberculosis and Lung

Hasil pemeriksaan

43 (71,7) Diseases (IUATLD) sesuai dengan standart WHO.

3. Metode Kultur Deskriptif pemeriksaan BTA metode radiologi

Sputum 1 bagian tambahkan dengan 2 bagian Hasil pemeriksaan metode radiologi menggunakan NaOH 4%.Vortex sampai homogeny, selanjutnya sputum pagi ditemukan radiologi positif 26 sampel centrifuse 3000g selama 15 menit.Buang supernatant, (43,3%) dan radiologi negatif 34 sampel (56,7%). tambahkan aquadest sampai tanda tertinggi.Centrifuse lagi

3000g selama 15 menit dan buang supernatant.Inokulasi

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan BTA dengan Metode

secukupnya (100µl) pada 2 media Lowensten-Jensen (LJ),

Radiologi

kemudian ratakan pada permukaan media tutup botol Mac

Pemeriksaan Radiologi

Cartney dan longgarkan (jangan rapat-rapat).Selanjutnya

Frekuensi %

(Luas Lesi)

Selanjutnya disimpan dalam inkubator 37ºC.Mengamati pertumbuhan setiap minggu, negatif bila sampai minggu ke

Radiologi Negatif

Lesi Minimal

8 tidak ada pertumbuhan.

Lesi Sedang

Lesi Luas

Analisis Data

Analisa data secara deskriptif untuk melihat

Total

distribusi frekuensi dari variabel. Uji diagnostik dengan

tabel 2x2, kemudian dihitung nilai sensitivitas, spesifitas,

Perbandingan metode apusan langsung (pagi) dengan

nilai ramal positif dan nilai ramal negatif, rasio

pemeriksaan radiologi

kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif. Hasil pemeriksaan BTA menggunakan metode apusan langsung ditemukan BTA (+) lebih banyak pada

HASIL PENELITIAN

sampel sputum pagi 21 sampel (35,0%), kemudian sampel

sputum sewaktu pertama 19 sampel (31,7%) dan yang

Karakteristik demografi

lebih sedikit pada sampel sputum sewaktu kedua 17 Distribusi responden lebih banyakditemukan

sampel (28,3%). Kondisi menggambarkan pengambilan berumur 15-55 tahun 43 orang (71,7%), kemudian

sputum pada pagi lebih banyak ditemukan BTA positif kelompok umur > 55 tahun 17 orang (28,3%). Responden

dibandingkan dengan sewaktu pertama, dan sewaktu lebih banyaklaki-laki 43 orang (71,7%), dan perempuan 17

kedua.

orang (28,3%). Responden lebih banyaksuku Batak 32

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan BTA Apusan Langsung

ramal negatif sebesar 66,67%, rasio kemungkinan positif Sputum Pagi dengan Metode Radiologi sebesar 8,31 dan rasio kemungkinan negatif sebesar 0,44.

Apusan Radiologi

Total

Langsung Tabel 6. Perbandingan Metode Apusan Langsung +

dan Kultur

Kultur Total

21 (100) Pemeriksaan metode apusan langsung dengan

39 (100) sputum pagi diperoleh lesi yang lebih besar pada sputum

60 (100) BTA(+) dibandingkan dengan BTA(-) pada pemeriksaan

yang sama. Keadaan ini terlihat dari 26 orang yang positif

Hasil uji silang pemeriksaan radiologi (luas lesi)

secara pemeriksaan radiologi diperoleh yang paling banyak

dengan metode kultur

dengan lesi sedang pada apusan langsung positif 9 orang Temuandari 26 orang BTA positif secara radiologi (34,6%) sedangkan pada lesi sedang dengan pemeriksaan

diperoleh sebanyak 5 orang BTA negatif secara kultur dan apusan langsung negatif 4 orang (15,4%).

sebanyak 21 orang positif secara kultur. Dari 26 orang yang positif secara radiologi terbagi kedalam tiga

