Ciri-ciri Etos Kerja dalam Islam dan Pengaruhnya terhadap Diri Manusia
C. Ciri-ciri Etos Kerja dalam Islam dan Pengaruhnya terhadap Diri Manusia
Salah satu ciri-ciri yang melekat pada etos kerja manusia adalah terpancar dari sikap hidup yang mendasar individu terhadap kerja. Ciri-ciri etos kerja dalam Islam dirumuskan berdasarkan konsep iman dan amal saleh dengan memberikan prioritas penekanan pada etos kerja islami serta prinsip-prinsip dasarnya. Iman dan amal saleh itu sejalan, apabila melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan meskipun bermanfaat bagi orang lain tapi tidak diiringi dengan iman maka
29 Ibid , h. 15
pekerjaan tersebut tidak akan mendapat pahala di akhirat kelak. Dalam al-Quran kata-kata iman dan amal saleh itu selalu disandingkan bila Allah menyebut ا ﻮ ﻨ ﻣ ا ﻦﯾ ﺰ ﻟ ا selalu dilanjutkan dengan ت ﺎ ﺤ ﻟ ﺎ ﺼ ﻟ ا ا ﻮ ﻠ ﻤ ﻋ و hal itu mengisyaratkan bahwa iman dan amal saleh merupakan satu rangkaian yang memiliki kaitan yang amat erat bahkan tidak terpisahkan. Amal saleh tanpa iman maka iman akan mandul bila tidak melahirkan amal saleh. Dalam al-Quran atau hadis disebutkan bahwa Islam terdiri dari aqidah dan syari’ah keduanya merupakan satu kesatuan. Al- Quran sering menyebut aqidah dengan iman sedangkan syari’ah disebut dengan ungkapam amal saleh. Keduanya merupakan satu kesatuan, aqidah berfungsi sebagai pangkal dan dasar, sedangkan amal saleh atau syari’ah merupakan pengaplikasian dari iman atau akidah. Artinya, amal saleh adalah pancaran iman
atau aqidah yang menjiwainya. 30 Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak
sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan.
Salah satu karakteristik yang melekat pada etos kerja manusia, ia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar pemiliknya terhadap kerja. Menurut Sardar, nilai-nilai adalah serupa dengan konsep dan cita-cita yang menggerakkan perilaku individu dan masyarakat. Seirama dengan itu Nuwair juga menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang diarahkan dan terpengaruh oleh
30 Ahmad Janan Asifudin, op.cit, h. 101 30 Ahmad Janan Asifudin, op.cit, h. 101
sikap hidup mendasar ini. 31 Dengan demikian kemunculan etos kerja manusia didorong oleh sikap hidup yang disertai dengan kesadaran dalam melakukan suatu perbuatan secara mantap ataupun tidak. sikap hidup yang mendasar itulah yang menjadi sumber motivasi membentuk karakter, kebiasaan atau budaya kerja tertentu.
Ahmad Janan Asifuddin mengatakan bahwa ada tiga ciri-ciri etos kerja islami, pertama: kerja merupakan penjabaran dari akidah. Kedua: kerja dilandasi ilmu. Ketiga: kerja dengan meneladani sifat-sifat illahi serta mengikuti petunjuk-
peunjukNya. 32 Jika ketiga etos kerja tersebut sejalan maka akan tumbuh sebuah semangat kerja yang tinggi sehingga apabila seseorang tidak ada mempunyai
kegiatan yang hendak dilakukannya maka ia akan merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.
