JURNAL PANNMED VOL 9 NO 3 Januari April 2015 final pdf
JURNAL ILMIAH PANNMED
(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)
VOL. 9, NO. 3, JANUARI – APRIL 2015
TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER)
Penanggung Jawab: DAFTAR ISI
Dra. Ida Nurhayati, M.Kes. Editorial
Redaktur: Pengaruh Ketebalan Pasir dalam Saringan Pasir dan Drg. Herlinawati, M.Kes. Arang Kayu Terhadap Penurunan Kadar Besi (FE), Kekeruhan dan Warna Air Sumur Gali oleh Suprapto, Penyunting Editor: TH.Teddy Bambang S, Mustar Rusli. …….......195-201
Soep, SKp., M.Kes. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes Faktor-Faktor
Mempengaruhi Tingkat Nelson Tanjung, SKM., M.Kes. Kecemasan Pasien TB Paru di RA 3 RSUP Haji Adam Dra. Ernawaty, M.Si, Apt Malik Medan oleh Soep......................................202-205
yang
Desain Grafis & Fotografer: Pengaruh Latihan (ROM) Pasif Terhadap Kekuatan Rina Doriana, SKM, M.Kes Otot Ekstremitas pada Pasien Stroke di Ruang RA4 Julia Hasanah RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 oleh Zainuddin Harahap..............................................206-209
Sekretariat:
Yusrawati Hasibuan, SKM, M.Kes. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Daun Teh (Camellia
Pertumbuhan Bakteri Dina Indarsita, SST, M.Kes. Escherichia coli oleh Amriani, Lanny Permata
Elizawarda, SKM., M.Kes. sinensis
L.)
Terhadap
Sari........................................................................210-214
Alamat Redaksi:
Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5 Pengaruh KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan Asetat (DMPA) Terhadap Peningkatan Berat Badan Telp: 061-8368633 Ibu di Klinik Bersalin Sahara Padangsidimpuan Tahun Fax: 061-8368644 2014 oleh Rosmawaty Harahap..........................215-221
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Berisiko pada
Remaja di SMK Negeri 1 Kutalimbaru oleh Jujuren br Sitepu....................................................................222-225
Pengetahuan dan Dukungan Suami Berhubungan dengan Tindakan Pemeriksaan IVA pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Sunggal Kanan Tahun 2014 oleh Dewi Meliasari.............................................226-230
Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kesehatan Fisik Lansia di Dusun III Desa Hutarao Kecamatan
Bandar Pulau Kabupaten Asahan Tahun 2014 oleh Efendi Sianturi.....................................................231-237
Ketepatan Pemeriksaan Radiologi dan BTA Apusan Langsung
Kultur dalam Diagnosis Tuberkulosis Paru di Medan oleh Erfiyani S, Amira Permatasari Tarigan.............................................238-244
dengan
Erosi Gigi pada Anak Usia Remaja di SMP Raksana Medan oleh Ameta Primasari, Uta Juliani.........245-249
Komunikasi Terapeutik pada Pasien Pre Oparatif Efektif Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien oleh Irwan Batubara....................... ……….................250-252
Pengaruh Penambahan Minyak Atsiri Jahe Terhadap Bilangan Peroksida Minyak Goreng Bekas oleh Mangoloi Sinurat, Togar Manalu, Suryani M.Florence Situmeang............................................... ..…...…253-256
Pengetahuan PUS yang Baik Tentang Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) Tidak Berhubungan dengan Tindakan Penggunaan AKDR di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang oleh Masrah................................................. ……257-262
Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Penyuluhan Menggunakan Media Flip Chart dan Boneka Animasi pada Anak Kelas V SD Negeri 105307 Sukaraya Pancur Batu Tahun 2014 oleh Asnita Bungaria
Simaremare, Rosdiana T Simaremare..........................................................263-267
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Cakupan Pemeriksaan Kehamilan di Klinik Suryani Kecamatan Medan Johor Tahun 2014 oleh Ida Nurhayati, Elizawarda.........................................268-271
Tingkat Pengetahuan Anak Tentang Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut Terhadap Ohi-S dan Terjadinya Karies pada Siswa/i Kelas IV SDN 101740 Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2014 oleh Sri Junita Nainggolan..........................................272-276
Hubungan Perilaku Pasien dalam Perawatan Diabetes Melitus dengan Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Rindu A1 dan A2 RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 oleh Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti..............................................277-281
Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Bidan Tentang Penularan HIV/AIDS pada Proses Persalinan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan oleh Suswati......................... ……282-287
Faktor-Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kepatuhani Orangtua yang Mempunyai Anak dengan Leukemia dalam Menjalani Terapi Kemoterapi di RB4 RSUP H.A.Malik Medan Tahun 2014 oleh Tiurlan Mariasima
Doloksaribu, Risma Dumiri Manurung.............................................................288-291
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan Kepatuhan Meminum Tablet Zat Besi di Rumah Bersalin Sam Kampung Baru Medan Tahun 2014 oleh Wildan................................................292-296
Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Nyeri Menstruasi pada Siswi SMA 3 Kota Padangsidimpuan Tahun 2014 oleh Ratni Siregar, Ramlan
Elly Indrani Harahap................................................................297-301
Nasution,
Diterbitkan oleh : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN Jl. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan Kode Pos : 20136 www.poltekkes-medan.ac.id/pannmed
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Jurnal PANNMED Edisi Januari – April 2015 Vol. 9 No. 3 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 21 Judul Penelitian.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Direktur atas supportnya sehingga Jurnal ini dapat terbit
2. Dosen-dosen yang telah mengirimkan tulisan hasil penelitiannya dan semoga dengan terbitnya jurnal ini dapat memberi semangat kepada dosen yang lain untuk berkreasi menulis hasil penelitian sehingga bisa diterbitkan ke Jurnal Pannmed ini.
Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang berkualitas seperti harapan kita bersama .
