Perkembangan Muhammadiyah

C. Perkembangan Muhammadiyah

1. Amal Usaha Muhammadiyah

Ada dua bentuk amal usaha Muhammadiyah, yaitu sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Di bidang sosial kemasyarakatan Muhammadiyah terinspirasi dari surat al Ma’un ayat 1-7. Di bidang ini Muhammadiyah mendirikan majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) pada tahun 1918. Muhammadiyah mendirikan rumah miskin pertama kali pada tanggal 13 Januari 1923 di Yogyakarta. Amal usaha muhammadiyah lainnya dibentuk bagian Penolong Haji Indonesia pada tahun 1921.

Sesuai dengan hasil konferensi Muhammadiyah tingkat nasional di Pekajangan, Pekalonga pada tanggal 21-25 Juli 1955, memutuskan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah membentuk muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Jadi tujuan yang hendak dicapai dari lulusan pendidikan Muhammadiyah adalah, memiliki akidah yang lurus, akhlaq al-Karimah, akal yang sehat dan cerdas, keterampilan, dan dapat mengabdi

kepada masyarakat. 25 Menurut catatan balai penelitian aliran kerohanian atau keagamaan,

sampai pada tahun 1980 Muhammadiyah telah berhasil mendirikan 578 sekolah dasar, 500 sekolah tingkat menengah pertama, 264 sekolah menengah tingkat atas,

43 perguruang tinggi, 9 rumah sakit, 150 balai pengobatan 83 rumah sakit bersalin, 168 BKIA, 252 masjid, 131 mushala serta panti-panti asuhan. 26 Dari data

tersebut terlihat bahwa kemapanan amal usaha Muhammadiyah dalam kehidupan

25 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 73 26 MT Arifin, op.cit, h. 9 25 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 73 26 MT Arifin, op.cit, h. 9

Sejak awal kemunculannya, usaha-usaha Muhammadiyah yang sangat menonjol adalah dibidang dakwah yang diperuntukan untuk kepentingan masyarakat banyak berupa kegiatan pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi. Amal usaha Muhammadiyah dari tahun ke tahun semakin bertambah dan mengalami peningkatan yang begitu pesat. Jumlah amal usaha Muhammadiyah, berdasarkan data yang terhimpun di sekretariat kantor pimpinan pusat Muhammadiyah pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pendidikan Terdiri atas, taman kanak-kanak (3. 370), sekolah dasar (1. 134), madrasah tsanawiyah (535), madrasah aliyah (172), sekolah menengah pertama (1. 181), sekolah menengah atas (512), sekolah menengah kejuruan (250), pondok pesantren (57), mu’allimin/mu’allimat (25), sekolah luar biasa (71), universitas (36), sekolah tinggi (66), akademi (61), politeknik (3).

2. Bidang Sosial Panti asuhan (338), panti jompo (54), asuhan keluarga (54), serta rehabilitas cacat sebanyak 82 buah.

3. Bidang Ekonomi Bank perkreditan rakyat (19), baitu tamwil/batul mal wat-tamwil (190), koperasi (808) serta balai pertemuan sebanyak 656 buah.

4. Bidang Kesehatan Amal usahanya terdiri atas, rumah sakit umum (43), rumah sakit bersalin

(31), balai pengobatan ibu dan anak (110) serta poliklinik sebanyak 205 buah. 27 Selanjutnya, pada tahun 2013 amal usaha Muhammadiyah semakin

bertambah. TK/TPQ (4.623), Sekolah Dasar (SD)/MI(2.604), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs (1.772), Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA (1.143), Pondok Pesantren (67), Perguruan Tinggi (172), Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll (457), Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. (318), Panti jompo (54), Rehabilitasi Cacat (82), Sekolah Luar Biasa (SLB) (71), Masjid (6.118), Musholla (5.080) dan Tanah (945.504) M². 28

Berikut tokoh-tokoh periode pertama kepemimpinan Muhammadiyah hingga sekarang: K.H. Ahmad Dahlan (1912-1923), K.H. Ibrahim (1923-1932), K.H. Hisyam (1932-1936), K.H. Mas Mansur (1936-1942), Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953), A.R. sutan Mansyur (1952-1959), H.M. Yunus Anis (1959-1968), K.H Ahmad Badawi (1962-1968), K.H. Fakih Usman (1968-1971), K.H. Abdur Razak Fakhrudin (1971-1990), K.H.A. Azhar Basyir, M.A. (1990- 1995), Prof. Dr. H.M. Amien Rais (1995-2000), Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (2000-2005), Prof. Dr. Din Syamsudin (2005-2015).