Selanjutnya, ada 14 ciri-ciri etos kerja muslim menurut Toto Tasmara 33 yaitu:
1. Memiliki Jiwa Kepemimpinan (Leadership) Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehingga kehadiran dirinya memberika pengaruh pada lingkungannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai personalitas
31 Ibid , h. 30 32 Ibid , h. 128 33 Toto Tasmara, op.cit, h. 29 31 Ibid , h. 30 32 Ibid , h. 128 33 Toto Tasmara, op.cit, h. 29
2. Selalu Berhitung Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “bekerjalah untuk duniamu, seakan- akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan- akan engkau akan mati besok.” Umar bin Khattab juga berkata: “maka hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau yang akan diperhitungkan.”. Perkataan tersebut sejalan dengan firman Allah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) . (Qs. Al-Hasyr: 18)
Dalam bekerja dan berusaha akan tampak jejak seorang muslim yang selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan waktu serta berkomitmen untuk selalu disiplin merupakan citra dari seorang muslim sejati.
3. Menghargai Waktu Pentingnya makna dan pemanfaatan waktu tertera dalam firman Allah:
Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran . (Qs. Al-Ashr: 1-3).
Waktu merupakan rahmat yang tiada terhitung nilainya karena waktu adalah sebagai wadah produktivitas. al-Quran meminta setiap muslim untuk memperhatikan dirinya dalam rangka persiapan menghadapi hari esok.
4. Tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan Orang yang merasa puas dalam berbuat kebaikan adalah tanda-tanda kematian kreativitas karena salah satu ciri seorang mujtahid tampak dari semangat juangnya yang tak mengenal lelah, pantang menyerah apalagi terbelenggu dalam lembah kenistaan.
5. Hidup berhemat dan efisien Orang yang berhemat adalah orang yang memiliki pandangan jauh kedepan. Berhemat bukan untuk menumpuk kekayaan tetapi berhemat adalah untuk suatu pencapaian bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan lurus, ada tanjakan dan turunan, sehingga berhemat berarti mawas diri terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
6. Memiliki jiwa wiraswasta Seorang muslim yang memilki etos kerja akan memiliki semangat wiraswasta yang tinggi, memikirkan segala fenomena yang ada dilingkungannya. Sebagaimana Rasulullah Saw telah membuktikan bahwa Rasul mengikuti jejak kaum Quraisy untuk berniaga ke syam, menjadi pengembala, seakan-akan semua itu menjadi sebuah latiha panjang untuk mendapatkan makna pengusaha dan kepemimpinan, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw: “sesungguhnya Allah sangat cinta kepada seorang mukmin yang berpenghasilan”.
7. Memilki Insting Bertanding dan Bersaing Insting bertanding merupakan butir darah dan sekaligus mahkota kebesaran setiap muslim yang selalu ingin tampil untuk meraih prestasi atau pencapaian yang tinggi, pantang menyerah dan tidak terpaku pada nasib atau fatalis. Semangat bertanding merupakan sisi lain dari citra seorang muslim yang memilki smengat jihad. Panggilan untuk bertanding dalam segala lapangan kebajiakan dan meraih prestasi dihayati dengan penuh rasa tanggung jawab, sebagaimana firman Allah:
Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat) . (Qs. Al-Baqarah: 148)
Ayat diatas telah memerintahkan bahwa setiap muslim harus berlomba- lomba dalam kebaikan. Seorang muslim yang memilki etos kerja tidak pernah menyerah pada kegagalan dan harus disadari bahwa setiap muslim harus mempunyai sifat gigih dan ulet karena itu merupakan fitrahnya sebagai manusia sehingga bersikap malas-malasan adalah melawan fitrah kemanusiaannya dan mengkhianati misinya sebagai khalifah di muka bumi.
8. Keinginan untuk Mandiri Keyakinan akan nilai tauhid serta penghayatan terhadap ikrar:
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. (Qs. al-Fatihah: 5)
Menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihad sebagai etos kerjanya adalah jiwa yang merdeka karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa ynag merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset, kemampuan serta potensi ilahiyahnya yang sungguh sangat besar nilainya.
Kemandirian adalah lambang perjuangan sebuah semangat jihad yang sangat mahal harganya. Salah satu identitas seorang muslim dalah kemampuan dirinya untuk tampil sebagai khalifah di muka bumi ini dan bahkan harus tampil menjadi syuhada’alan naas serta menjadi pilar-pilar kebenaran yang kokoh.