Redaksi
PENGARUH KETEBALAN PASIR DALAM SARINGAN PASIR DAN ARANG KAYU TERHADAP PENURUNAN KADAR BESI (FE), KEKERUHAN DAN WARNA AIR SUMUR GALI
Suprapto, TH.Teddy Bambang S, Mustar Rusli
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Medan
Abstrak
Air minum yang mengandung besi (Fe) cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Menurut Permenkes RI Nomor :416 / Menkes/Per/IX/1990 yang memenuhi syarat kadar maksimum yang diperbolehkan untuk zat besi (Fe) pada air bersih : 1,0 mg/l, kekeruhan : 25 NTU dan warna : 50 TCU. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketebalan pasir dalam saringan pasir dan arang kayu terhadap penurunan kadar besi (Fe) ,kekeruhan dan warna air sumur gali. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan pre and postes control design. Sampel air sumur gali diambil dari Kelurahan Aur Medan Maimun sebanyak 100 liter. Pretest kadar besi (Fe) , kekeruhan dan warna sampel air sumur gali yaitu 1,20 mg/l,18,13 NTU dan 33,80 TCU . Postest yaitu hasil pengukuran kadar besi (Fe) , kekeruhan dan warna sampel air setelah air dialirkan sebanyak 3 liter pada saringan pasir dan arang kayu (pasir Ø : 0,5 - 0,7mm dan arang kayu Ø : 0,5 mm – 1,0 cm).Ketebalan pasir pertama 40 cm dan kedua 50 cm). Kontrol menggunakan media saringan pasir- kerikil,tebal pasir 60 cm. Replikasi dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali. Alat pengukuran kadar besi (Fe) , kekeruhan dan warna digunakan Spectrofotometer DR 2800. Analisa data dilakukan dari univariat, bivariat. Uji kenormalan dengan Kolongorov test , setelah data normal dilakukan uji t-test dan Anova dengan tingkat kepercayaan (α = 0,05). Diperoleh ada pengaruh ketebalan pasir 40 cm, 50 cm dalam media saringan pasir dan arang kayu terhadap penurunan kadar besi (Fe), kekeruhan dan warna air sumur gali (p -value = 0,000 < α =0,05), ketebalan pasir 50 cm dalam media saringan pasir dapat menurunkan kadar besi (Fe) sebesar 92,82%. Masyarakat di kota Medan yang memiliki sumur gali yang airnya mengandung kadar besi (Fe) > 1,0 mg/l dapat menggunakan media saringan pasir dan arang kayu dengan ketebalan pasir 50 cm. Petugas Puskesmas dapat mensosialisasikan kepada masyarakat tentang media saringan pasir dan arang kayu dapat menurunkan kadar besi air sumur gali dengan ketebalan pasir 50 cm
Kata Kunci : Ketebalan pasir, saringan, (Fe) ,kekeruhan,warna
Latar belakang masalah
(28,3%) dan 100-300 liter (40%). Pada tahun 2010 di Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan,
Indonesia 27,9% rumah tangga masih menggunakan tanpa air yang tersedia yang cukup dan memenuhi syarat
sumur gali. Pada sumur gali sering terdapat kadar besi kehidupan di dunia tak dapat berlangsung.
(Fe) yang tinggi. Hal ini akan dapat menimbulkan masalah Kebutuhan air yang pertama bagi terselenggaranya
dan kerugian pada manusia.
kesehatan yang baik adalah tersedianya air bersih yang Air minum yang mengandung besi (Fe) cenderung memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yaitu
menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu memenuhi syarat fisik, kimia,mikrobiologik dan radioaktif.
dalam dosis besar dapat merusak dinding usus, rusaknya Menurut Permenkes RI Nomor :416 / Menkes/Per/IX/1990
organ-organ penting seperti : pankreas, otot jantung dan yang memenuhi syarat fisik yaitu tidak berbau, jumlah zat
ginjal. Sering kali kematian disebabkan kerusakan dinding padat terlarut (TDS) :1500 mg/l, kekeruhan : 25 NTU ,
usus ini. Kadar besi ( Fe) yang lebih dari 1,0 mg/l akan tidak berasa, warna : 50 TCU. Syarat kimia yaitu tidak
menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. mengandung bahan kimia yang berbahaya (beracun) dan
Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l air akan atau melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
berbau seperti telur busuk, sangat tidak diinginkan oleh seperti zat besi (Fe) : 1,0 mg/l.
keperluan rumah tangga karena dapat menyebabkan bekas Berdasarkan Riskesdas (2013) pada saat ini
karat pada pakaian, porselen dan alat-alat lainnya (Slamet prosentase rumah tangga di Indonesia yang memenuhi
Juli Sumirat, 2004).
akses terhadap sumber air minum 66,8%, pada umumnya Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pemakaian air per-orang/hari rumah tangga 50-99,9 liter
Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
3. Ada pengaruh ketebalan pasir dalam media saringan gali kepala keluarga di Jalan Trikora Gang Bersatu
Penyakit (BTKLPP) Medan salah satu sampel air sumur
pasir dan arang kayu setinggi 40 cm dan 50 cm Kecamatam Medan Denai kualitas airnya mengandung
terhadap penurunan kadar warna pada air sumur gali. kadar besi (Fe) tertinggi sebesar : 3,0 mg/l, dengan suhu : 24,5 ºC dan pH : 7,5 Pada umumnya masyarakat disana
METODOLOGI PENELITIAN
belum mendapatkan air minum dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan (Nainggolan Laris,
Lokasi Penelitian
2013). Upaya untuk menurunkan kadar besi (Fe), Penelitian di laksanakan di ruang Laboratorium
Poltekkes Kemenkes RI Medan Jl.Jamin Ginting Km 13,5 dapat dilakukan dengan menggunakan saringan pasir
kekeruhan dan warna air sumur gali ini, salah satu cara
Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan Kota lambat (Slow sand filter) (BPPT,1999). Saringan pasir
Medan.
lambat adalah saringan yang menggunakan pasir sebagai media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun
Waktu Penelitian
mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi. Proses filtrasi Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Mei – yang terjadi pada saringan pasir lambat, terjadi dengan
Agustus 2014.
memisahkan air dari kandungan kontaminan berupa partikel tersuspensi dan koloid, serta bakteri, dengan cara
Desain Penelitian.
melewatkan air pada suatu media berpori. Pada prinsipnya Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen material ini dapat berupa material apa saja, seperti lapisan
yaitu mengetahui pengaruh ketebalan saringan pasir dan granular pasir, batu yang dihancurkan, antrachite, kaca, sisa
arang kayu terhadap penurunan kadar besi (Fe) , kekeruhan arang,dll. Pada prakteknya di lapangan, media berpori yang
dan warna pada air sumur gali.
paling sering digunakan adalah pasir, karena pasir mudah Desain penelitian ini menggunakan rancangan pre ditemui dalam jumlah banyak, biaya yang murah, dan hasil
and postes control design. Replikasi yang dilakukan pengolahan yang diberikan juga sangat memuaskan.
sebanyak 8 (delapan ) kali,berdasarkan rumus ( t -1)( r -1) ≥ 15 ( Hannafiah,2003 )
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh ketebalan pasir dalam
Instrumen penelitian
media saringan pasir dan arang kayu terhadap penurunan
a. Meteran
kadar besi (Fe), kekeruhan dan warna pada air sumur gali?
b. Spectrofotometer DR 2800.
