Struktur dan Ukuran Kendang Sunda

3.3 Struktur dan Ukuran Kendang Sunda

Nama-nama bagian kendang dapat dilihat dari aspek organologinya dan fungsinya. Dilihat dari ukurannya, Kendang Sunda terdapat dua ukuran yang masing-masing berbeda. Kendang berukuran besar lazimnya disebut dengan istilah kendang saja, atau ada yang menyebutnya dengan istilah kendang indung. Sedangkan kendang berukuran kecil disebut dengan istilah kulanter. Dilihat dari aspek organologinya memiliki nama yang sama, yaitu terdiri atas: kuluwung, wangkis, wengku, tali rawit, rarawat, ali-ali, dan udel.

3.3.1 Struktur Kendang Sunda

Kendang Sunda terdiri dari tujuh bagian yang disebut dalam istilah Sunda, sebagai berikut:

1. tali rawit

6. tali rarawat

7. ali-ali

Berikut struktur atau bagian-bagian gendang Sunda, dalam bentuk visualnya.

Tali raw it Gambar 3: w angkis

w engku

Tali raraw at kuluw ung

Ali-ali

udel

Gambar 1: Struktur Kendang Sunda

3.3.1.1 Wangkis/Membran

Wangkis terbuat dari kulit kambing. Biasanya menggunakan kulit yang usianya ± 2 tahun. Tidak hanya usia, dari jenis kelamin hewan, kulit yang digunakan baiknya kulit kambing jantan karena kulit jantan lebih alot dibandingkan kulit betina. Kulit yang biasanya digunakan oleh Kang Asep, biasanya dipesan terlebih dahulu kepada penyamak yang berada di kota Medan (di Jalan Karya Gang Wakaf). Kulit yang lebih sering digunakan oleh Kang Asep adalah kulit sapi/kambing jantan. Ini disebabkan jarangnya pemotongan kerbau di medan. “Kalau di medan, mungkin hanya sekali sebulan produksi kulit kerbau, kalaupun sering kemungkinan hanya pada hari raya atau hari besar saja (wawancara penulis dengan Kang Asep Permata Bunda, 12 September 2014).

Sebelum kulit tersebut dijemur, kulit harus dibersihkan, membuang daging maupun lemak yang menempel pada kulit bagian dalam. Setelah bersih, kulit tersebut di jemur sampai kering agar tidak menimbulkan bau amis. Kulit dijemur dengan cara membentangkan dan menarik kulit kerbau. Boleh memakai apa saja untuk menarik kulitnya. Dalam hal ini Kang Asep menarik dengan menggunakan paku setiap pinggir kulit (berjarak ±2 cm) yang di pakukan di 2 batang pohon kelapa sebagai penarik kulit agar nantinya kulit yang sudah kering tidak bengkok-bengkok dan pohon kelapa untuk menggantung kulit yang sedang dijemur. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kulit tersebut keras dan diam (tidak bengkok-bengkok). Lalu dibiarkan dijemur hingga ± 3 hari. Menurut hasil wawancara dengan Kang Asep, lamanya proses penjemuran kulit hingga kering tergantung dengan cuaca. Kalau hujan terus bisa lama, tapi kalau panas terik hanya 3 hari saja sudah bisa.

Gambar 4: Proses Penjemuran Kulit (Ngawidang)

Gambar 5: Paku di Sisi Kulit yang Sedang Dijemur

3.3.1.2 Kuluwung

Kuluwung adalah resonator/ badan kendang yang terbuat dari batang nangka atau cempedak, bisa juga menggunakan batang pohon mahoni ataupun pohon mangga.

Menurut wawancara dengan Kang Asep, kualitas no 1 kayu terbaik untuk kendang adalah kualitas pohon nangka yang sudah tua. Namun karena kelangkaan pohon nangka di Medan, maka Kang Asep lebih sering menggunakan pohon mahoni atau pohon mangga, biarpun kualitas suara yang dihasilkan pohon nangka lebih nyaring.