9. Haus untuk memiliki sifat keilmuan
Seseorang yang mempunyai wawasan keilmuan tidak pernah cepat menerima sesuatu begitu saja karena sifatnya yang kritis dan tidak pernah mau menjadi kerbau yang jinak yang hanya mau menurut kemana hidungnya ditarik. Allah sangat melarang orang yang ikut-ikutan tanpa pengetahuan karena seluruh potensi dirinya suatu saat akan dipertanggung jawabkan, sebagaimana perkataan Allah:
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
Seorang yang mujahid adalalah seorang yang haus dahaga untuk mencicipi ilmu, karena dia sadar bahwa rasulullha saw mewajibkan kepada setiap muslim untuk mencari dan menggali ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat bakhan demi mencari ilmu tidak peduli sejauh mana tempat yang harus ditempuh walau ke negeri Cina sekalipun. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi beberapa derajat dari mereka yang tidak mempunyai gairah keilmuan, sebagaimana tercantum dalam al-Quran:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan .(Qs. al-Mujadilah: 11).
10. Berwawasan makro-universal
Dalam kesejukan jiwa yang berhiaskan iman, seorang mujahid itu adalah tipikal manusia yang gelisah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya: dari Abu Sa’id Al Khudry r.a. Nabi Saw bersabda: bahwa seorang mukmin itu sama sekali tidak pernah merasa puas untuk berbuat kebaikan, sehingga Dalam kesejukan jiwa yang berhiaskan iman, seorang mujahid itu adalah tipikal manusia yang gelisah. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya: dari Abu Sa’id Al Khudry r.a. Nabi Saw bersabda: bahwa seorang mukmin itu sama sekali tidak pernah merasa puas untuk berbuat kebaikan, sehingga
Dengan memiliki wawasan makro, seorang muslim menjadi manusia yang bijaksana, mampu membuat pertimbangan yang tepat, serta setiap keputusannya lebih mendekati kepada tingkat ketepatan yag terarah dan benar. Wawasan yang luas mendorong dirinya lebih realistis dalam membuat perencanaan dan tindakan.
11. Memperhatikan kesehatan dan gizi
Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya jasadmu mempunyai hak atas dirimu ”. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah:
Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Qs ‘Abasa: 24).
Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang erat kaitannya dengan dengan cara dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmaninya. Al-Quran memberikan bimbingan yang cukup detail mengenai makanan, yang ditekankan tidak hanya makanan yang memberi kenikmatan tetapi juga makanan yang memilki nilai gizi, dalam alquran dikenal dengan istilah halalan thoyiban serta segala jenis makanan yang memberikan efek kimiawi bagi tubuh, sebagaimana firmannya: “... Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (Qs. An-Nisa’: 4).
12. Ulet, pantang menyerah
Sa’ad al-Anshary bercerita: “bahwa pada suatu hari seorang sahabat Nabi memperlihatkan tangannya ynag hitam dan melepuh. Ketika ditanyakan nabi tentang hal ini sahabat itu mengatakan bahwa tangannya melepuh dikarenakan dia bekerja keras dengan cara menggali tanah dengan cangkulnya demi mencari nafkah untuk keluarganya. Kemudian Nabi meraih tangan sahabat tersebut lalu beliau mencium tangan sahabat tersebut. ”
Dari cerita diatas merupakan suatu penghormatan Nabi terhadap seorang mukmin yang bekerja keras, ulet dan pantang menyerah pada tantangan alam dan zaman. Ketabahan dan keuletan dalam menegakkan cita-cita akan terlihat dari cara kerja seseorang. Sikap istiqomah, kerja keras, tangguh dan ulet akan tumbuh sebagai bagian dari kepribadian diri kita seandainya kita mampu dan gemar hidup dalam tantangan.