Tujuan Penelitian
Populasi dan Sampel.
Tujuan Umum
1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air Untuk mengetahui pengaruh ketebalan pasir sumur gali yang mengandung kadar besi (Fe) yang
dalam media saringan pasir dan arang kayu terhadap
tinggi ( > 1,0 mg/l ).
penurunan kadar besi (Fe), kekeruhan dan warna pada air
2. Sampel adalah sebahagian dari populasi yaitu diambil sumur gali.
satu sumur gali yang hasil pemeriksaan kadar besi (Fe) airnya : 1,30 mg/l berlokasi di Jalan Brigjen
Tujuan Khusus.
Katamso dalam Kelurahan Aur Medan Maimun..
3. Teknik Pengambilan sampel. media saringan pasir dan arang kayu setinggi 40 cm ,
1. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan pasir dalam
Cara pemilihan sampel ialah dengan teknik purposive
50 cm terhadap penurunan kadar besi ( Fe) pada air sampling, yaitu proses penarikan yang didasarkan sumur gali.
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
2. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan pasir dalam
sendiri yaitu :
media saringan pasir dan arang kayu setinggi 40 cm ,
a. Air sumur gali yang memiliki kadar Fe : > 1,0
50 cm terhadap penurunan kadar kekeruhan pada air
mg/l
sumur gali.
b. Air sumur gali keruh dan berwarna kuning.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan pasir dalam
c. Air sumur gali berlokasi di Jalan Brigjen media saringan pasir dan arang kayu setinggi 40 cm ,
Katamso dalam kelurahan Aur kota Medan.
d. Pengambilan sampel air sumur gali dilakukan sumur gali.
50 cm terhadap penurunan kadar warna pada air
pada pagi hari pukul 09.00 - 0.00 Wib.
Hipotesa
Teknik Pengumpulan Data
1. Ada pengaruh ketebalan pasir dalam media saringan
1. Data Primer diperoleh dari hasil pemeriksaan pasir dan arang kayu setinggi 40 cm dan 50 cm
kadar besi (Fe), kekeruhan dan warna sebelum dan terhadap penurunan kadar besi ( Fe) pada air sumur
sesudah perlakuan.
gali.
2 Data Sekunder yang diambil adalah data gambaran
2. Ada pengaruh ketebalan pasir dalam media saringan daerah lokasi penelitian Air sumur gali. pasir dan arang kayu setinggi 40 cm dan 50 cm terhadap penurunan kadar kekeruhan pada air sumur gali.
Pengolahan Data
“Tuckey - test”. Analisis data penelitian dengan Data yang terkumpul dari hasil pemeriksaan
menggunakan bantuan komputerisasi. kadar besi (Fe), kekeruhan dan warna air sumur gali sebelum dan sesudah penyaringan dengan menggunakan
Hasil Penelitian
alat Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel air di
Laboratorium Kementerian Kesehatan Balai Teknik kelompok perlakuan dan kontrol, kemudian ditabulasi,
Spectrofotometer DR 2800 baik terhadap
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
(BTKLPP) Kelas I Medan sebelum dan setelah penyaringan didapatkan hasil sebagai berikut :
Analisa Data.
Analisa data dilakukan dengan cara :
Analisis Univariat.
a. Univariat :yaitu data yang telah diolah ditabulasi
1. Kadar zat besi (Fe) , kekeruhan dan warna
dengan distribusi frekuensi dari masing-masing Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata kadar besi ( Fe) , variabel yang diteliti. Prosentase penurunan dari
air sumur gali sebelum melalui saringan pasir dan arang masing-masing variabel dihitung dengan rumus :
kayu pada kontrol, ketebalan pasir 40 cm dan 50 cm a/b x 100 %.
sebesar 1,20 mg/l dengan SD = 0,0000; rata-rata Keterangan : a = Penurunan kadar variabel setelah
penurunan kadar besi ( Fe) sesudah perlakuan pada kontrol perlakuan
adalah 1,112 mg/l (92,70%) dengan SD = 0,00463 , pada
b = kadar awal variabel sebelum perlakuan.
ketebalan pasir 50 cm adalah 1,113 mg/l (92,82 %) dengan
b. Bivariat : data univariat di buat cross tabel antara SD = 0,00518 dan pada ketebalan pasir 40 cm adalah 1,05 ketebalan saringan pasir dan arang kayu dengan
mg/l (89,06 %) dengan SD = 0,0991. penurunan kadar besi (Fe) , kekeruhan dan warna
Selanjutnya rata-rata kekeruhan air sumur gali air sumur gali sebelum perlakuan, kontrol dan
sebelum perlakuan adalah sebesar 18,13 NTU , SD = sesudah perlakuan.
rata-rata penurunan kekeruhan setelah Uji kenormalan terlebih dahulu dilakukan dengan
0,0000; dan
perlakuan pada kontrol sebesar 12,00 NTU (66,19%) test Kosmogorov , setelah data yang diperoleh normal
dengan SD = 0,02900; pada ketebalan pasir 50 cm sebesar selanjutnya untuk melihat pengaruh ketebalan saringan
4,63 NTU (25,53%) dengan SD = 0,02295, serta ketebalan pasir dan arang kayu dengan penurunan kadar besi (Fe),
pasir 40 cm sebesar 5,29 NTU (29,22 %) dengan SD = kekeruhan dan warna air sumur gali dilakukan Uji t-test
dependent . Kemudian dilihat dari kadar warna air sumur gali Untuk melihat perbedaan ketebalan saringan
sebelum melalui saringan pasir dan arang kayu rata- pasir dan arang kayu terhadap penurunan kadar besi (Fe) ,
ratanya 33,80 TCU dengan SD = 0,000, setelah perlakuan kekeruhan dan warna air sumur gali dilakukan uji Anova
rata-rata penurunan warna air sumur gali pada kontrol (Analisis of
variance) apakah secara bermakna
11,10 TCU (32,84%), dengan SD = 0,1598; ketebalan berpengaruh dengan tingkat level significancy atau pada α pasir 50 cm = 9,69 TCU (28,67%) dengan SD = 0,01927;
= 0,05. Selanjutnya untuk melihat perbedaan dari masing- dan ketebalan pasir 40 cm sebesar 6,13 TCU (18,13 %) masing variabel dilanjutkan dengan menggunakan uji
dengan SD = 0,05303. Dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Prosentase penurunan kadar Fe , kekeruhan dan warna air sumur gali sebelum dan sesudah melalui media saringan pasir dan arang kayu
Mean Rata-Rata penurunan setelah perlakuan No.