Muhammadiyah juga berkembang diluar negeri, hingga kini Muhammadiyah telah berdiri di lima benua dengan 13 PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah), yaitu:

27 Yunan Yusuf, dkk, op.cit, h. 255-256 28 http:// Arfan Rauf, Amal Usaha Muhammadiyah, 11/03/2013

1. Benua Asia: PCIM Malaysia, PCIM Jepang, PCIM Iran, PCIM Islamabad Pakistan

2. Benua Eropa: PCIM United Kingdom (Inggris Raya), PCIM Perancis, PCIM Jerman, PCIM Belanda

3. Benua Amerika: PCIM Amerika Utara

4. Benua Autralia: PCIM Australia. 29 Menurut Ahmad Najib Burhani seorang doktor dari University

of California merupakan salah satu yang membentuk dan menjadi pangurus awal di PCIM Inggris Raya dan PCIM Amerika Serikat. Ada keunikan PCIM Amerika Serikat jika dibandingkan dengan PCIM dari negara lain. Jika di negara lain mayoritas anggotanya adalah pelajar, di Amerika Serikat, banyak anggotanya yang merupakan profesor di berbagai perguruan tinggi. Banyak juga yang merupakan tokoh senior dan penduduk Amerika serikat seperti Imam Shamsi Ali, imam masjid Jamaica di New York; Abdul Nur Adnan, yang pernah 40 tahun bekerja di VOA (Voice of America), Dutamardin Umar, tokoh masyarakat Indonesia di Virginia, Firdaus Kadir, tokoh masyarakat Indonesia di Maryland; dan lain-lain. Sementara yang pelajar di antaranya adalah Rahmawi Husen (Texas/Yogyakarta), Dani Muhtada (Illinois), Tuti Alawiyah (Texas), Sri Rejeki Murtiningsih (Oklahoma), dan Ahmad Najib Burhani (California). Pendeknya, anggota PCIM Amerika Serikat terdiri dari tiga komponen utama: professor,

pelajar, dan penduduk tetap Amerika dari Indonesia. 30

29 http: fb.Muhammadiyah Taiwan. Sabtu/11/01/2014 30 http: Ahmad Najib Burhani/Perkembangan Muhammadiyah di Amerika Serikat/Sang Pencerah /2013

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang unik dalam artian bahwa organisasi yang mampu menembus pasaran internasional dan mampu bereksistensi sampai sekarang, itulah yang membedakannya dengan organisasi Islam lainnya di Indonesia dan dilihat dari kesamaannya adalah sama-sama organisasi yang begerak dibidang sosial dan keagamaan. Karena keramahannya serta tanpa memandang status sosial, Muhammadiyah dapat diterima di semua kalangan dan mereka menyambutnya dengan tangan terbuka. Jika sikap ini terus dipertahankan dan terus diadakan perbaikan disana sini sehingga menjadi lebih baik dari waktu ke waktu maka tidak mengherankan Muhammadiyah akan terus bersinar untuk 100 tahun kedepan.

2. Pemikiran Keagamaan Muhammadiyah

Setelah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pendiri Muhammadiyah mulai mengembangkan sayapnya dan mulai melakukan pembaharuan-pembaharuan. Gagasan pembaharuannya dibidang keagamaan ini adalah:

2.1. Tentang kiblat

Langkah awal yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah ini adalah memperbaiki arah kiblat di mesjid Kesultanan Agung Yogyakarta yang sebelumnya menghadap kearah barat dirubah menjadi kearah Barat laut, sebab ka’bah dilihat dari daerah Jawa berada pada posisi Barat laut. Namun, pembaharuan yang ingin dilakukannya itu mendapat tantangan dan penolakan diberbagai pihak, untuk mewujudkan keinginannya maka Dahlan membangun Langkah awal yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah ini adalah memperbaiki arah kiblat di mesjid Kesultanan Agung Yogyakarta yang sebelumnya menghadap kearah barat dirubah menjadi kearah Barat laut, sebab ka’bah dilihat dari daerah Jawa berada pada posisi Barat laut. Namun, pembaharuan yang ingin dilakukannya itu mendapat tantangan dan penolakan diberbagai pihak, untuk mewujudkan keinginannya maka Dahlan membangun

petugas pemerintahan. 31

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai pelopor pembetulan arah kiblat diseluruh Indonesia. Memang sebelumnya orang Indonesia melakukan shalat menghadap lurus ke Barat, padahal tanpa mereka ketahui sebenarnya mereka tidak lagi menghadap ke Ka’bah Mekkah tetapi telah melenceng dari yang sebenarnya. 32

