Biografi Asep Permata Bunda

2.2.2 Latar Belakang Pendidikan

Kang Asep menyelesaikan jenjang pendidikan 9 tahunnya, yaitu di:

1. SD Ranca Manyar, Kab. Bandung (dari kelas 1 SD – 6 SD

2. SMP Margahayu, Kab. Bandung (3 tahun)

3. STM Soreng, Kab. Bandung (3tahun) Setelah menyelesaikan pendidikannya, Kang Asep masih menetap 2 tahun di Bandung bersama kakek beliau, dan memutuskan untuk tinggal bersama lagi dengan ayah dan ibu beliau pada tahun 1991, yang kebetulan pada saat itu orang tua beliau sudah berdomisili di Medan, Sumatera Utara.

2.2.3 Berumah Tangga

Kang Asep menikah pada tanggal 2 Desember 1997 di Medan dengan istrinya Nurhasanah, dari pernikahan mereka lahirlah 2 orang putri, yaitu:

1.Evis Widya Nabila (15 tahun kelas 1 SMA) 2.Salhilah Nurfajar (7 tahun kelas 3 SD)

Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai perawat di salah satu RS di medan (RS Permata Bunda) dan sekaligus sebagai pembuat alat musik tradisional Sunda, khususnya kendang Sunda di rumah beliau yang beralamat di Jalan Antariksa gang Kembar No. 16 Medan Polonia.

2.2.4 Kang Asep Sebagai Pembuat Alat Musik

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat Kang Asep seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Sunda. Demikian juga halnya sebagai pembuat instrumen musik Sunda. Kemampuan dalam membuat instrumen musik tradisional masyarakat Sunda diperoleh Kang Asep semenjak dia masih anak-anak, beliau sering membantu kakeknya (Pak Adang). Pak Adang mahir dalam membuat instumen musik tradisional masyarakat Sunda.

Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tersebutlah yang terus dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat instrumen musik tradisional pada masyarakat Sunda. Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah didasari kebutuhan pribadi juga beberapa saudara kandungnya yang juga sebagai pemusik tradisional di Bandung pada saat itu, sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan kakeknya. Kecapi, suling, dan kendang adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh Kang Asep, karena instrumen tersebutlah yang kerap digunakan oleh Kang Asep dan sepupunya dalam setiap Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tersebutlah yang terus dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat instrumen musik tradisional pada masyarakat Sunda. Pada awal karirnya sebagai pembuat alat musik, sebenarnya diakui beliau adalah didasari kebutuhan pribadi juga beberapa saudara kandungnya yang juga sebagai pemusik tradisional di Bandung pada saat itu, sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan kakeknya. Kecapi, suling, dan kendang adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh Kang Asep, karena instrumen tersebutlah yang kerap digunakan oleh Kang Asep dan sepupunya dalam setiap

2.2.5 Kang Asep Sebagai Pemusik Tradisional Sunda

Kemampuan bermusik khususnya musik tradisional Sunda sudah dimiliki oleh Kang Asep sejak masa kanak-kanaknya , dikarenakan latar belakang kakek beliau yang merupakan seorang praktisi musik tradisional Sunda di Bandung. Kakek beliau adalah seorang pemusik tradisional Sunda. Sejak kecil beliau memutuskan untuk terjun ke dunia kesenian Sunda. Dimulai dari rasa penasarannya hingga ajakan dari sang kakeklah yang membuat Kang Asep semakin menggeluti bidang ini.

Sewaktu masih sekolah, Kang Asep dan teman-temannya membentuk sebuah group musik tradisional Sunda yang mereka beri nama Group Barakatak. Group ini sering dipanggil-panggil untuk bermain musik Sunda di Bandung. Kang Asep begitu tekun berkecimpung di dunia musik tradisional Sunda. Hal ini terlihat dari terlibatnya Kang Asep pada kegiatan di sanggar kakek beliau. Begitu pula Kang Asep juga ikut bermain pada saat sanggar sang kakek tampil di TVRI (Televisi Republik Indonesia) dan RRI (Radio Republik Indonesia) Bandung. Menurut hasil wawancara dengan Kang Asep sendiri, walaupun di kota asalnya sendiri (Bandung), sudah sangat susah untuk mencari orang yang bisa memainkan alat musik tradisional Sunda. Hal inilah yang membuat Kang Asep tetap ingin bertahan agar kelak nantinya kesenian tradisional Sunda tidak segera punah.

2.2.6 Manajemen Seni Asep Permata Bunda

Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki banyak perbedaan.

Berikut ini adalah konsep atau pengertian manajemen yang dikemukakan oleh dua ahli ilmu manajemen.

1. Menurut G.R. Terry: manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud maksud yang nyata.

2. Menurut William H. Newman: manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang lain. Selanjutnya pengertian seni dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut kajian ilmu di eropa mengatakan “art” yang berarti arti visual yaitu adalah suatu media yang melakukan suatu kegiatan tertentu. Seiring dengan perkembangan waktu, banyak definisi seni diungkapkan oleh beberapa ahli.

Pengertian Seni menurut para ahli:

1. Menurut Aristoteles: seni adalah peniruan terhadap alam, tetapi sifatnya harus ideal.

2. Menurut KiHajar Dewantara: seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidupnya, perasaan dan bersifat indah sehingga dapat menggetarkan perasaan manusia.

Dalam menganalisis manajemen seni yang dilakukan Kang Asep Permata Bunda, maka manajemen yang dimaksud adalah pengelolaan dirinya sendiri dan keluarga dalam konteks pembuatan kendang Sunda ini, termasuk di antaranya pengadaan bahan, proses pembuatan, dan juga pemasaran. Yang dipasarkannya adalah produk seni yaitu kendang Sunda dalam satu set (kendang dan dua kulinter ).

Pengertian manajemen seni menurut Kang Asep adalah dimana seni itu dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu praproduksi, produksi, marketing, dan pengembangan.

Manajemen seni yang Kang Asep terapkan adalah sebagai berikut.

1. Tahap pra produksi adalah tahap semua pekerjaan dan aktivitas yang terjadi sebelum kendang diproduksi secara nyata. Perencanaan secara baik sebelum diproduksi dapat menghemat biaya bagi pembuatan kendang. Inilah manfaat utama dari tahap pra produksi. Pada tahap ini, menurut hasil wawancara dengan Kang Asep, perlulah menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat kendang. Apakah kulit gampang ditemukan? Lalu jika tidak bagaimana mengantisipasinya. Begitu juga dengan bahan-bahan pembuat kendang lainnya.

2. Tahap produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk 2. Tahap produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk

3. Tahap marketing adalah pemenuhan selesainya kendang, penetapan harga kendang, pengiriman kendang dan mempromosikan kendang. Pada tahap ini, Kang Asep memasarkan kendang buatannya di Medan melalui sanak saudara dan rekan kerjanya.

4. Pengembangan adalah pada tahap ini, Kang Asep mengembangkan usahanya dengan cara tetap eksis dalam dunia seni Sunda di manapun dia berada. Karena jiwa seninya yang begitu tinggi terhadap kesenian Sunda, dimanapun Kang Asep berada dia selalu mempromosikan kesenian Sunda, termasuk alat musik yang beliau produksi.