Var. Sebelum
40cm % SD
Perlakuan
1. Besi (Fe) 1,20
( mg/l )
han (NTU)
*) waktu kontak air seluruhnya sama ( 15 menit ).
Analisis Bivariat
2. Pengaruh ketebalan pasir dalam saringan pasir dan arang kayu pada sampel air sumur gali dengan penurunan
kadar Fe.
Tabel 2. Hasil uji beda rata-rata uji t-Test dependent kadar Fe, kekeruhan dan warna air sumur gali berdasarkan ketebalan pasir pada saringan pasir dan arang kayu
Ketebalan Rata-rata
Rata-rata
Pasir kadar
95% Confidence sebelum
Fe kadar
Fe t
Df P
Interval of the DifFerence perlakuan
sesudah
perlakuan
Lower Upper
3. Pengaruh ketebalan pasir dalam saringan pasir dan arang kayu pada sampel air sumur gali dengan penurunan
kadar kekeruhan .
Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata uji t-Test Dependent Kadar kekeruhan berdasarkan ketebalan pasir pada saringan pasir dan arang kayu
Ketebalan Mean
Mean
Pasir sebelum
95% Confidence perlakuan
Interval of the Difference
Berikut penjelasan dari tabel di atas, hasil uji t- Dari hasil uji t-Test Dependent pada tabel 3 diatas Test Dependent pada tabel 2 diatas terlihat bahwa ada
terlihat bahwa ada pengaruh ketebalan pasir baik pada pengaruh ketebalan pasir baik pada kontrol (60 cm) dengan
kontrol (60 cm) dengan confidence level (α = 5%) dapat confidence level ( α = 5%) dapat diketahui t = 679,749, df =
diketahui t = 1170,456, df = 7, dan nilai Probabilitas =
7, dan nilai Probabilitas = 0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan 0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan interval confidence ( interval confidence ( 1,10863-1,11637) yang berarti ada
11,97700-12,02550) yang berarti ada pengaruh ketebalan pengaruh perbedaan penurunan kadar Fe air sumur gali pasir pada kontrol terhadap perbedaan penurunan kadar
pada kontrol setelah melalui saringan pasir dan arang kayu. kekeruhan air sumur gali pada kontrol setelah melalui Pada ketebalan pasir 40 cm diketahui t = 305,024, df = 7,
saringan pasir dan arang kayu. Pada ketebalan pasir 40 cm dan nilai Probabilitas = 0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan
diketahui t = 1258,848, df = 7, dan nilai Probabilitas = interval confidence (1,06046-1,07704) yang berarti ada
0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan interval confidence (
5,27632-5,29618) yang berarti ada pengaruh ketebalan setelah melalui saringan pasir dan arang kayu. Demikian
pengaruh perbedaan penurunan kadar Fe air sumur gali
pasir 40 cm terhadap perbedaan penurunan kadar juga pada ketebalan pasir 50 cm diketahui t = 608,669, df =
kekeruhan air sumur gali setelah melalui saringan pasir dan
7, dan nilai Probabilitas = 0,000 (p < α = 0,05) dengan arang kayu. Demikian juga pada ketebalan pasir 50 cm interval confidence (1,10942-1,11088) yang berarti ada
diketahui t = 570,416, df = 7, dan nilai Probabilitas =
0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan interval confidence setelah melalui saringan pasir dan arang kayu.
pengaruh perbedaan penurunan kadar Fe air sumur gali
(4,60956-4,64794) yang berarti ada pengaruh ketebalan pasir 50 cm terhadap perbedaan penurunan kadar kekeruhan air sumur gali setelah melalui saringan pasir dan arang kayu.
4. Pengaruh ketebalan pasir dalam saringan pasir dan arang kayu pada sampel air sumur gali dengan penurunan
kadar warna .
Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata uji t-Test Dependent kadar warna air sumur gali berdasarkan ketebalan pasir pada saringan pasir dan arang kayu
Ketebalan Mean
Mean
Pasir sebelum
95% Confidence perlakuan
Interval of the DifFerence
Dari hasil uji t-Test Dependent pada tabel 4 diatas Untuk melihat uji beda, selanjutnya pada tabel 6 terlihat bahwa ada pengaruh ketebalan pasir baik pada
dapat dilihat lebih jelas seperti pada hasil sebagai berikut : kontrol (60 cm) dengan confidence level (α = 5%) dapat diketahui t = 1964,026, df = 7, dan nilai Probabilitas =
Tabel 6. Uji beda ketebalan pasir terhadap penurunan 0,000 (p < α = 0,05) dengan interval confidence kadar besi (Fe) air sumur gali dalam saringan (11,08289-11,10961) yang berarti ada pengaruh ketebalan
pasir dan arang kayu
pasir pada kontrol terhadap perbedaan penurunan kadar
warna air sumur gali pada kontrol setelah melalui saringan (I) Ketebalan (J)
Mean
Std.Error Sig. 95% Confidence
pasir dan arang kayu. Pada ketebalan pasir 40 cm
diketahui t = 327,000, df = 7, dan nilai Probabilitas = 0,000 (p < α = 0,05) dengan Lower Upper
pasir pasir
(I-J)
interval confidence (6,08691- Kontrol (K ) (60 cm) (40 -0,04375* 0,00349 0,000 -0,0510 -0,0365 6,17559) yang berarti ada pengaruh ketebalan pasir 40 cm
terhadap perbedaan penurunan kadar warna air sumur gali
Ketebalan (40 cm) K (60 0,04375*
setelah melalui saringan pasir dan arang kayu. Demikian
0,724 -0,0085 juga pada ketebalan pasir 50 cm diketahui t = 1422,103 df 0,0060
Ketebalan (50 cm) K (60 -0,00125
0,000 -0,0523 = 7, dan nilai Probabilitas = 0,000 ( p < α = 0,05 ) dengan -0,0377
interval confidence (9,67389-9,70611) yang berarti ada Terlihat pada tabel 6 uji beda pengaruh ketebalan pasir pengaruh ketebalan pasir 50 cm terhadap perbedaan
pada Kontrol (60 cm) dengan ketebalan pasir (40 cm) penurunan kadar warna air sumur gali setelah melalui
memiliki beda nyata penurunan kadar besi (Fe) air sumur saringan pasir dan arang kayu
gali dengan nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (- 0,0510 —0,0365), dengan ketebalan pasir (50 cm) tidak
Uji perbedaan pengaruh ketebalan pasir
memiliki beda nyata dengan nilai p value = 0,724 > α = 0,05,
1. Uji beda penurunan kadar besi ( Fe )
pada 95%-CI (-0,0060-0,0085).