Gambar 6: Kuluwung

Beliau memilih batang mahoni yang tua karena menurut beliau dapat menghasilkan bunyi yang lebih bagus. Beliau tetap mementingkan kualitas bunyi dan daya tahan gendang buatannya sekalipun ia menyadari bahwa proses Beliau memilih batang mahoni yang tua karena menurut beliau dapat menghasilkan bunyi yang lebih bagus. Beliau tetap mementingkan kualitas bunyi dan daya tahan gendang buatannya sekalipun ia menyadari bahwa proses

Dalam pembuatan diameter gendang, Kang Asep hanya menggunakan pensil untuk menggambar lingkaran gendang dan meteran untuk mengukur diameter yang dibutuhkan. Setelah lingkaran gendang dibentuk, batang pohon tersebut mulai dikerjakan melalui tahap kasar dan halus.

Gambar 7: Batang Pohon Mahoni

Tahap kasar yakni menggunakan parang untuk membentuk sisi luar dan dalam gendang. Pada tahap ini alat yang digunakan berupa gergaji kayu , parang dan martil. Kemudian tahap halus, mengunakan pahat dan ketam.

(I)

(II)

(III) (IV)

(V)

(VI)

(VII)

(VIII)

Gambar 8: Proses Pembuatan Kuluwung

Keterangan: (I)

Batang mahoni diukur menggunakan meteran untuk menentukan ukuran panjang kuluwung dan lebar diameter kuluwung.

(II) Membuang kulit kasar bagian paling luar batang mahoni dengan menggunakan parang.

(III) Membuat bentuk kasar kuluwung dengan menggunakan parang.

(IV) Membuat diameter perut kuluwung dengan menggunakan pensil dan meteran. (V)

Menghaluskan sisi luar kendang dengan menggunakan kikir kasar dan kikir halus.

(VI) Bentuk kasar kuluwung setelah dipotong. (VII) Membuat ukuran diameter bagian atas dan bawah kuluwung dengan

menggunakan pensil dan meteran. (VIII) Bagian atas kuluwung yang sudah dibuat lingkaran diameternya. (IX) Memperjelas diameter bagian atas dan bawah kuluwung dengan

menggunakan pahat dan palu. (X)

Diameter kuluwung yang sudah di pahat. (XI) Setelah pahatan 1 sudah selesai, dilanjutkan dengan menggunakan pahatan yang lebih besar untuk membuat lubang pada diameter kendang. (XII) Bentuk kuluwung.

3.3.1.3 Wengku

Wengku terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai penggulung wangkis/penutup wangkis. Wengku yang dibuat dalam hal ini ada dua wengku atas dan wengku bawah.

Biasanya Kang Asep menggunakan jenis bambu tua untuk membuat wengku bagian atas dan bawah kendang. Dalam membuat wengku, bambu dibelah menjadi dua dan kemudian diiris atau dihaluskan sampai lentur hingga membentuk lingkaran atau ring. Kemudian wengku tersebut diikat menggunakan tali rafia agar bambu tersebut kuat.

Gambar 9: Wengku

Keterangan: (i) Bambu yang akan dipotong. (ii) Setelah bambu dipotong, dilengkungkan hingga membentuk lingkaran

dengan diameter yang dibutuhkan, lalu direkatkan dengan menggunakan tali plastik, direkatkan hingga ke seluruh diameter bambu.

(iii) Gambar bentuk wengku yang sudah jadi.

3.3.1.4 Tali Rarawat dan Rawit

Tali rarawat terbuat dari kulit kambing/sapi, kemudian dibentuk seperti tali yang berfungsi sebagai pengetat bingkai atas dan bawah beserta kuluwung. Tali rarawat berfungsi sebagai penyetem kendang sehingga membuat wangkis semakin ditarik dan wangkis pun makin ketat serta warna suara yang dihasilkan lebih nyaring.

Tali rawit adalah tali kendang yang terbuat dari kulit yang melingkar pada pinggul penutup wengku. Tali rawit berfungi untuk sebagai penutup lingkaran di luar wangkis agar tidak longgar. Ukuran tali rawit sebesar ukuran diameter wangkis atas dan bawah yang sudah dipasang wengku.

(I) (II)

(III)

Gambar 10: Tali Rarawat dan Rawit

Keterangan: (I)

Memotong kulit sampai didapatkan panjang yang diinginkan. (II)

Mengikis bulu yang masih menempel pada kulit. (III) Tali rarawat dan rawit yang siap dipakai.