2.2. Tentang hari raya idul fitri

Masyarakat Jawa dalam menentukan hari raya Idul Fitri dengan sistem Aboge . Kata bo pada kata Aboge kependekan dari kata rebo, sedang kata ge merupakan kependekan dari kata wage merupakan nama hari menurut kesatuan petungan pancawara . Jadi kata boge mengandung pengertian hari rebo dan dengan pasaran wage. Menurut sistem perhitungan Aboge, perhitungan hari raya pada tiap tahun didasarkan atas patokan bahwa hari raya akan dimulai dari perhitungan bahwa pada tahun Alip hari raya akan jatuh pada hari rebo pasaran

wage . 33 Menurut Dahlan dengan sistem Aboge ini tidak dapat

31 Weinata Sairin, op.cit, h. 46 32 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 49 33 Weinata Sairin, op.cit, h. 47 31 Weinata Sairin, op.cit, h. 46 32 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 49 33 Weinata Sairin, op.cit, h. 47

Selain itu Muhammadiyah juga mempelopori shalat Idul Fitri di tanah lapang, yang sebelumnya di Indonesia shalat hari raya dilakukan dimesjid-mesjid. Usaha ini mereka lakukan pertama kalinya pada tahun 1925 M/1343 H di lapangan Yogyakarta yang dihadiri kira-kira 5.000 orang, kemudian disusul shalat Idul

Adha pada tahun yang sama. 34

2.3. Penolakan terhadap bid’ah dan khurafat

Muhammadiyah memberantas praktek-praktek yang banyak menggrogoti masyarakat, sseperti bid’ah dan khurafat. Bid’ah adalah suatu pekerjaan atau perkataan yang mengada-ada padahal tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah Saw dan sahabat serta tidak ada dasarnya dalam al-Quran maupun Hadis. Khurafat adalah hal-hal yang tidak masuk akal atau perkara-perkara yang sulit diterima kebenarannya, saling bertentangan dan tidak ada dalam ajaran Islam.

Bentuk-bentuk bid’ah dan khurafat yang ditolak oleh Muhammadiyah adalah, selamatan ketika ada yang meninggal dilaksanakan pada hari ke tiga, ke

34 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 49 34 Sirajuddin Zar, op.cit, h. 49

Di samping itu Muhammadiyah berusaha dengan keras memberantas praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan dari ajaran Islam, seperti pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda angker, benda keramat, sing bau rekso, dukun dan sebagainya. 35 Kehidupan keagamaan seperti ini merupakan serapan dari

berbagai unsur kebudayaan dan kepercayaan agama primitif. Oleh karena itu, Muhammadiyah mengkategorikan perbuatan seperti ini dengan perbuatan syirik yang harus di hilangkan.

Selanjutnya, perkembangan organisasi Muhammadiyah dibedakan dalam dua kategori, pertama, pertumbuhan organisasi secara menegak (vertikal). Kedua, secara mendatar (horizontal). Kategoti secara vertikal ditunjukkan oleh perkembangan dan lahirnya wilayah, daerah dan ranting dengan segala bagian- bagiannya. Muhammadiyah membuktikan eksistensinya di tanah Indonesia, hal itu terlihat dari perkembangan organisasinya sebagai berikut: pada tahun 1912 Muhammadiyah hanya ada di daerah Yogyakarta, tahun 1919 memilki 3 cabang, 1921 berkembang menjadi 7 cabang, tahun 1922 menjadi 15 cabang, 1927 menjadi 176 cabang, 1961 berkembang lagi menjadi 524 cabang dan tercatat 1980

meliputi 247 daerah dengan 2. 137 cabang. 36

35 Ibid , h. 59 36 MT Arifin, op.cit, h., 10

Kategori secara horizontal terlihat dalam pertumbuhan badan, biro, majlis dan ortom-ortom disemua tingkatan pimpinan Muhammadiyah. 37 Seperti

perkumpulan khusus wanita yang diberi SAPATRESNA pada tahun 1914, pada tahun 1922 dirubah namanya menjadi Aisyiyah yang sekarang dikenal sebagai ortom Muhammadiyah. Pada tahun 1920 diterbitkan secara resmi majah Muhammadiyah yang diberi nama Suara Muhammadiyah. Majalah ini adalah majalah tetua di Indonesia yang masih terbit hingga sekarang. Tahun 1922 dibentuk pula Nasyi’atul Aisyiyah. Pada tahun 1926 didirikan Hizbul Wathan (HW) yang bertugas untuk menangani pergerakan anak-anak dan pemuda dengan jalan memberikan pelajaran keagamaan dan pengetahuan yang lain sehingga anak- anak dan pemuda Muhammadiyah mempunyai identitas khas dan siap mengambil alih kepemimpinan dilingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1927 didirikan Majelis Tarjih sebagai lemabaga yang berusaha menelaah hukum Islam dan pembaharuan pemikiran keagamaan. Tahun 1961 berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah, menyusul tahun 1964 didirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

37 Abdul Munir Mulkhan, op.cit, h. 30