Kasus PT. Indah Pontjan melawan Rohani, dkk
8. Kasus PT. Indah Pontjan melawan Rohani, dkk
Kasus PT. Indah Pontjan memberikan kuasa kepada H. Muchtar, SH dkk melawan Rohani, Parinem, Poniyah, Sawinem dan Suriati memperoleh kekuatan hukum tetap pada tahap peninjauan kembali. Berikut ini uraian putusan terhadap kasus tersebut pada tingkat kasasi dan tingkat peninjauan kembali :
a. Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga No. 01/Pailit/2012/PN Niaga.Mdn. Indikator
Uraian
Pemohon Pailit
4) Sawinem; dan
5) Suriati.
Termohon Pailit
PT. Indah Pontjan
Pertimbangan Hakim
Debitor memiliki dua 1) Setelah mencermati dan meneliti permohonan pernyataan pailit kreditor atau lebih
pemohon maka terungkap fakta bahwa termohon memiliki utang kepada termohon berdasarkan amar putusan PHI No. 04/G/2008/PHI Mdn yang menyatakan mengabulkan gugatan para pemohon dan menghukum termohon untuk membayar hak-hak para pemohon sebesar Rp. 148.263.300,-
2) Selain mempunyai utang kepada pemohon pailit, termohon pailit juga mempunyai utang kepada kreditur lain, yaitu:
a) Tukilah sebesar Rp. 24.933.372;
b) Tukini sebesar Rp. 25.638.341;
c) Sutrisno sebesar Rp. 14.608.321;
d) Jimen sebesar Rp. 23.092.952;
e) Supini sebesar Rp. 25.638.341;
f) Karini sebesar Rp. 23.296.484;
g) Sarni sebesar Rp. 24.993.410;
h) Tukirah sebesar Rp. 22.448.021;
i) Suriati sebesar Rp. 24.993.410; j) Tukimah sebesar Rp. 24.993.410; k) Legiem sebesar Rp. 24.993.410.
Debitor tidak
1) Berdasarkan rincian utang dari Termohon Pailit kepada para membayar sedikitnya
pemohon pailit sebagaimana tertuang dalam isi putusan PHI No. satu hutang yang
04/G/2008/PHI Mdn adalah sebagai berikut:
telah jatuh tempo dan
a) Utang berupa Pesangon, Penghargaan Masa Kerja dan dapat ditagih
Penggantian Hak adalah sebagai berikut: - Rohani sebesar Rp. 21.211.577; - Parinem sebesar Rp.19.514.651; - Poniyah sebesar Rp. 21.211.577; - Sawinem sebesar Rp. 21.211.577; - Suriati sebesar Rp. 21.211.577.
b) Utang berupa upah proses sebanyak 5 (lima) bulan terhitung sejak Desember 2006 berjumlah Rp. 21.191.970,00.
2) Bahwa oleh karena isi putusan jelas memuat perintah agar termohon pailit membayar sejumlah uang tersebut, maka sejak dikeluarkannya putusan No. 03 PK/Pdt.Sus/2010 tanggal 16 Februari 2010 utang termohon pailit telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
Atas permohonan Berdasarkan surat permohonan pernyataan pailit yang diajukan sendiri maupun atas
pemohon dan jawaban termohon dapat disimpulkan bahwa pemohon permintaan seorang
pailit adalah mantan pekerja yang sudah tidak lagi bekerja pada atau lebih kreditor
termohon pailit sejak tanggal 23 November 2006 karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh Termohon Pailit.
Terdapat fakta atau Berdasarkan fakta, ternyata termohon telah memiliki utang kepada keadaan yang
pemohon dan kreditur lainnya dan telah jatuh tempo akan tetapi terbukti secara
termohon tidak dapat membayar utangnya tersebut meskipun telah sederhana
ditagih oleh pemohon.
Putusan
Mengabulkan permohonan para pemohon pailit untuk seluruhnya; Menyatakan termohon pailit yaitu PT. Indah Pontjan pailit dengan
segala akibatnya.
Tanggal Putusan
Senin, 23 April 2012
b. Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No. 401 K/Pdt.Sus/2012 Indikator
Uraian
Pemohon Kasasi
PT. Indah Pontjan
Termohon Kasasi
4) Sawinem; dan
5) Suriati.
