Irwan Batubara
Irwan Batubara
Prodi Kebidanan Padang Sidimpuan Poltekkes Kemenkes Medan
Abstrak
Kecemasan pre operasi merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh dan kehidupannya sendiri. Pasien pre operasi mengalami kecemasan 77,6%, komunikasi terapeutik signifikan menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi 65,5% (Sawitri, 2004). Di RSUD Kota Padangsidimpuan umumnya pasien operasi terencana mengalami kecemasan, ada yang menjekaskan karena terpaksa, penundaan jadwal operasi dan komunikasi terapeutik belum dilaksanakan terencana. Untuk mengetahui pengaruh Komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani opeasi di RSUD Padangsidimpuan. Q uasi
eksperimen . Rancangan dengan rangkaian one group pre test, post test design. Pre test (sebelum intervensi)
dan post test (setelah intervensi). Populasi pasien pre operasi terencana yang dirawat di ruang rawat inap
bedah Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan, purposif sampling dari bulan September-Oktober 2014 berjumlah 30 responden. Analisis data menggunakan uji t berpasangan ( paired t-test ) memenuhi syarat
uji parametrik. Pengaruh komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operatif dari hasil uji t test untuk data berpasangan antara sebelum dan sesudah intervensi komunikasi terapeutik diperoleh nilai korelasi = 0,658 dengan nilai probabilitas 0,000 atau jauh dibawah 0,05 hal ini menyatakan bahwa kedua variabel mempunyai korelasi yang sangat erat dan benar benar berhubungan secara nyata. Salah satu syarat uji t berpasangan adalah kedua variabel saling berkorelasi tinggi. Komunikasi terapeutik pada pasien pre oparatif efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Tim perawatan mempersiapkan psikologis pasien pre operatif dengan metode komunikasi terapetik yang terencana.
Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, kecemasan pre operatif
PENDAHULUAN
komprehensif memegang peranan penting untuk mengurangi kecemasan pasien Kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak
keperawatan
komunikasi terapeutik yang aman, kekhawatiran yang timbul karena dirasakan
dengan
metode
direncanakan dan berfokus pada kesembuhan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan
pasien (Mahmud, 2009).
(Maramis, 1995). Diperkirakan jumlah orang yang Suatu penelitian di Civil Hospital Karachi mengalami kecemasan baik akut maupun kronik
Pakistan, yang dilakukan Masood Jawaid (2006), mencapai 5% dari jumlah penduduk Indonesia
rata rata responden dalam keadaan cemas dengan (Hawari, 2011). Kecemasan merupakan perasaan
nilai mean sebesar 57,65 dan standar deviasi yang paling umum dialami pasien yang dirawat di
sebesar 25,1, kecemasan karena takut dengan Rumahsakit maupun keluarganya, khususnya pasien
pembiusan atau anestesi.
yang harus menjalani operasi dengan berbagai Penelitian Sawitri, 2004 tentang pengaruh macam
pra bedah terhadap ruangan operasi dan peralatannya, menghadapi cacat
alasan diantaranya:
kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit anggota tubuh, takut mati saat dianastesi, bila operasi
Surakarta menjelaskan gagal dan cemas masalah biaya operasi. Tindakan
mengalami kecemasan operasi
sebanyak 77,6%, Setelah pemberian informasi pra terhadap
bedah diperoleh hasil yaitu 65,5% tidak cemas mengakibatkan
dan sisanya 34,5% mengalami kecemasan. Hasil fsikologis (Long, 1990 ).
pemberian informasi Kecemasan pre operasi merupakan suatu
penelitian
pengaruh
terhadap tingkat respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang
(komunikasi
Terapeutik)
kecemasan pasien pre operasi di Rumah sakit Haji dianggap
84,6% responden perannya dalam hidup, integritas tubuh dan
sebagai suatu
ringan dan 15,4% kehidupannya sendiri (Brunner dan Suddarh,
mengalami
kecemasan
responden mengalami kecemasan sedang dan 1996).
Perawat yang
komunikasi Terapeutik,
92,3% responden mengalami cemas ringan dan Berdasarkan tabel 1, diperoleh nilai rata rata (mean) 7,7%
kecemasan sebelum intervensi 20,27 dan sesudah (Setiawan, 2005)
yang mengalami
kecemasan
sedang
intervensi 10,77 artinya terjadi perbedaan dari sebelum dan RSUD Padangsidimpuan merupakan salah
sesudah intervensi, dapat disimpulkan bahwa intervensi satu
komunikasi terapeutik memberikan pengaruh terhadap strategis dan tempat rujukan di wilayah Tapanuli
rumahsakit pemerintah
yang
letaknya
penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi. bagian selatan. Data medikal record RSUD Padang sidimpuan rata rata pasien operasi yang
Tabel 2 Uji t test gambaran nilai korelasi
memakai anestes umum sebanyak 50 orang
perbulan N Korelasi P- value dan termasuk anak anak sampai
Sebelum intervensi &
orangtua. Informasi yang diperoleh dari Kepala
Sesudah intervensi 30 0,658 0,000
ruangan rawat inap bedah bahwa komunikasi terapeutik belum terlaksana karena belum adanya
pedoman atau panduan bagi perawat dalam Dari hasil uji t test untuk data berpasangan antara melaksanakan
sebelum dan sesudah intervensi komunikasi terapeutik mengurangi tingkat kecemasan pasien pra operasi.
