Penataan Ruang Belajar di Sekolah High Scope Indonesia

3.0 Penataan Ruang Belajar di Sekolah High Scope Indonesia

Penataan ruang guna menunjang proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting keberhasilan seorang guru dalam mentransformasikan ilmu sesuai kurikulum pendidikan. Di Indonesia, tuntutan permintaan berbagai perusahaan terhadap lulusan berbagai institusi pendidikan yang terampil semakin besar seiring dengan makin cepatnya arus globalisasi dan akan dilaksanakannya perdagangan bebas di wilayah Asia Pasifik. Beberapa sekolah swasta mulai berbondong-bondong merayu para konsumen dalam hal ini orang tua untuk memperkenalkan sistem pendidikan baru yang diyakini lebih unggul dalam mempersiapkan putera-puterinya menghadapi tantangan dunai kerja di masa mendatang.

Sekolah High Scope Indonesia sebagai salah satu sekolah swasta papan atas berupaya bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar pendidikan di Indonesia dengan jalan memperkenalkan sebuah konsep pendidikan Learning by Doing. Konsep ini mengharuskan agar siswa lebih banyak bereksplorasi dan mempraktekan pengetahuan yang mereka miliki sehingga penataan ruang kelas sangat penting dalam mendukung aplikasi konsep tersebut. Sekolah High Scope Indonesia khususnya di tingkat menengah pertama di ruang kelas Social Studies membagi ruang kelas menjadi empat zone yakni economic zone, geography zone, history zone dan discussion zone . Pembagian wilayah dalam satu ruangan kelas ini tidak berarti para siswa belajar beberapa pelajaran dalam saat yang bersamaan namun dalam satu topik pelajaran, kegiatan yang dilakukan dibuat menjadi lebih bervariasi.

Zone merupakan sebuah tempat beraktivitas dalam proses belajar mengajar. Masing- masing zone dibuat agar terdapat tempat yang dapat digunakan untuk menempatkan alat peraga masing-masing bidang dalam Social Studies (Sejarah, Geografi dan Ekonomi). Disamping untuk menyimpan alat-alat tersebut, masing-masing zone juga dilengkapi dengan tempat diskusi yakni satu buah meja dan empat buah kursi. Dalam proses belajar mengajar terdapat dua orang guru dalam satu ruang belajar. Proses pembelajaran dalam satu topik adalah sebagai berikut:

Model Simulasi Topik: Sejarah Indonesia Masa Pergerakan Nasional Waktu: 60 menit Menit 0-10

Guru memberikan penjelasan singkat mengenai pergerakan nasional di Indonesia dan instruksi kegiatan di masing-masing zone serta pembagian kelompok. Setelah itu, masing-masing kelompok menuju zone masing-masing.

Menit 10-20 Siswa di masing-masing zone melakukan aktivitas belajar mengajar. Sebagai contoh di zone 1, guru memberikan tutorial kepada siswa, di zone

2 para siswa membaca artikel mengenai pergerakan nasional di Indonesia, di zone 3 para siswa mengerjakan kuis dan di zone 4 para siswa membuat poster terkait pergerakan nasional di Indonesia. Guru lainnya berkeliling zone untuk memeriksa aktivitas para siswa di masing-masing zone.

Menit 20-40 Para siswa bertukar zone, siswa di zone 1 menuju zone 2, zone 2 menuju zone 3, zone 3 menuju zone 4 dan zone 4 menuju zone 1. Siswa kemudian melakukan aktivitas di masing-masing zone. Dengan demikian dalam satu sesi pelajaran masing-masing siswa melakukan 2 aktivitas di 2 zone yang berbeda.

Menit 40-60 Semua siswa berkumpul di meeting point atau zone 1 untuk berdiskusi terkait aktivitas yang telah mereka lakukan di dua zone.

Guru memegang peranan penting dalam sirkulasi aktivitas di tiap zone. Guru harus dapat bekerjasama dengan mitra guru lainnya di kelas agar perpindahan antar zone tidak memakan waktu lama karena bila siswa tidak disiplin mengikuti instruksi, maka penyelesaian masing- masing aktivitas di tiap zone akan terhambat. Bila masing-masing aktivitas di tiap zone tidak selesai maka sasaran pembelajaran tidak akan tercapai sehingga diskusi di akhir sesi hampir bisa dipastikan tidak akan berjalan baik karena masing-masing siswa tidak memami secara utuh sasaran pembelajaran.