Tabel 5. Penurunan kadar besi (Fe) air sumur gali pada Perbedaan ketebalan pasir (40 cm) dengan Kontrol perlakuan Terhadap masing-masing ketebalan
(60 cm) memiliki beda nyata penurunan kadar besi (Fe) air pasir
sumur gali dengan nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada
Sum of
Mean
95%-CI (0,0365-0,0510). Ketebalan pasir (40 cm) dengan
Squares Df Square F Sig.
ketebalan pasir (50 cm) juga memiliki beda nyata penurunan kadar besi (Fe) dengan nilai p value = 0,000 < α =
0,05, pada 95%-CI (0,0377-0,0523).
Perbedaan ketebalan pasir (50 cm) dengan
Within
23 Kontrol (60 cm) tidak memiliki beda nyata penurunan
Group
kadar besi (Fe) air sumur gali dengan nilai p value = 0,724 > α
Total
= 0,05, pada 95%-CI (0,0085-0,0060). Tetapi pada ketebalan pasir (50 cm) dengan ketebalan pasir (40 cm)
F-hitung pada uji Anova diatas adalah 107,646 memiliki beda nyata penurunan kadar besi (Fe) dengan dengan probabilitas yaitu 0,000, karena α = 0,05, maka ada
nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (0,0523- perbedaan pengaruh ketebalan pasir pada kontrol (60 cm),
40 cm dan 50 cm sebelum dan sesudah perlakuan terhadap
penurunan kadar besi (Fe) air sumur gali pada saringan
pasir dan arang kayu.
2. Uji beda penurunan kadar kekeruhan 3. Uji beda penurunan kadar warna Tabel 7. Penurunan kadar kekeruhan air sumur gali pada
Tabel 9. Penurunan kadar warna air sumur gali pada perlakuan Terhadap masing-masing ketebalan
perlakuan Terhadap masing-masing ketebalan pasir
Df Mean
F Sig.
Squares Df Square
F Sig.
F-hitung pada uji Anova diatas adalah 45699,565 F-hitung pada uji Anova diatas adalah 264763,46
dengan probabilitas yaitu 0,000, karena α = 0,05, maka ada dengan probabilitas yaitu 0,000, karena α = 0,05, maka ada
perbedaan pengaruh ketebalan pasir pada kontrol (60 cm), perbedaan pengaruh ketebalan pasir pada kontrol (60 cm),
40 cm dan 50 cm sebelum dan sesudah perlakuan terhadap
40 cm dan 50 cm sebelum dan sesudah perlakuan terhadap penurunan kadar warna air sumur gali pada saringan pasir penurunan kadar kekeruhan air sumur gali pada saringan
dan arang kayu.
pasir dan arang kayu. Untuk melihat uji beda selanjutnya, pada tabel 10 Untuk melihat uji beda, selanjutnya pada tabel 8
dapat dilihat lebih jelas seperti pada hasil sebagai berikut : dapat dilihat lebih jelas seperti pada hasil sebagai berikut : Tabel 1. Uji beda ketebalan pasir terhadap penurunan Tabel 8. Uji beda ketebalan pasir terhadap penurunan
kadar warna air sumur gali dalam saringan pasir kadar kekeruhan air sumur gali dalam saringan
dan arang kayu
pasir dan arang kayu
95% Confidence
Std.Erro Sig. Interval (II) Ketebalan (J)
(III) Ketebalan (J)
Mean
Mean
Std.Error Sig. 95% Confidence
Ketebalan
Difference r
Ketebalan DifFerenc
Lower Upper
pasir pasir (I-J)
pasir
Lower Upper
Kontrol (60 cm) (40 cm) -6,71500* 0,01121 0,000 -6,7383 -6,6917 Kontrol (60 cm) (40 cm) -4,96500* 0,01693 0,000 -5,0002 -4,9298
(50 cm)
-1,40625* 0,01693 0,000 -1,4415 -1,3710 Ketebalan(40 cm) K (60 6,71500* 0,01121 0,000 6,6917 6,7383
-7,37250* 0,01121 0,000 -7,3958 -7,3492
(50 cm)
Ketebalan (40 cm) K (60 4,96500* 0,01693 0,000 4,9298 5,0002
cm) (50 cm)
3,55875* 0,01693 0,000 3,5235 3,5940 Ketebalan(50 cm) K (60 7,37250* 0,01121 0,000 7,3492 7,3958
-0,65750* 0,01121 0,000 -0,6848 -0,6342
cm) (50 cm)
Ketebalan (50 cm) K (60 1,40625* 0,01693 0,000 1,3710 1,4415
Terlihat pada tabel 8 uji beda ketebalan pasir pada Terlihat pada tabel 10 uji beda ketebalan pasir Kontrol (60 cm) dengan ketebalan pasir (40 cm) memiliki
pada Kontrol (60 cm) dengan ketebalan pasir (40 cm) beda nyata penurunan kadar kekeruhan air sumur gali
memiliki beda nyata penurunan kadar warna air sumur gali dengan nilai p
value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (- value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (- 6,7383 - (-6,6917), dengan ketebalan pasir (50 cm) juga
dengan nilai p
5,0002 - (-4,9298), dengan ketebalan pasir (50 cm) juga memiliki beda nyata dengan nilai p
value = 0,000 > α = 0,05,
memiliki beda nyata penurunan kadar warna dengan nilai
pada 95%-CI (-7,3989 – (-7,3492).Perbedaan ketebalan p value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (-1,4415 – (- pasir (40 cm) dengan Kontrol (60 cm) memiliki beda nyata
penurunan kadar kekeruhan air sumur gali dengan nilai Perbedaan ketebalan pasir (40 cm) dengan Kontrol p
(60 cm) memiliki beda nyata penurunan kadar warna air value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI (6,6917-6,7383). Ketebalan pasir (40 cm) dengan ketebalan pasir (50 cm)
sumur gali dengan nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada juga memiliki beda nyata penurunan kadar kekeruhan
95%-CI (4,9298 - 5,0002). Ketebalan pasir (40 cm) dengan dengan nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada 95%-CI ( -
ketebalan pasir (50 cm) juga memiliki beda nyata 0,6848 - (- 0,6342).