Tabel 4. Uji Silang Antara Pemeriksaan Metode

kelompok yakni 5 orang (8,3%) dinyatakan memiliki lesi

Apusan Langsung

(Pagi)

terhadap

minimal, 13 orang (21,7%) dengan lesi sedang dan 8 Pemeriksaan Radiologi (Luas Lesi) orang (13,3%) dengan lesi luas. Berdasarkan jumlah

Pemeriksaan Pemeriksaan Metode

responden maka diperoleh lesi palingbanyak adalah

Apusan Langsung Radiologi (Luas

Total

radiologi dengan lesi sedang, dan paling sedikit adalah lesi

Lesi) (Sputum Pagi)

minimal pada pemeriksaan radiologi. Namun apabila

dibandingkan antara lesi terhadap pemeriksaan kultur Lesi Sedang

maka akan diperoleh nilai paling tinggi adalah hasil Lesi Luas

Lesi Minimal 4 (15,4%)

pemeriksaan radiologi dengan lesi sedang 18,3% (11

orang), pemeriksaan radiologi dengan lesi minimal 6,7% (4 .

orang) dan radiologidengan lesi luas 10,0% (6 orang).

Deskriptif pemeriksaan BTA Metode kultur

Hasil pemeriksaan metode kultur menggunakan

Tabel 7. Hasil Uji Silang Pemeriksaan Radiologi

sputum pagi lebih banyak ditemukan BTA positif 32

(Luas Lesi) dengan Pemeriksaan Metode

sampel (53,3%) dan lebih sedikit BTA negatif 28 sampel

Kultur

Pemeriksaan Radiologi

Kultur

Total

(Luas Lesi)

Positif

Negatif

Radiologi Negatif

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan dengan Metode Kultur

Lesi Minimal

(Sputum Pagi) Lesi Sedang

Hasil BTA

Metode Kultur

Lesi Luas

Hasil uji diagnostik metode apusan langsung dan

Negatif

radiologi terhadap kultur

Total

Kemampuan pemeriksaan metode radiologi dalam mendiagnosis tuberkulosis paru 3,25% lebih tinggi

Perbandingan Metode Apusan Langsung dan Kultur

dibandingkan apusan langsung yang artinya bahwa metode Hasil pemeriksaan BTA positif dengan metode

radiologi ini mampu mendeteksi diantara penderita TB apusan langsung adalah 21 sampel sputum dan BTA

adalah sebesar 3,25 % lebih tinggi dari apusan langsung. negatif 39 sampel. Sedangkan metode kulturditemukan

Spesifisitas pemeriksaan radiologi lebih rendah BTA positif 32 sampel dan negatif 28 sampel.Dari 21

10,72 % dari BTA apusan langsung, hal ini menunjukkan sampel yang positif secara apusan langsung diperoleh

bahwa kemampuan pemeriksaan radiologi untuk sebanyak 9,5% (2 orang) sampel yang positif secara

menyingkirkan subjek yang tidak menderita tuberkulosis apusan langsung namun negatif secara kultur. Sedangkan

paru 10,72 % lebih rendah dari metode apusan langsung. dari sampel yang negatif secara apusan langsung

Nilai ramal positif menunjukkan besarnya peluang ditemukan sebesar 33,3% (13 orang ) positif secara kultur.

subjek menderita tuberkulosis paru bila hasil Hasil uji diagnosis antara pemeriksaan

pemeriksaannya positif, dalam penelitian ini pemeriksaan mikroskopis metode apusan langsung (Table 8)

BTA apusan langsung memberikan manfaat klinis dalam mempunyai sensitivitas sebesar 59,38%, spesifisitas

penegakan kasus tuberkulosis sebesar 9,71% lebih besar sebesar 92,86%, nilai ramal positif sebesar 90,48% nilai

dari radiologi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kesalahan dalam pembacaan hasil foto atau dari radiologi. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kesalahan dalam pembacaan hasil foto atau

32 orang (53,3%) karena mayoritas responden yang datang Nilai ramal negatif menunjukkan besarnya peluang

ke BP4 dan Praktek Dokter Paru Swasta bersuku Batak. subjek tidak menderita TB paru bila hasil BTA negatif