diperoleh nilai korelasi = 0,658 dengan nilai probabilitas Peneliti
0,000 atau jauh dibawah 0,05 hal ini menyatakan bahwa pengaruh
kedua variabel mempunyai korelasi yang sangat erat dan penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi
benar benar berhubungan secara nyata. Salah satu syarat uji di
t berpasangan adalah kedua variabel saling berkorelasi Padangsidimpuan.
ruang rawat inap bedah
METODE PENELITIAN
Tabel 4. 3 Uji t test gambaran nilai t hitung dengan t tabel
t df P- value
Penelitian dengan rancangan quasi eksperimen dengan
Sebelum intervensi-
rancangan rangkaian one group pre test, post test design,
Sesudah intervensi 27,543 29 0,000
untuk mendiskripsikan tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan
Dari uji t test diatas diperoleh nilai t sebesar komunikasi terapeutik.
27,543 dan nilai tabel diperoleh dari tingkat signifikansi α= Populasi pasien pre operasi terencana yang dirawat di
5% dengan derajat kebebasan (df n-1) = 29 sebesar 2,045, ruang rawat inap bedah lebih satu hari, jenis kelamin laki-
artinya nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel . Dari
perbandingan nilai t hitung dengan t tabel dan pasien pre operasi yang terencana pada bulan September
laki dan usia ≥ 20 - 60 tahun. Purposive sampling yaitu
perbandingan probabilitas dengan signifikansi diperoleh sampai Oktober 2014 berjumlah 30 responden.
nilai –t hitung < - t tabel (-27,543 < -2,045) atau t hitung > t Variabel independen tingkat kecemasan pasien
tabel (27,543 > 2,045) dan probabilitas < signifikansi pre operatif sebelum intervensi komunikasi terapeutik dan
(0,000 < 0,05) berarti ada pengaruh antara komunikasi variabel dependen tingkat kecemasan pasien pre operatif
terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah intervensi komunikasi terapeutik. Analisis
yang dirawat di ruang rawat inap bedah RSUD Univariat untuk mendiskripsikan tingkat kecemasan pasien
Padangsidimpuan.
pre operatif sebelum dan sesudah dilaksmenanakan
intervensi komunikasi terapeutik. Analisis Bivariat dengan
PEMBAHASAN
program SPSS, uji statistik t berpasangan ( paired t-test )
data memenuhi syarat uji parametrik.
1. Tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah intervensi komunikasi terapeutik
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian tingkat kecemasan sebelum intervensi 93,33% responden mengalami kecemasan Hasil penelitian tingkat kecemasan pasien pre
sedang dan 6,67% responden mengalami kecemasan berat. operasi yang dirawat di ruang rawat inap RSUD
Tingkat kecemasan sesudah intervensi 86,67% responden Padangsidimpuan terhadap 30 responden:
mengalami kecemasan ringan dan 13,33% responden Perbedaan tingkat
pada tingkat kecemasan sedang. Sesuai dengan teori intervensi, kecemasan sedang 93,33% dan berat 6,67%
kecemasan
sebelum
Psikodinamika bahwa kecemasan merupakan hasil dari dan sesudah intervensi, kecemasan ringan 86,67% dan
konflik psikis atau psikologis yang tidak disadari ( Freud, kecemasan sedang 13,33%.
1993 ) dan tindakan operasi merupakan ancaman potensial aktual terhadap integritas seseorang yang mengakibatkan
Uji t Berpasangan
reaksi stres psikologis yaitu kecemasan dalam menghadapi Tabel 1. Gambaran nilai rata rata (mean) pada uji t
operasi berupa cemas menghadapi ruang operasi dan berpasangan Nilai rata rata (Mean) SD
peralatannya, cemas menghadapi cacat anggota tubuh, cemas dan takut mati saat dibius, cemas bila operasi gagal
________________________________________________________________ Sebelum intervensi * 20,27 2,392
(Long, 1990). Hal ini sesuai penelitian (Tanjung, 2004)
Sesudah intervensi ** 10,77 2,144
bahwa pasien pre operasi yang dirawat di RS Imelda
*Minimum=16 Maksimum=25 **Minimum=7 Maksimum=17
Medan mengalami kecemasan yang meningkat dalam pelaksanaan komuniksi traupeutik perawat harus memiliki menghadapi operasi.