penurunan kadar warna dengan nilai p value = 0,000 < α = Perbedaan ketebalan pasir (50 cm) dengan
0,05, pada 95%-CI ( 3,5235 - 3,5940). Kontrol (60 cm) memiliki beda nyata penurunan kadar
Perbedaan ketebalan pasir (50 cm) dengan Kontrol kekeruhan air sumur gali dengan nilai p value = 0,000 < α =
(60 cm) memiliki beda nyata penurunan kadar warna air 0,05, pada 95%-CI (7,3492 - 7,3958). Ketebalan pasir (50
sumur gali dengan nilai p value = 0,00 < α = 0,05, pada 95%- cm) dengan ketebalan pasir (40 cm) memiliki beda nyata
CI (1,3710 - 1,4415). Ketebalan pasir (50 cm) dengan penurunan kadar kekeruhan dengan nilai p
value = 0,000 < α
ketebalan pasir (40 cm) memiliki beda nyata penurunan
= 0,05, pada 95%-CI (0,6342 - 0,6808). kadar warna dengan nilai p value = 0,000 < α = 0,05, pada
95%-CI (-3,5940 – (-3,5235).
Kesehatan Dasar
1. Ketebalan pasir 40 cm dan 50 cm dalam media Tentang Penyediaan Air Bersih, Jakarta saringan pasir dan arang kayu dapat menurunkan
Effendi, H, 2003; Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan kadar besi (Fe) yaitu 89,06 % dan 92,82 %.
Sumber daya Lingkungan Perairan,
2. Ada pengaruh ketebalan pasir 40 cm, 50 cm dalam
Kanisius, Yogyakarta.
media saringan pasir dan arang kayu (p- value = 0,000 < α Hannafiah Kemas Ali, 2003; Rancangan Percobaan
Teori & Aplikasi, cetakan 8, PT.Raja Grafindo gali.
= 0,05) terhadap penurunan kadar besi (Fe) air sumur
Persada, Jakarta.
3. Ada pengaruh ketebalan pasir 40 cm, 50 cm dalam
Herman, Hermawan; 2006; Pengaruh ketebalan
media saringan pasir dan arang kayu (p- value = 0,000 < α
saringan pasir lambat model IOS-SF terhadap = 0,05) terhadap penurunan kadar kekeruhan air sumur penurunan Total Coli-form dan Coli-tinja
gali.
sebagai dampak penurunan kekeruhan pada
4. Ada pengaruh ketebalan pasir 40 cm, 50 cm dalam air kolam sebagai air bersih, Thesis, Undip, media saringan pasir dan arang kayu (p- value = 0,000 < α
Semarang. = 0,05) terhadap penurunan kadar warna air sumur gali. Huisman (1974);
Slow Sand Filter , University of Technology, Netherlands.
Saran
Kusnaedi, 2006; Mengolah air gambut dan Air Kotor
1. Masyarakat di daerah kota Medan yang memiliki untuk minum, Penebar, Swadaya, Jakarta. sumur gali apabila airnya mengandung kadar besi (Fe) -------------, 1998; Pengolahan air, Bagian Peneribitan tidak memenuhi syarat kesehatan (> 1,0 mg/l), agar air
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. sumur gali memenuhi syarat kesehatan dapat
Moore, J.W, 1991; Inorganic Contaminants of Surface menggunakan saringan pasir dan arang kayu dengan
Water, Springer-Verlag New York. ketebalan pasir minimal ≥ 50 cm.
M.Ridwan Saifudin dan Dwi Astuti,2005; Kombinasi
2. Petugas Puskesmas/Dinas Kesehatan Kota Medan
media filter untuk menurunkan kadar besi
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat (Fe), Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, untuk mengatasi air sumur gali yang mengandung
Vol.6 No.1 Tahun 2005 : 49 - 64. kadar besi (Fe) dengan menggunakan media saringan
Meilita, T, 2007; Arang Aktif (Pengenalan dan proses pasir dan arang kayu dengan ketebalan pasir minimal
pembuatannya),
http://library.usu.ac.id/Arang
50 cm. Aktif, diakses tanggal 8 Nopember 2013.
3. Penelitian selanjutnya perlu melakukan uji coba untuk Nusa, Idaman Said, 1999; Kesehatan Masyarakat dan menurunkan kekeruhan dan warna air sumur gali agar
Teknologi Kualitas Air , Peneribit Direktorat sesuai dengan standar kualitas air minum perlu
Lingkungan,Deputi Bidang penambahan keteba lan pasir ≥ 70 cm dalam media
Teknologi
TIEML,BPPT, Jakarta.
saringan pasir dan arang kayu. Safira Astari, Rofiq Iqbal; Realibility of Slow Sand Filter for Water Treatment; Prodi Teknik Lingkungan
Daftar Pustaka
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB- Bandung.
Aimyaya, 2013; Saringan pasir arang, http://nanosmart
Air, filter.com, diakses tanggal 17 Nopember 2013.
8 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 1999;
http://aimyaya.com/id,
diakses tanggal
Nopember 2013.
Kesehatan Masyarakat dan Teknologi
Slamet Juli Sumirat, 2004; Kesehatan Lingkungan,
University Press, TeknologiLingkungan Deputi Bidang Teknologi
Informasi, Energi, Material dan Lingkungan, Sugandi,E.Sugiarto,1994; Rancangan Percobaan Teori Jakarta.
dan Analisis, Andi Offset, Yogyakarta. Boyd, C.E, 1988; Water Quality in warm water Fish
Suyono, 1993; Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Ponds, Fourth Printing, Auburn University
Geografi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Agricultural Experiment Station, Alabama, USA.