Hal ini didukung oleh data statistik dari Badan Pusat dalam penelitian ini diperoleh bahwa nilai ramal negaif

Statistik Kota Medan bahwa suku Batak presentasi metode apusan langsung lebih rendah 0,98% dibandingkan

penduduknya di Kota Medan menempati urutan kedua radiologi, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan

yaitu sebesar 21%.

untuk menentukan subjek dan tidak sakit dari total subjek Status pekerjaan terbanyak pada wiraswasta yang negatif lebih baik pada metode radiologi

termaksud didalamnya pedagang, sebanyak 24 orang dibandingkan metode apusan langsung

penghasilan terbesar 1-3 juta Rasio kemungkinan positif lebih besar pada apusan

dengan

(68,9%),Hiswani 21 menyatakan faktor sosial ekonomi langsung yakni 8,31 dibandingkan radiologi sehingga

dengan keadaan rumah dan kepadatan serta lingkungan metode apusan langsung lebih kuat menunjukkan

tempat kerja yang buruk dapat menyebabkan penularan hubungan antara hasil test positif dengan keadaan

TBC pendapatan keluarga juga sangat erat juga dengan seseorang yang benar-benar sakit dibandingkan metode

penularan TB karena pendapatan yang kecil membuat radiologi. Ratio kemungkinan negatif di dapat pada

orang tidak layak untuk memenuhi syarat-syarat kesehatan. metode apusan lansung sebesar 0,44 dan radiologi adalah

Pradono 22 dalam penelitiannya menyatakan bahwa 0,42 artinya kemampuan seseorang untuk tidak sakit jika

keluarga yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi hasil ujinya negative adalah tinggi tinggi LR- ≤ 1.

akan lebih mampu menjaga kebersihan lingkungan, penyediaan air minum membeli makanan yang memadai

Tabel 8. Hasil Uji diagnostik Metode Apusan

serta mampu membiayai pemeliharaan kesehatan yang

Langsung dan Radiologi terhadap Kultur

mereka perlukan.

Metode Apusan

Ketepatan pemeriksaan BTA metode apusan langsung

dan radiologi terhadap kultur

Luas lesi pemeriksaan radiologi menunjukkan Spesifisitas

jumlah sampel yang sputumnya positif mengandung Nilai ramal positif

dan mengalami lesi paru yang Rasio

Nilai ramal negatif

kuman M. tuberculosis

kemungkinan minimal 6,7% (4 orang), jumlah sampel yang positif

positif mengandung kuman M. tuberculosis dan mengalami lesi Rasio

kemungkinan sedang 15,0% (9 orang) dan jumlah sampel yang positif negatif

mengandung kuman M.tuberculosis dan mengalami lesi luas 8,3% (5 orang) dari total sampel yang positif. Sampel

mengandung kuman

M.tuberculosis

mengalami lesi minimal 1,7% (1 orang)

Karakteristik responden

dan jumlah sampel yang sputumnya negatif mengandung Subjek penelitian YAITU ini diperoleh mayoritas

mengalami lesi sedang 6,7% (4 responden berumur 15-55 tahun 43 orang dan kelompok

kuman M.tuberculosis

orang) dan lesi luas 5,0% (3 orang). Hasil tersebut umur >55 tahun 17 orang, dengan insiden terbesar pada

menunjukkan jumlah sampel diperoleh yang paling banyak kelompok umur 41-59 tahun 25%. Penelitian

adalah pada lesi sedang. Pada radiologi positif sebanyak Hiswani 16 didapatkan penyakit TB paru paling sering pada 15,0% (9 orang), sedangkan pada lesi sedang dengan

usia muda (usia produktif) 15-59 tahun, dengan terjadinya pemeriksaan radiologi negatif 6,6% (4 orang). transisi demografi.Pada usia lanjut yaitu lebih dari 55 tahun

Sejalan dengan penelitian Nurjihad 23 di RS penyebabnya adalah sistem immonologis yang menurun

