Korelasi Etos Kerja dengan Perbuatan Manusia

B. Korelasi Etos Kerja dengan Perbuatan Manusia

Pada dasarnya berbicara tentang korelasi etos kerja dengan perbuatan manusia mengarah pada peran etos kerja terhadap perbuatan saat manusia melakukan suatu pekerjaan. Jika dikaji lebih mendalam etos kerja bersifat abstrak dalam diri manusia karena mengandung value terhadap perbuatan yang dilakukan, sedangkan perbuatan manusia merupakan hal konkrit yang nampak nyata dapat dirasakan, dan dicermati. Jadi antara etos kerja dan perbuatan manusia merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, antara keduanya tidak ada gap atau jurang pemisah karena keduanya saling beriringan. Namun permasalahannya adalah setiap orang memiliki etos kerja yang berbeda, ada yang memiliki etos kerja tinggi sehingga berdampak baik terhadap perbuatan yang diwujudkannya, ada yang memiliki etos kerja lemah sehingga apapun pekerjaan yang di bebankan kepadanya tidak diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan dan adapula seseorang yang memiliki etos kerja yang sangat kecil sekali seolah-olah dia tidak mau untuk bekerja hanya mengharapkan uluran tangan dari orang lain, seperti kehilangan pegangan hidup sehingga tidak mempunyai semangat dalam melakukan sebuah perbuatan atau pekerjaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korelasi diartikan sebagai hubungan timbal balik atau sebab akibat. Jadi jika dihubungkan antara etos kerja dengan perbuatan manusia adanya hubungan timbal balik antara keduanya sehingga saling menguatkan satu sama lain. Mempunyai etos kerja tapi tidak diterapkan dalam bentuk perbuatan maka hasilnya akan nol. Sebaliknya, perbuatan tanpa etos kerja akan sia-sia karena suatu perbuatan akan terwujud jika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korelasi diartikan sebagai hubungan timbal balik atau sebab akibat. Jadi jika dihubungkan antara etos kerja dengan perbuatan manusia adanya hubungan timbal balik antara keduanya sehingga saling menguatkan satu sama lain. Mempunyai etos kerja tapi tidak diterapkan dalam bentuk perbuatan maka hasilnya akan nol. Sebaliknya, perbuatan tanpa etos kerja akan sia-sia karena suatu perbuatan akan terwujud jika

Etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suat umat terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap itu melihat kerja sebgaia suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia , maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau etos kerja sebgai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan sendirinya rendah. Oleh sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap yang mengahargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan

atau motivasi. 28 Salah satu dorongan tersebut adalah agama, orang yang beragama akan terikat dengan aturan-aturan yang ada dalam agamanya karena orang tidak

hanya memikirkan kehidupannya sekarang tapi juga memikirkan kehidupannya setelah meninggal dunia. Jadi adanya hubungan timbal balik antara orang-orang yang tidak memiliki etos kerja dengan orang-orang yang memiliki etos kerja terhadap perbuatan yang diwujudkannya karena adanya sebab akibat yang akan ditimbulkan nantinya.

Kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang paling mendasar, dia akan memberikan status dari masyarakat yang ada dilingkungan juga bisa mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak. sehingga kerja akan memberi

28 Ibid , h. 29 28 Ibid , h. 29

dianggapnya telah memenuhi harapannya sesuai dengan tujuannya bekerja. 29 Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti ia memiliki suatu harapan.

Dengan demikian ia termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Jika harapannya terpenuhi maka ia akan merasa puas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi etos kerja dengan perbuatan manusia bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Etos kerja merupakan dasar atas terwujudnya suatu perbuatan atau pekerjaan sehingga pekerjaan yang dilakukan menjadi bernilai. Secara lahiriah memang etos kerja berasal dari dalam diri seseorang sehingga ia merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan suatu perbuatan yang produktif. Oleh karena itu, keberadaan etos kerja menjadi sarana bagi terciptanya sebuah perbuatan sehingga perbuatan tersebut menjadi bermakna.