Hubungan Perbuatan Manusia dengan Etos Kerja menurut Muhammadiyah

B. Hubungan Perbuatan Manusia dengan Etos Kerja menurut Muhammadiyah

Dalam konteks ajaran Islam, etos kerja dipahami dalam kerangka akidah tauhid bahwa setiap perbuatan adalah cerminan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah. Artinya etos kerja bukan hanya sekedar mengandung nilai-nilai praktis dan pragmatis keduniaan tapi juga sebagai upaya untuk mempersiapkan diri di kehidupan akhirat. Jadi etos kerja sangat terkait dengan perbuatan yang mengandung pemahaman bahwa melakukan perbuatan atau perintah Allah merupakan bagian dari etos kerja.

Pembicaran mengenai etos kerja mengarah kepada semangat dalam membangun perbuatan yang produktif. Dalam etos kerja, unsur terpenting adalah nilai apa yang melandasi seseorang dalam melakukan perbuatan. Namun, dalam etos kerja tersebut tidak dijelaskan apakah yang menggerakkan seseorang melakukan perbuatan tersebut manusia sendiri ataukah adanya dorongan dari zat yang berada diluar diri manusia.

Menurut Zakiyuddin Baidhawy setiap warga Muhammadiyah harus mempunyai etos kerja Islami, seperti kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakan waktu, berusaha secara optimal atau maksimal untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Insyirah ayat 5-8:

Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

Dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah, yaitu Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:

a. 'Aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.

b. Akhlak Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.

c. Ibadah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

d. Muamalah Duniawiyah Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah

SWT. 17

17 http:// Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah_Muhammadiyah.htm, Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo.

Dari uraian diatas, etos kerja diartikan sebagai pemberi nilai spirit dalam diri manusia. Namun jika diperhatikan lagi dalam Himpunan Putusan Tarjih yang telah dikemukakan di awal bahwa perbuatan manusia diciptakan Tuhan karena ia adalah makhluk yang dapat dilakukan manusia adalah berikhtiar. Penulis memandang bahwa meskipun perbuatan manusia menurut Muhammadiyah cenderung kepada aliran Asy’ariyah yaitu dalam setiap perbuatan tergantung kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, dan manusia tidak berperan penting dalam setiap perbuatannya namun itu tidak mempengaruhi terhadap etos kerjanya karena Muhammadiyah memiliki etos kerja yang baik sesuai dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang menginginkan manusia untuk selalu berbuat baik. Allah memberikan dan menciptakan kepandaian dan kecakapan kepada manusia untuk bisa bertahan hidup serta mempergunakan daya yang diciptakan tersebut untuk selalu berbuat baik. Manusia melakukan perbuatan sesuai dengan kehendak Tuhan, perbuatan yang terwujud merupakan refleksi dari daya dan kehendak Tuhan, jadi antara perbuatan manusia dengan etos kerja menurut Muhammadiyah sesuai dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan karena Tuhan memiliki peranan penting dalam setiap perbuatan manusia. Dengan demikian tidak berlaku sunnatullah bagi Muhammadiyah. Meskipun dalam Himpunan Putusan Tarjih tergambar bahwa perbuatan manusia cenderung kepada aliran Asy’ariyah, yaitu perbuatan manusia tergantung kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang berarti bahwa manusia dalam menjalankan hidupnya bersifat fatalis dan memiliki etos kerja yang rendah, namun tidak bagi Muhammadiyah karena persyarikatan ini memiliki etos kerja yang tinggi yang Dari uraian diatas, etos kerja diartikan sebagai pemberi nilai spirit dalam diri manusia. Namun jika diperhatikan lagi dalam Himpunan Putusan Tarjih yang telah dikemukakan di awal bahwa perbuatan manusia diciptakan Tuhan karena ia adalah makhluk yang dapat dilakukan manusia adalah berikhtiar. Penulis memandang bahwa meskipun perbuatan manusia menurut Muhammadiyah cenderung kepada aliran Asy’ariyah yaitu dalam setiap perbuatan tergantung kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, dan manusia tidak berperan penting dalam setiap perbuatannya namun itu tidak mempengaruhi terhadap etos kerjanya karena Muhammadiyah memiliki etos kerja yang baik sesuai dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang menginginkan manusia untuk selalu berbuat baik. Allah memberikan dan menciptakan kepandaian dan kecakapan kepada manusia untuk bisa bertahan hidup serta mempergunakan daya yang diciptakan tersebut untuk selalu berbuat baik. Manusia melakukan perbuatan sesuai dengan kehendak Tuhan, perbuatan yang terwujud merupakan refleksi dari daya dan kehendak Tuhan, jadi antara perbuatan manusia dengan etos kerja menurut Muhammadiyah sesuai dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan karena Tuhan memiliki peranan penting dalam setiap perbuatan manusia. Dengan demikian tidak berlaku sunnatullah bagi Muhammadiyah. Meskipun dalam Himpunan Putusan Tarjih tergambar bahwa perbuatan manusia cenderung kepada aliran Asy’ariyah, yaitu perbuatan manusia tergantung kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang berarti bahwa manusia dalam menjalankan hidupnya bersifat fatalis dan memiliki etos kerja yang rendah, namun tidak bagi Muhammadiyah karena persyarikatan ini memiliki etos kerja yang tinggi yang