Persahabatan Jakarta yang menunjukkan jumlah sampel sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit

yang sputumnya positif mengandung kuman BTA dan

mengalami lesi paru yang minimal adalah 23,1% (21 prevalensi TB paru cendrung meningkat sesuai dengan

termaksud penyakit TB. Data Riskesdas (2007) 17 diketahui

orang), jumlah sampel yang positif mengandung kuman bertambahnya umur dan prevalensi tertinggi pada usia

BTA dan mengalami lesi sedang adalah 39,5% (36 orang) lebih dari 65 tahun

dan jumlah sampel yang positif mengandung kuman BTA Responden lebih banyak laki – laki 43 orang

dan mengalami lesi luas adalah 37,4% (34 orang), dalam (71,7%) dan perempuan 17 orang (28,3%). Haryono dalam

hal ini penelitian ini juga mendapat hasil yang lebih banyak Helper Sahat Manalu 18 mendapatkan penderita TB paru

pada gambaran paru lesi sedang .

Berbeda dengan penelitian Soesanti lebih banyak laki-laki 54,5% dibandingkan perempuan 24 menunjukkan 45,5%, Long 19 melaporkan prevalensi TB Paru dua pertiga

jumlah sampel BTA dan mengalami lesi luas 7 orang pada laki-laki dan sepertiganya perempuan, Yueng dkk

(14%) lesi sedang sebanyak 13 orang (26%) dan lesi (2002) 20 mendapatkan prevalensi pada laki-laki 65,7% dan

minimal sebanyak 20 orang (40%). Mulyadi 25 di RSUDZA perempuan 30,3% di Hongkong. WHO juga menyatakan

Banda Aceh yang mendapatkan hasil radiologi dari BTA angka kejadian TB lebih besar pada laki-laki disebabkan

positif dari jumlah sampel 34 orang dengan gambaran lesi karena laki-laki dewasa lebih sering melakukan aktivitas

luas sebanyak 16 orang (47,1%), lesi sedang 12 orang sosial. 1

(35,3%) dan lesi minimal 6 orang (17,6%), Penelitian

Laurensius 26 di UP4 Propinsi Kalimantan Barat mencapai 52,94% dari seluruh pasien yang dirawat, BTA mendapatkan luas lesi dari BTA positif dari 34 sampel

sputum positif didapat pada 30,54% pasien dan lesi luas didapat lesi minimal 3 orang (8,8%), lesi Sedang 12 orang

secara radiologi 89,13 % dari data diatas dapat dilihat (35,9%) dan lesi luas 19 orang (55,9%). Penelitian

kasus TB yang dirawat cukup tinggi dengan lesi luas Hilaluddin 27 ditemukan lesi yang paling banyak adalah lesi

penyebab dari terjadinya keadaan tersebut dapat luas 30 orang (44,1%), lesi minimal 20 orang (29,4%), lesi

dikarenakan keterlambatan pasien dalam berobat atau minimal 18 orang (26,4%).

keterlambatan dalam mendiagnosis. Hubungan antara tingkat kepositifan BTA dan radiologi toraks terhadap kultur didapat hasil analisis data

KESIMPULAN

dari 26 orang penderita TB paru yang positif diperoleh lesi minimal 4 orang (6,7%), lesi sedang 9 orang (15,0%) dan

1. Tuberculosis Report. Geneva: WHO;2012.p 17. lesi luas 5 orang (8,3%) sedangkan pada pemeriksaan

2. Menteri Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional: apusan langsung negatif didapati lesi minimal 1 orang

Informasi Strategi Nasional Pengendalian TB (1,7%), lesi sedang 4 orang (6,7%) dan lesi luas 3 orang

Direktorat Jenderal (5,0%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian

Indonesia

2011-2014.

Penyakit dan Penyehatan Khair 28 , membuktikan tidak terdapat hubungan yang

Pengendalian

Lingkungan. Jakarta; 2011. signifikan antara hasil pemeriksaan sputum BTA dengan

3. Departemen Kesehatan RI.Keputusan Menteri gambaran foto toraks pada penderita tuberkulosis

Kesehatan

Republik IndonesiaNo.