3.3.1.5 Ali-ali (Simpai)

Ali-ali berfungsi untuk menentukan tinggi rendahnya bunyi kendang yang dihasilkan dan menentukan lemah kencangnya rarawat (penegang bidang kendang ). Ali-ali terbuat dari kulit kambing (sama dengan tali rarawat). Pembuatan ali-ali juga sama dengan rarawat. Yang membedakan hanya pada saat kulit masih basah, lalu didiamkan lagi selama satu malam hingga kering. Ali-ali berbentuk seperti cincin kendang. Ali-ali dibentuk sesuai dengan keinginan si pembuat.

(I) (II)

(III) (IV)

Gambar 11: Ali-ali

Keterangan: (I) Memotong kulit untuk membuat ali-ali, panjang sekitar 4cm, lebar 1,5 cm. (II) Membuat lubang di tengah-tengah diameter lebar kulit sebagai penyatu

ali-ali dengan menggunakan ujung pisau di sebelah ujung kanan kulit. (III) Memasukkan sisi ujung sebelah kiri kulit ke dalam lubang yang sudah dibuat. (IV) Ali-ali.

3.3.1.6 Udel (Bujal)

Udel adalah lubang udara yang terdapat pada badan kendang, yang berguna sebagai penghubung udara agar volume suara lebuh nyaring. Udel berfungsi sebagai penghubung udara agar volume suara lebih nyaring. Hanya ada 1 lobang udel, yang letaknya berada di perut kuluwung yang berdiameter 1 cm.

Gambar 12: Udel

3.3.2 Ukuran Kendang Sunda

3.3.2.1. Ukuran Wangkis/Membran

Ukuran wangkis atau membran yang dibutuhkan untuk membuat kendang adalah lebih besar dari diameter badan kendang/resonator kendang atas maupun bagian diameter bagian bawah. Tujuannya agar kulit yang dilebihkan itu dapat dipakai untuk menutup wengku nantinya.

Gambar 13: Wangkis yang Merupakan Membran Kendang

3.3.2.2 Ukuran Kuluwung

Kuluwung mempunyai bagian atas yang nantinya dilapisi oleh kulit berdiameter ± 18 cm dengan ketebalan 3 cm dan bagian bawah yang berdiameter ±28 cm dengan ketebalan 5 cm dan tinggi ± 61 cm.

(a) Ukuran tinggi baloh

5 cm

28 cm

Gambar 14: Ukuran Kuluwung

3.3.2.3 Ukuran Wengku 3.3.2.3.1 Wengku Atas

Wengku atas mempunyai diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan bingke bagian bawah. Wengku atas berukuran lebih kecil daripada badan kendang. Ukuran wengku atas ± 21cm.

21 cm

Gambar 15: Wengku Atas

3.3.2.3.2 Wengku Bawah

Wengku bawah mempunyai diameter yang lebih besar dibandingkan dengan wengku bagian atas. Ukuran wengku bawah ± 31 cm. Kedua wengku berfungsi sebagai penjaga kulit agar tidak renggang.

31 cm

Gambar 16: Wengku Bawah

3.3.2.4. Ukuran ali-ali

Ali-ali berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kulit, yang memiliki ukuran panjang antara 3,5 cm sampai 4 cm. Lebar antara 1 cm sampai 1,5 cm. Oleh karena ali-ali berfungsi sebagai pengikat rarawat, maka jumlah ali-ali kendang tediri atas 9 buah.

1-1,5 cm

3,5-4 cm

0,5 m m

Gambar 18: Ukuran ali-ali

3.3.2.5 Ukuran Tali Rarawat dan Rawit

Kulit kambing dipotong sehingga membentuk lingkaran yang mempunyai diameter berukuran 60 cm. Kemudian Kulit lembu diiris sehingga menghasilkan panjang 15 m tali rarawat. Dengan ketebalan antara 1 cm sampai 2,5 cm.

60 cm

(a) Ukuran diameter kulit

1cm

15m

b. Ukuran tebal tali

c. Ukuran tali rarawat

Untuk tali rawit, dibutuhkan 2 buah tali rawit, dengan ukuran lebar 0,5 cm dan tebal 2 mm, dengan panjang sesuai dengan membran, disisipkan pada Untuk tali rawit, dibutuhkan 2 buah tali rawit, dengan ukuran lebar 0,5 cm dan tebal 2 mm, dengan panjang sesuai dengan membran, disisipkan pada

Tali raw it yang disisipkan

Gambar 19: Posisi Tali Rarawat dan Rawit.