13. Berorientasi pada produktivitas
Seorang muslim itu seharusnya sanagat mengahayati makna yang difirmankan Allah yang dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnya kemubaziran itu adalah benar-benar temannya setan. (Qs. Asy- Syu’ara: 27). Dengan begitu tumbuh lah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang selalu berorientasi kepada nilai-nilai produktif karena setiap pribadi muslim Seorang muslim itu seharusnya sanagat mengahayati makna yang difirmankan Allah yang dengan sangat tegas melarang sikap mubazir karena sesungguhnya kemubaziran itu adalah benar-benar temannya setan. (Qs. Asy- Syu’ara: 27). Dengan begitu tumbuh lah sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien. Sikap seperti ini merupakan modal dasar dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang selalu berorientasi kepada nilai-nilai produktif karena setiap pribadi muslim
14. Memperkaya jaringan silaturrahmi
Silaturrahmi sebagaimana yang dikatakan Rasulullah Saw: “barang siapa yang ingin panjang umur dan banyak rezekinya, sambungkanlah silaturrahmi” . Silaturrahmi merupakan proses terjalinnya komunikasi sehingga salin mempengaruhi dan tukar menukar informasi satu sama lain.
Silaturrahmi adalah lampu penerang dalam tatanan pergaulan kehidupan yang apabila dilakukan dengan penuh tanggung jawab maka dalam perkembangan selanjutnya dapat menangkat martabat dirinya dihadapan manusia. Mereka yang miskin pergaulan, memutuskan silaturrahmi atau membutakan diri dari gejolak sosial, sesungguhnya dia telah memaamkan cahaya benderang di akhirat, sebagaimana firman Allah: “barang siapa didunia ini buta, maka di akhirat diapun buta dan bahkan lebih sesat lagi. ” (Qs al-Isra’-72). Dengan memperkaya alur silaturrahmi berarti kita telah menyalakan begitu banyak pelita kehidupan yang akhirnya cahaya lampu tersebut akan memberikan begitu banyak cahaya peluang dan tantangan untuk kita respons dengan amal kebaikan. Jadi ada tiga poin yang dapat kita ambil. Pertama: memberikan nilai ibadah, kedua: apabila dialakukan dengan kualitas akhlak yang mulia akan memberikan dampak bagi orang lain sehingga dikenang, dicatat dan dibicarakan oleh banyak orang, ketiga: Silaturrahmi adalah lampu penerang dalam tatanan pergaulan kehidupan yang apabila dilakukan dengan penuh tanggung jawab maka dalam perkembangan selanjutnya dapat menangkat martabat dirinya dihadapan manusia. Mereka yang miskin pergaulan, memutuskan silaturrahmi atau membutakan diri dari gejolak sosial, sesungguhnya dia telah memaamkan cahaya benderang di akhirat, sebagaimana firman Allah: “barang siapa didunia ini buta, maka di akhirat diapun buta dan bahkan lebih sesat lagi. ” (Qs al-Isra’-72). Dengan memperkaya alur silaturrahmi berarti kita telah menyalakan begitu banyak pelita kehidupan yang akhirnya cahaya lampu tersebut akan memberikan begitu banyak cahaya peluang dan tantangan untuk kita respons dengan amal kebaikan. Jadi ada tiga poin yang dapat kita ambil. Pertama: memberikan nilai ibadah, kedua: apabila dialakukan dengan kualitas akhlak yang mulia akan memberikan dampak bagi orang lain sehingga dikenang, dicatat dan dibicarakan oleh banyak orang, ketiga:
Bekerja adalah kodrat manusia dan cara untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu faktor yang sangat mempengaruhi seseorang untuk bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara materi, lahir maupun bathin. Selain itu, orang yang bekerja derajatnya akan diangkat oleh Allah sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan, seperti yang dikatakan Allah dalam surat al-Ahqaf ayat 19, “dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” , ini merupakan suatu pertanda bahwa Islam sangat menghargai kerja. Itu sebabnya etos kerja sangat mempengaruhi kualitas kerja seseorang.
34 Ibid , h. 60