kesabaran, menunjukkan sikap ingin membantu dan Tingkat kecemasan pasien pre operasi dipengaruhi
menjadi pendengar yang aktif. Adapun orang yang paling perbedaan situasi dan kondisi kehidupan di rumah dan
tepat untuk memberi informasi tersebut adalah perawat, diruang perawatan rumah sakit dengan berbagai
karena perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan keterbatasan sosial, diantaranya komunikasi, hubungan
dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan kekeluargan. Penjelasan yang santun dari perawat teknik
berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui komunikasi terapeutik tim perawatan: tahapan persiapan
pendidikan keperawatan,memiliki fungsi sebagai pendidik. operasi, hubungan penyakit dengan tindakan operasi dalam
Komunikasi terapeutik metode efektif yang dapat upaya penyembuhan penyakitnya dan pendekatan spiritual
digunakan oleh tim perawatan dalam menurunkan megurangi tingkat kecemasan pasien. Sikap perawatan
kecemasan pasien pre operasi, sehingga pasien dapat yang menunjukkan empati, pendengar aktif dengan penuh
menerima dan meyakini bahwa operasi yang akan kesabaran sangat membantu dalam meningkatkan
dijalaninya upaya terbaik menyembuhkan penyakitnya. pemahaman penerimaan pasien. Secara umum pasien merasa pasrah terhadap rencana operasi yang dihadapinya,
DAPTAR PUSTAKA
pasien dengan penyakit kronis merasa operasi adalah tindakan yang paling tepat, juga aspek spritual pasien pre
Angel, (2013). Peran dan fungsi perawat diakses melalui operasi meningkat sehingga lebih tenang menjalani operasi
File:///C:/User/PERSONAL/Downloads/ Peran dan dan menganggap operasi upaya terbaik dalam
Fungsi Perawat , 30/04/2013 penyembuhan penyakitnya.
Azizah, M, L. (2011). Aplikasi praktek klinik keperawatan jiwa ,Graha Ilmu, Yogyakarta.
2. Pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat
Bernard & Gary, (2000) dalamMulyana, D, Prof,
kecemasan pasien pre operasi.
M.A.,Phd. ( 2001). Ilmu Komunikasi Suatu Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
Pengantar , Media Ilmu, Jakarta. direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya di
Brunner, & Suddarth. (1996). Tex book Medical Surgical pusatkan untuk kesembuhan pasien ( Purwanto, 1994 ).
Nursing , Piladelpia,Lippincott- Raven Publishers. Perawat dapat mengurangi atau menurunkan kecemasan
Djafar, N. (2012). Tehnik-tehnik komunikasi terapeutik pasien dengan tindakan perawatan yang difokuskan pada
melalui komunikasi terapeutik dan pendidikan kesehatan terhadap
diakses
File:///C:/Users/PERSONAL/Downloads/komunik pasien dan keluarga.
asi-terapeut.htm,04/06/2013. Berdasarkan hasil penelitian dari 30 orang
Hawari, D. (2011) : Managemen stres, cemas dan depresi , responden tentang tingkat kecemasan sebelum dan sesudah
FK UI, Jakarta.
intervensi komunikasi terapeutik dengan analisis data Long, (1990), Maramis,(1995), Roan, (1989), Stuard, & menggunakan program aplikasi SPSS diperoleh nilai
Sunden, (2006), Wibisono, (1990), Artikel correlation kedua variabel = 0,658 dengan nilai probabilitas
Kesehatan, diakses melalui 0,000 < 0,05 menyatakan hubungannya sangat erat maka
Keperawatan
File:///C:/Users/PERSONAL/Dounloads/teori- dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik memberikan
kecemasan.html, 02/05/2013. pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan
Masood Jawaid, (2006), Sawitri, (2004), Setiawan, (2005), pasien pre operasi.
Artikel keperawatan Kesehatan, diakses melalui Selama proses komunikasi berlangsung, umumnya
http://pojok perawat.wordpress.com/2012/12/08. pasien mengekspresikan kecemasan dan perasaannya
Machfoedz, M. (2009). Komunikasi Keperawatan tentang penyakit yang dialaminya dan operasi yang akan
Komunikasi Terapeutik , Ganbika, Yogyakarta. dijalaninya. Selain itu keluarga pasien berada disamping
Notoatmojo, S. Prof, Dr. (2010). Metodologi Penelitian pasien memberikan dukungan dan motivasi, sesuai dengan
Kesehatan , PT Rineka cipta, Jakarta. ( Friedman, 1998 ) dukungan keluarga adalah sikap,
Potter, & Perry. ( 2005). Buku ajar Fundamental tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
Keperawatan , Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. sakit. Selama komunikasi berlangsung pasien dan keluarga