364/MENKES/SK/V/2009 tentang Pedoman juga mendukung bahwa dari 15 orang BTA positif terdapat

paru.Penelitian Mulyadi dkk 25 di RSUZA Banda Aceh

Tuberkulosis (TB)Menteri lesi luas 57,1% dan pada BTA negatif juga di jumpai

Penanggulangan

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 2009. kelainan radiologi lesi luas 20%.

4. Raunak P, Gita N, Swapna K, Vijay K, Preeti. Dalam penelitian ini memperlihatkan TB paru

Time to Sputum Conversion in Smear Positive dengan hasil sputum BTA negatif juga didapatkan lesi

Pulmonary TB Patients on Category I DOTS and sedang dan lesi luas secara radiologi. Secara teori apabila

Factors Delaying it. 2012: Vol. 60: 22-26. dijumpai lesi luas secara radiologi seharusnya sputum

5. Muzaffar R, Batool S, Azis A, Naqvi A, Rizvi A.

Evaluation of the fastplaquetb Assay for Direct Laurensius 26 melaporkan

BTA positif dan berpotensi menular 25 . Shabir dalam

Infection of Mycobacterium tuberculosis in menggambarkan jumlah bakteri yang lebih banyak pada

Sputum Specimens. Int J Tuberc Lung Dis. 2002; lesi paru dibandingkan dengan jumlah bakteri pada BTA

6(7): 635-40.

6. Grange JM. Micobacterium in : Greenwood David, tingkat kepositipan BTA dan luas lesi radiologi yang

negatif.Terdapat korelasi yang kuat dan searah antara

Slack RC, Peutheres JF, Medical. Microbiology, disimpulkan semakin luas lesi pada gambaran radiologi

16 ed, Chruchill Livingstone2002. maka semakin tinggi tingkat kepositipan BTA.

7. Zulfikri A. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi V, Pemeriksaan radiologi sendiri merupakan salah satu

Jilid III, Jakarta: Internapublishing 2009. pemeriksaan yang di perlukan dalam menegakkan

8. Yunus, F dkk. Pulmonologi Klinik, Jakarta, Bagian diagnosis TB paru pada pasien dengan BTA negatif selain

Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas itu juga untuk menilai kerusakan struktur paru yang

Indonesia. Jakarta: 2002.

diakibatkan oleh kuman TB. Namun sama seperti

9. Rasad. Tuberkulosis Paru In : Rasad Kartoleksono pemeriksaan BTA pemeriksaan radiologi juga mempunyai

S, Ekayuda eds. Radiologi Diagnosis FK-UI kekurangan.Ismail 29 menyatakann manisfestasi radiologi

Jakarta 2000.p. 126 – 139.

pada pasien TB paru bersifat atipikal. Kelainan radiologi

10. Salman KF. Lembar Fakta Tembagaku dan pada TB paru mempunyai kemiripan dengan penyakit paru

Tuberkulosis, Merokok Meningkatkan Resiko lainnya seperti kelainan paru yang disebabkan oleh jamur

Timbulnya Penyakit Tuberkulosis (TBC), Jakarta: karena lesi yang paling sering ditemukan di lapangan atas

Puspaswara 2005.

paru disertai pembetukan lubang (kavitas) selain itu lesi TB

Pemberantasan Tuberkulosis paru juga menyerupai infiltrant dan berbentuk bercak-

11. Perkumpulan

Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan

Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: 2011. penelitian ini sebaiknya pemeriksaan radiologi juga harus

bercak menyerupai sarang tuberkulosis, 9 sehingga pada

Kesehatan RI. Pedoman ditunjang dengan pemeriksan BTA dalam mendiagnosis

12. Departemen

Penanggulangan Tuberkulosis, Edisi 2, Cetakan TB paru.

PertamaJakarta: 2007.