Pertimbangan Hakim
Kesalahan dalam Mahkamah Agung membenarkan alasan-alasan kasasi dari Pemohon penerapan hukum
Kasasi oleh karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum Kasasi oleh karena judex facti telah salah dalam menerapkan hukum
1) Perkara a quo adalah tentang perselisihan perburuhan yaitu belum dilaksanakannya putusan PHI, yang dimenangkan oleh para pekerja PT. Indah Pontjan (Termohon Kasasi);
2) Seharusnya Termohon Kasasi setelah putusan PHI tersebut berkekuatan hukum tetap, dan pihak perusahaan tidak mau melaksanakan putusan secara sukarela, dapat meminta pelaksanaan putusan tersebut dengan cara eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memutuskan perkara tsb. (Pasal 57 UU No. 2 Tahun 2004 Jo. Pasal 197 ayat (1) HIR);
3) Termohon Kasasi sudah memohon eksekusi ke Pengadilan Negeri, tetapi proses eksekusi tersebut belum selesai, namun Termohon Kasasi sudah mengajukan perkara kepailitan, dengan demikian Termohon Kasasi belumlah melakukan prosedur pelaksanaan putusan sebagaimana yang ditentukan UU;
4) Termohon Kasasi yang menuntut hak-haknya akibat PHK ke PHI dan meskipun telah ada putusan PHI yang mengabulkan gugatan dalam perkara Perselisihan Perburuhan tersebut, tidak berarti mereka secara otomatis menjadi kreditur terhadap perusahaan sebagaimana diatur UU Kepailitan;
5) Pemohon kasasi juga adalah perusahaan, dengan begitu mempunyai banyak tenaga kerja dan para Termohon Kasasi adalah sebagian kecil dari tenaga kerja yang pernah bekerja para perusahaan pemohon kasasi yang telah memenangkan gugatan PHO atas perkara a quo, seharusnya Termohon Kasasi menempuh prosedur pelaksanaan putusan secara eksekusi namun perkara ini tidak dapat dibuktikan secara sederhana;
6) Berdasarkan uraian di atas, maka ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (4) UU No. 37 Tahun 2004 tidak terpenuhi.
Putusan
Mengadili:
Mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi PT. Indah
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 01/Pailit/2012/PN Niaga.Mdn tanggal 23 April
Mengadili sendiri:
Menolak permohonan pemohon pailit untuk seluruhnya. Tanggal Putusan
Rabu, 27 Juni 2012
c. Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No. 195 PK/Pdt.Sus/2012 Indikator
Uraian
Pemohon Peninjauan 1) Rohani; Kembali
2) Parinem;
3) Poniyah;
4) Sawinem; dan
5) Suriati.
Termohon
PT. Indah Pontjan
Peninjauan Kembali
Pertimbangan Hakim Terdapat kekeliruan Tidak terdapat kekhilafan Hakim atau kekeliruan nyata dari hakim yang nyata
dalam putusan judex juris dengan pertimbangan:
1) Dikabulkannya permohonan pailit adalah merupakan ultimatum remidium dalam penyelesaian suatu sengketa hutang piutang;
2) Faktanya pemohon pailit telah menempuh jalur hukum denganmengajukan gugatan melalui PHI, dan telah dikabulkan;
3) Setelah berhasil, lalu dalam proses eksekusinya menempuh “jalur hukum lain” yaitu mengajukan melalui proses kepailitan, sementara
proses eksekusi dalam perkara PHI belum final, hal ini akan memberikan dampak yang tidak baik sebagai pemohon pailit yang
4) Pertimbangan Judex juris telah tepat sesuai hukum yang berkeadilan dan kepatutan serta kemanfaatan, dengan dasar pembuktian perkara menjadi tidak sederhana sehingga ketentuan Pasal 8 ayat (4) UU No. 37 Tahun 2004 tidak terpenuhi;
5) Dalam putusan Judex juris tidak ditemukan adanya kekeliruan yang nyata atau adanya kekhilafan hakim, tetapi yang ada adalah bahwa alasan PK tersebut merupakan perbedaan pendapat antara pemohon PK dengan Judex juris , sehingga bukan merupakan alasan PK;
6) Putusan MA No. 401 K/Pdt.Sus/2012 tanggal 27 Juni 2012 tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau UU.
Putusan
Mengadili:
Menolak permohonan peninjauan kembali dari para pemohon Peninjauan Kembali: 1. Rohani, 2. Parinem, 3. Poniyah, 4. Sawinem dan 5. Suriati.
Tanggal Putusan
Selasa, 30 April 2013