V.Darsono dan Teguh Sutomo, 2002; Pengaruh diameter
Chandar Budiman, 2006; Pengantar Kesehatan dan ketebalan pasir dalam Saringan pasir
Lingkungan, Penerbit buku Kedokteran EGC. lambat terhadap penurunan kadar (Fe), Jurnal Depkes RI ;1990; Permenkes RI, No: 416/
Teknologi Industri, Vol.VI.No.4, Oktober 2002 :
Menkes/SK/XI/1990 Tentang Syarat-syarat
213-224.
dan pengawasan kualitas air bersih, Jakarta.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN TB PARU DI RA 3 RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
Soep
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Abstrak
Penyakit TBC sudah di kenal sejak dahulu kala. Penyakit ini di sebabkan oleh kuman /bakteri mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pada umumnya menyerang paru-paru, seperti kelejar bening,kulit,usus/saluran pencernaan, selaput otak dan sebagainya. Kecemasan adalah respon atau pengalaman yang menyakitkan yang dialami oleh seseorang terhadap berbagai alat-alat dalam yang tunduk dibawah jaringan syaraf bebas, seperti jaringan jantung, alat pernafasan, kelenjar-kelenjar peluh, dan lain- lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan. Sedangkan faktor eksternal berupa ancaman tarhadap integritas biologis dan ancaman terhadap konsep diri. Pengumpulan data di lakukan dengan mengunakan kuisioner. Hasil peneltian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasian TB paru di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan berdasarkan usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang ada di RA 3 dengan sampel 37 orang. pembahasan hasil penelitin bahwa responden yang menunjukkan kecenderungan memilik tingkat kecemasan, pasien yang berusia 46-50 tahun memiliki tingkat kecemasan sebanyak (35,1%). Responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecemasan sebanyak (56,8%). Responden yang berpendidikan SMA yang memiliki tingkat kecemasan sebanyak (35,1%).
Kata Kunci : Tingkat Kecemasan
PENDAHULUAN
keteraturan minum obat TBC sampai dinyatakan sembuh. Pada umumnya, pengobatan panyakit TBC akan selesai
Penyakit TBC sudah di kenal sejak dahulu kala. dalam jangka waktu 6 bulan, yaitu 2 bulan pertama setiap Penyakit ini di sebabkan oleh kuman /bakteri
hari (tahap intensif) di lanjutkan 3 kali dalam seminggu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini pada umumnya
selama 4 bulan tahap lanjut. Hal ini yang secara ekonomi menyerang paru-paru, seperti kelejar bening, kulit, usus/
berhubungan dengan pendapatan keluarga, terlebih kepada saluran pencernaan, selaput otak dan sebagainya.
keluarga yang pendapatannya rendah. Dimana dalam Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya 150
pengobatan TBC ini menimbulkan dampak bahwa banyak ribuan orang meninggal akibat tuberculosis (TBC).
penderita TBC yang merasa bosan karena pengobatan yang Artinya, setiap hari ada sekitar 300 orang yang meninggal
lama dan pengobatan yang dirasakan mahal. Selain itu akibat TBC di Negara kita. Diperkirakan jumlah penderita
keadaan ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, di Indonesia sekitar 10% dari jumlah penderita TBC
dan pendidikan. Dimana apabila faktor tersebut cukup baik didunia. Worl Health Organization (WHO) dalam Annual
maka akan mengurangi beban fisiologis dan pisikis. Report on Global TBC control 2005 menyatakan terdapat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
22 negara dikatagorikan sebagai hing-burden countries pasien dapat berasal dari faktor internal dan eksternal. terhadap TBC. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah
Faktor internal antara lain berupa usia, jenis kelamin, India dan China dalam menyumbang TBC di dunia.
pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan (WHO 2004).
tipe kepribadian. Sedangkan faktor eksternal berupa Berdasarkan survei Kesehatan Rumah Tangga
ancaman terhadap integritas biologis dan ancaman (SKRT) 2007 prevalansia angka kesakitan di Indonesia
terhadap konsep diri.
sebesar 8 /1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa Diperkirakan Bahwa dari populasi orang dewasa pemeriksaan laboratorium. Berdasarakan hasil survei
di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007, TBC
persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian
emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan (9,4 dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi
kecemasan. Gangguan kecemasan dapat terjadi pada dan sistem parnafasan. Hasil survei prevalensi tuberkulosis
semua usia, lebih sering usia dewasa dan lebih banyak Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional
pada wanita. Sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 110/100.000 penduduk.
21-45 tahun. (http://kesehatan.kompasiana.com) Bila seseorang menderita TBC, ada satu hal yang
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman penting yang harus diperhatikan dan di lakukan, yaitu
terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar
Dilihat dari faktor sosial budaya khususnya dari segi pekerjaan. Dimana pada umumnya penderita yang bekerja mudah mengalami kecemasan karena mempunyai kesibukan, sehingga dapat memudahkan menimbulkan keluhan-keluhan dari gejala TBC. Dan mereka akan takut kehilangan pekerjaan akibat penyakit yang mereka derita. Selain itu juga takut atau cemas berinteraksi dengan orang lain. Disamping faktor ekonomi dan sosial budaya, penyebab kecemasan dapat dilihat yang penting dalam timbul kecemasannya.
Di samping itu juga pola hidup dapat mempengaruhi kecemasan pada penderita TBC. Pola kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol sangat jelas berhubungan dengan penyakit TBC. Namun dalam pengobatan TBC, salah satu unsur yang penting adalah merobah pola hidup dengan memodifikasi pola hidup seperti perbaikan nurisi, olahraga dan menghilangkan stres dan kecemasan yang timbul.
Tidak hanya itu, penderita TBC merasa cemas dan was-was tentang kepercayaan masyarakat setempat. Kepercayaan-kepercayaan lokal mengenai tuberculosis dan penyebab pasti berlainan di berbagai Negara, berbagai daerah, berbagai kebudayaan, dan bahkan pada kelompok- kelompok masyarakat yang berbeda yang tinggal di dalam daerah yang sama. Agama, kasta, suku,, atau tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pendapat masyarakat. Di beberapa daerah ada masyarakat yang percaya bahwa TBC di sebabkan oleh roh jahat yang memasuki pasien. Meskipun ada pasien yang mengetahui bahwa TBC marupakan panyakti yang menular, tetapi ada yang berpendapat bahwa orang tertentu dapat kena penyakit itu karena di santet. Di daerah kabanyakan orang biasa mangira bahwa orang dapat terkena TBC dari potongan kayu yang dipakai untuk membersihkan gigi. Di tempat lain gejala tersebut sering barkaitan dengan dosa, akibat perzinahan (Sulianti 2007)
Tuberkulosis sebagian besar menyerang usia produktif antara 15 dan 45 tahun sehingga selain meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, penyakit
ini juga
menurunkan
produktivitas
masyarakat. Peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS juga berkorelasi dengan peningkatan kasus tuberkulosis ini. Data menunjukkan, 3 persen dari kasus baru tuberkulosis terjadi pada pasien dengan HIV positif. Padahal, beberapa daerah memiliki insiden HIV tinggi, seperti di Papua, Kalimantan Barat, Bali, Sumatera Utara, dan Jakarta.