Selama melakukan berbagai aktivitas di masing-masing zone, semua sarana dan prasarana untuk melakukan aktivitas belajar mengajar harus sudah tersedia. Guru harus mempersiapkan berbagai alat peraga pembelajaran yang mendukung aktivitas tersebut. Di zone 4 misalnya, sudah harus tersedia berbagai perlengkapan untuk membuat poster mulai dari kertas kanvas, cat air atau minyak, pensil, rautan hingga kertas warna. Bila pada saat aktivitas tersebut akan dilaksanakan sementara alat-alat yang diperlukan belum lagi tersedia, maka sirkulasi kegiatan antar zone tidak bisa dilakukan.

Aktivitas yang aktif dari setiap siswa merupakan kunci keberhasilan konsep Learning by Doing . Aktivitas yang bervariasi dimaksudkan agar pemahaman siswa bisa dilakukan dari berbagai jalan. Siswa juga tidak lekas bosan dengan hanya melakukan satu aktivitas belajar karena diharapkan aktivitas lain di tiap zone yang berbeda dapat memancing keingintahuan siswa sehingga semangat belajar tetap tinggi. Metode ini diyakini akan tepat sasaran manakala siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tergolong siswa yang aktif. Sayangnya, seleksi untuk mendapatkan siswa yang aktif seringkali kurang ketat sehingga guru terkadang merasa kesulitan untuk membangkitkan minat belajar siswa.

Bagan Pembagian dan Sirkulasi Antar Zone Dalam Ruang Kelas

Zone 2

Zone 1

History Zone Meeting Point

Zone 4 Zone 3

Economics

Zone ←

Secara umum metode ini memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Dengan metode Active Learning , guru tidak harus memberikan seluruh penjelasan namun hanya memberikan tuntunan dan kesimpulan kendati tanggung jawab berjalannya sebuah aktivitas di tiap zone menjadi lebih Secara umum metode ini memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Dengan metode Active Learning , guru tidak harus memberikan seluruh penjelasan namun hanya memberikan tuntunan dan kesimpulan kendati tanggung jawab berjalannya sebuah aktivitas di tiap zone menjadi lebih

Seperti dijelaskan di muka, guru memiliki peran yang sangat penting dalam metode Active Learning . Guru harus memiliki banyak ide dan terus mengasah pengetahuannya terkait dengan topik pembelajaran. Mereka juga harus terus meng update setiap perkembangan ilmu pengetahuan terkait agar siswa merasakan pula bahwa ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan. Selain itu, media yang digunakan juga harus bervariasi dan sebaiknya memanfaatkan teknologi audio visual untuk menambah daya tarik siswa dalam beraktivitas. Dengan demikian, guru juga harus kreatif dalam membuat jenis aktivitas di tiap zone.

Metode Active Learning memang memberikan banyak kontribusi terutama dalam memvariasikan sumber-sumber belajar namun bukan berarti tanpa kelemahan. Kelemahan yang ada diantaranya adalah kedisiplinan siswa. Dalam banyak hal, siswa sering terlambat dalam menyelesaikan aktivitas di tiap zone dalam waktu yang telah ditentukan. Kelemahan ini akan semakin bertambah apabila guru tidak tegas dalam memberikan instruksi sirkulasi antar zone. Siswa yang tidak mandiri juga semakin tidak akan memperoleh pengetahuan apabila tidak memiliki motivasi yang kuat untuk belajar karena seperti telah dijelaskan di muka, durasi tatap muka dengan guru memang terbilang sedikit. Sedikitnya durasi tatap muka dengan guru dapat memberikan efek samping lain yakni semakin sedikitnya penjelasan yang diberikan oleh guru.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR YANGMEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR DI DESA SEMBORO KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN 2011

2 53 20

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Pengaruh kualitas aktiva produktif dan non performing financing terhadap return on asset perbankan syariah (Studi Pada 3 Bank Umum Syariah Tahun 2011 – 2014)

6 101 0

Pengaruh pemahaman fiqh muamalat mahasiswa terhadap keputusan membeli produk fashion palsu (study pada mahasiswa angkatan 2011 & 2012 prodi muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 22 0

Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas 3 SD Kelas 3 Suyanto Suyoto 2011

4 108 178

TAHUN AJARAN 2010 2011

0 6 10

PENGARUH BETA SAHAM, GROWTH OPPORTUNITIES, RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM LQ 45 DI BEI PERIODE 2008 – 2011

0 10 64

ANALISIS NOTA KESEPAHAMAN ANTARA BANK INDONESIA, POLRI, DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 SEBAGAI MEKANISME PERCEPATAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERBANKAN KHUSUSNYA BANK INDONESIA SEBAGAI PIHAK PELAPOR

1 17 40

KOORDINASI OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DENGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) DAN BANK INDONESIA (BI) DALAM UPAYA PENANGANAN BANK BERMASALAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG RI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

3 32 52