Pengaruh Faktor Kebisingan Dan Getaran Mesin Terhadap Operator Pada PT.Multi Nabati Sulawesi Unit Maleo Gorontalo
Pengaruh Faktor Kebisingan Dan Getaran Mesin Terhadap Operator Pada PT.Multi Nabati Sulawesi Unit Maleo Gorontalo
Stella Junus Eduart Wolok
Universitas Negeri Gorontalo Universitas Negeri Gorontalo Teknik Industri – Fakultas Teknik
Teknik Industri - Fakultas Teknik Gorontalo, Indonesia
Gorontalo, Indonesia [email protected]
Email:-
Abstract—This study aims to determine the effect of noise and
tersebut, baik dalam proses produksi yang sifatnya mikro
vibration to the operator and the machine weighs a maximum
maupun pada aktivitas proses produksi yang sifatnya makro.
service capacity and heavy load on the engine during the production process by taking into account the adjustment factor
Perbandingan antara rasio kapasiatas produksi, jumlah tenaga
and the allowance to be possessed by a human operator.The
kerja dan serta hsil produksi yang dihasilakan sering ditemui
study uses the comparative approach of three (3) methods of
tidak berimbang. Efisisensi waktu kerja, lokasi serta sumber
calculating standard time, Westinghouse method, Shumard,and objective, where the raw very minimum Westinghouse obtained
daya yang dimiliki terkadang tidak mampu dimanfaatkan
using the method and do the calculations to obtain the maximum
dengan baik, sehingga sering pula kita jumpai situasi kondisi
service capacity and the weight of heavy loads on the engine, for
kerja yang tdak layak bagi para pekerja, terlebih bagi para
each machine, using statistical analysis for testing the significance
operator mesin yang tentunya memiliki beban kerja yang cukup
of a relationship where both of them, with a sample of observations made during the 70 effective working day during
berat dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
the 24 hours of operating time. Measurement equipment and observations include : vibrometer, Sound level meter, stopwatch,
ANDASAN II. L T EORI
thermometer,digital AVO-meter. The calculation result is
A. Definisi dan Pengertian Proses Produksi, Produktivitas
obtained, the standard time = 6.655 minutes grinding machine,
serta Mekanisme Pengukurannya
prepress machine standard time = 9.653 minutes, the final standard prepress machinery 13.086 minutes, maximum weight capacity or the total dollars in projected cost expectations
Pengertian dan pendefinisian proses produksi dapat
(TEC N1 ) = Rp.66.576 Grinding machine, (TEC N2 ) machine Pree
dinyatakan sebagai serangkaian aktivitas yang diperlukan
press = Rp. 63 583, (TEC N3 ) Final engine Preepress = Rp.88.223,
untuk mengolah ataupun merubah sekumpulan masukan
linearity test with a significance influence of linkage is obtained for the influence of noise on the grinding machine Compute
(input) menjadi sekumpulan keluaran ( output ) yang memiliki
F arithmatic = 1.408 F table = 5.41, F arithmatic prepress machine Count
nilai tambah ( added value). Pengolahan ataupun perubahan
= 0.1009 F Table = 19, 25, the final prepress machine Compute
yang terjadi disini bias secara fisik ataupun secara non fisik,
F arithmatic = 1.786 F Table = 6.39, and the linearity test for linkage
dimana perubahan tersebut bias terjadi terhadap bentuk,
with the influence of engine vibration significance obtained for grinding machines Compute F arithmatic = 0.0145 F table = 5.41, F
dimensi maupun sifat-sifatnya. Mengenai nilai tambah yang
prepress machine Count = 0.078 F table = 19.25, and the final
dimaksudkan disini adalah nilai dari keluaran yang
machine count prepress F arithmatic = 0.578 F table = 6.39.