13. Departemen Kesehatan RI.Keputusan Menteri kepositipan BTA lebih sedikit dibandingkan dengan lesi

Dari penelitian-peneliatin di atas lesi minimal pada

Republik IndonesiaNo. sedang dan lesi luas ini disebabkan karena pada awal gejala

Kesehatan

364/MENKES/SK/V/2009 Tentang Pedoman penyakit pasien mengeluh batuk, cendrung terlambat

Tuberkulosis (TB)Menteri meminta pertolongan sarana kesehatan dibanding keluhan

Penanggulangan

Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta : 2009. selain batuk, sedangkan keluhan batuk sering dianggap

14. Yoga, TA. Masalah Tuberkulosis Paru dan keluhan biasa yang dapat sembuh sendiri atau karena

Penanggulangannya,

Jakarta: Universitas

pengaruh rokok atau debu pada penelitian Sabrina 30 di RS

Indonesia; 2005.

Dr M Djamil Padang mendapat hasil tahun 1998-2002

15. Lemeshow S, et al . Besar Sampel dalam Tuberkulosis Paru di RS Persahabatan. Jurnal Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University

Respir Indo 2003: 23(3):161-70. Press; 1997.

24. Soesanti

Inne.

Hubungan Antara Hasil

16. Hiswani, Tuberkulosis Merupakan Penyakit Pemeriksaan Mycobakterium Tuberkulosis dengan Infeksi yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan

Hasil Pemeriksaan Foto Rongen pada Penderita Masyarakat. 2011.

TB Paru di RS Paru Pamekasan Madura. 2006.p.

17. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

1-7.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.

25. Mulyadi dkk. Hubungan Tingkat Kepositipan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Jakarta: 2007.

Gambaran Luas Lasi Radiologi Toraks Pada

18. Helper Sahat Manalu dkk. Penelitian Mengenai Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat di SMF Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi

Pulmonologi RSUDZA Aceh. 2011. p.133-135. Ketaatan Berobat Penderita TB Paru. Laporan

26. Laurensius Ivan Pentakosta. Hubungan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Pengembangan Ekologi

Pemeriksaan Sputum Basil Tahan Asam (BTA) dan Status Kesehatan

Badan Litbagkes

dengan Gambaran Luas Lasi Radiologi pada Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2004. Pasien Tuberkulosis Paru di UP4 Provinsi

19. Long NH, Joansson E, Lonnroth K, Erikson B, Kalimantan Barat 2011-2012. Winkvist A, Diwan VK Longger delays In

27. Hilaluddin S. Hubungan Pemeriksaan Dahak Tuberculosis among women in Vietnam 1999;

Dengan Kelainan Radiologis Pada Penderita TBC 3:388-39 Paru Dewasa FK USU 2005.

28. Khair F. Hubungan Antara Hasil Pemeriksaan Tuberculosis in the eldery in Hongkong 2002;

20. Yueng MC, Noerdjojo K, Tan J, Tam M,

Sputum BTA (Basil Tahan Asam) dengan 6:771-9. Gambaran

Foto

Thorax pada Penderita

21. Hiswani, Tuberkulosis Merupakan Penyakit Tuberkulosis Paru di RS PKU (Pembina Infeksi yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan

Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah Surakarta. Masyarakat. 2011.

Fakutas Kedokteran Muhammadiyah Surakarta.

22. Pradono, Kesehatan

Berkelanjutan, Jurnal Arkeologi Kesehatan. Vol 6

29. Ismail Y. Pulmonary Tuberculosis-A Review of No 2 Agustus 2007.

Clinical Features and Diagnosis in 232 Cases.

23. Nurjihad A, Soepandi PZ, Nawas A, Jusuf A, Medical Journal of Malaysia2004; 59(1): 56 – 64. Bachtiar A. Perbandingan Akurasi Pemeriksaan

30. Sabrina E. dkk. Keterlambatan Diagnosis Mikroskopis Apusan BTA Sputum 3 Kali Pagi

Tuberkulosis Paru di RS Dr Djamil Padang. 2007. (PPP) dan Sewaktu (SPS) pada Penderita