Gambaran tuberkulosis pada HIV kadang- kadang tidak khas, terutama bila HIV-nya sudah lanjut, sehingga mungkin tidak terdiagnosis dan berdampak pada keterlambatan pengobatan. Selain itu, pemberian obat anti-TB bersamaan dengan pemberian obat antivirus (ARV) untuk menangani HIV-nya bisa meningkatkan efek samping. Itu sebabnya mengapa kematian pasien HIV lebih cepat karena infeksi tuberkulosis. (kompas 2011).
Data penderita penyakit TBC yang di peroleh dari RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2011- 2012 menunjukan bahwa penderita TBC ada sebanyak 372 orang dan semua pasien TBC tersebut di rawat di rawat di RA 3 RSUP Haji Adam Malik Medan.
Kepedulian masyarakat terhadap penanggulangan
dan pemberantasan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia, hingga saat ini masih sangat rendah. Padahal korban meninggal akibat TBC di Indonesia jumlahnya sangat fantastis, sekitar 175.000 per tahun atau sekitar 500 orang perharinya.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriktif dengan desain ―Cross Sectional‖ yaitu
suatu metode yang merupakan pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien TB paru di RA 3 RSUP Haji Adam Malik Medan 2013. Penelitian ini di lakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2013. Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan Februari-Juli Tahun 2013. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita TBC sebanyak 372 orang yang di rawat di RA 3 RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 372 orang. Cara untuk memperoleh sampel minimal menurut Arikunto (2006) adalah bila populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel sekitar 10-15% dan 20-25% dari total popolasi, dimana popolasi berjumlah 372 orang, dan peneliti mengambil 10% dari total populasi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu kuisoner yang berisikan pertanyaannya sesuai dengan variable yang diteliti. Sedangkan data lain (data sekunder) di peroleh dari RSUP Haji Adam Malik Medan. Data di kumpulkan dengan menggunakan kuisoner yang dalam penelitian ini merupakan data primer. Sebelum responden mengisi kuisoner, responden di minta kesediannya untuk menyatakan persetujuan menjadi responden dalam penelitian ini, yang dilampirkan bersama dengan kuisoner oleh keluarga maupun peneliti dan peneliti menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti responden. Setelah itu semua pertanyaan dijawab, peneliti mengumpulkan kembali lembar jawaban responden, dan mengucapkan terima kasih atas kesediannya menjadi respondent.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Dari hasil observasi berdasarkan usia diperoleh responden dengan usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 7 responden (18,9%), responden yang berusia 36-45 tahun sebanyak 10 responden (27,0%), responden yang berusia 46-50 tahun sebanyak 13 responden (35,1%), dan responden yang berusia 50 tahun ke atas sebanyak (18,9%). Jenis kelamin responden laki-laki sebanyak
21 orang (56,8%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (43,2%). Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 1 21 orang (56,8%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (43,2%). Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 1
berdasarkan tingkat pendidikan responden yang memiliki orang (29,7%), dan responden dengan pendidikan S1
tingkat kecemasan terhadap penyakit TB paru mayoritas sebanyak 7 orang (18,9%).
tingkat pendidikan SMA dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 8 responden dari 13 responden (35,1%) diikuti
2. Analisis Bivariat
pendidikan Akademi dengan tingkat kecemasan berat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
sebanyak 7 responden dari 11 orang (29,7%), pendidikan
Responden Yang
Memiliki
Tingkat
SMP dan S1 dengan tingkat kecemasan berat masing-
Kecemasan Di RA 3 RSUP Haji Adam Malik
masing 4 responden dari 5 (13,5%) dan 7 responden
Medan Tahun 2013
(18,9%), sedangkan responden dengan pendidikan SD
No Usia Tingkat Kecemasan
Jumlah
hanya 1 (2,7%) responden dan memiliki tingkat kecemasan
Ringan Sedang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
3 46-50
terhadap 37 responden yang memiliki tingkat kecemasan
terhadap penyakit TB paru dari tabel 1 dapat diketahui
ke atas
bahwa berdasarkan usia responden yang memiliki tingkat
Jumlah
kecemasan terhadap penyakit TB paru diketahui mayoritas responden berusia 46-50 tahun memiliki tingkat
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa kecemasan berat sebanyak 7 responden dari 13 responden berdasarkan usia responden yang memiliki tingkat
kecemasan terhadap penyakit TB paru diketahui mayoritas Usia merupakan salah satu faktor internal yang responden berusia 46-50 tahun memiliki tingkat
berkontribusi terhadap timbulnya kecemasan pada orang kecemasan berat sebanyak 7 responden dari 13 responden
tua, Bahkan ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda (35,1%), diikuti usia 36-45 tahun mayoritas responden
lebih mudah mengalami cemas daripada usia tua, tetapi ada dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 6 responden dari
juga yang berpendapat sebaliknya (Kaplan & Sadock).
10 responden (27,0%), serta usia 26-35 tahun dan 50 tahun Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin ke atas masing-masing memiliki tingkat kecemasan
responden yang memiliki tingkat kecemasan terhadap mayoritas 5 responden dari 7 responden (18,9%).
penyakit TB Paru mayoritas laki-laki memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 12 orang dari 21 responden
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden Yang Memiliki Tingkat
Laki-laki lebih cenderung mengalami kecemasan
Kecemasan Di RA 3 RSUP Haji Adam Malik
dibandingkan dengan perempuan, hal ini dikarenakan laki-
Medan Tahun 2013
laki dirasa lebih sensitif terhadap permasalahan, sehingga
No Jenis Tingkat Kecemasan
Jumlah
mekanisme koping laki-laki lebih kurang baik
Kelamin Ringan Sedang Berat Panik
dibandingkan perempuan. Hal ini ditegaskan pada hasil
penelitian ini yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih
Jumlah
menempati posisi tingkat kecemasan dibandingkan perempuan.
Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin responden yang memiliki
berdasarkan tingkat pendidikan responden yang memiliki tingkat kecemasan terhadap penyakit TB Paru mayoritas
tingkat kecemasan terhadap penyakit TB paru mayoritas laki-laki memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 12