“bertambah”dalam pengertian nilai fungsional (kegunaan) dan/atau nilai ekonomisnya. Sedangkan produktivitas secara
Keywords: adjustment factor, factor allowances, standard time, the total cost expectations, linearity, significance
umum dapat didefinisikan sebagai perbandingan (rasio) antara out put per inputnya. Dengan diketahuinya nilai (indeks) produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efisien pula
ENDAHULUAN I. P
sumber-sumber input telah berhasil dihemat ataupun Manusia dan mesin adalah satu kesatuan sistem yang sering
diefektifkan. Berkaitan dengan maksud dan tujuan ini, maka berkaitan oleh suatu aktivitas produksi, sehingga jika terjadi
analisa ergonomi, studi gerak dan waktu akan memainkan penyimpangan ataupun kerusakan diantara salah satunya, maka
peran yang penting dalam upaya peningkatan produktivitas proses dari sistem ini tidak akan berjalan dengan semestinya.
kerja [1]
Hubungan manusia dengan mesin tentunya akan memberikan efek dalam waktu yang sifatnya jangka panjang, olehnya itu
B. Manusia Sebagai Komponen Dalam Sistem Manusia ada batasan-batasan yang harus diberikan kepada manusi
Dan Mesin
sebagai pekerja karena manusialah yang dapat merasakan efek
Secara umum sistem manusia mesin dapat didefinisikan nampak dalam hal persepsi yang diambil oleh manusia sebagai “set of object together with relationship between the
(operator) dari instrument display (mesin) dan handling objects dan between their attibuts ”. Suatu sistem akan terjadi
operations yang dilaksanakan operator pada saat menangani dalam suatu lingkungan dan perubahan-perubahan yang
mekanisme control dari mesin. Dimana bentuk display untuk timbul lingkungan ini akan mempengaruhi sistem dan elemen-
menampilkan informasi, dan rancangan dari mekanisme elemen sistem tersebut. Suatu sistem dapat dibagi kedalam sub
control mesin itu sendiri. Dengan demikian perancangan sistem dan seterusnya. Sistem manusia “mesin” yang
“Interface” dari sistem manusia-mesin perlu memperhatikan dimaksudkan adalah kombinasi antara satu atau beberapa
segala kelebihan, kekurangan ataupun keterbatasan manusia manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana salah satu
dengan mesin (fasilitas produksi). Interface yang harus dengan yang lainnya akan saling berinteraksi untuk
dirancang dengan pertimbangan ergonomis tersebut berupa menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan –
display seperti layar monitor, dan instrumen-instrumen masukan yang diperoleh. Dimana “mesin” yang dimaksud
petunjuk pengukuran.[6]
dalam hal ini akan mempunyai arti yang luas, yaitu mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan
D. Definisi Manufaktur
benda-benda yang bias
melaksanakan pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan system Proses pemesinan (machining process) merupakan istilah manusia mesin maka, dikenal tiga macam hubungan yaitu :
umum dalam teknik mesin yang pada dasarnya merupakan Manual man machine spystem
suatu proses pembuangan/ pemotongan sebagaian dari benda Semi automatic machine system
kerja sehingga dihasilkan bentuk produk yang diinginkan. Automatic man machine system
Proses pemesinan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu: • Proses pemotongan (cutting) yaitu proses pemesinan
Information Storage
dengan menggunakan pisau pemotong (cutting tool) dengan bentuk geometri tertentu.
Processing action
• Proses abrasi (abrasive process) seperti proses gerinda.
UT
g PU
• Proses pemesinan non-traditional yaitu yang dilakukan secara elektris, kimiawi, dan dengan bantuan sember tenaga optik.
Keuntungan-keuntungan proses pemesinan diantaranya adalah:
Feed - Back
• Produk yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih akurat Gambar 1. Interaksi Dalam Sistem Manusia-Mesin
dibandingkan dengan produk hasil proses pengecoran dan pembentukan. Disamping itu dimungkinkan untuk membuat bentuk profil pada bagian dalam benda kerja dan
C. Interaksi Manusia dan Mesin dalam Sistem Proses membuat sudut geometri yang lebih tajam. Produksi
• Proses pemesinan diperlukan pada proses finishing Suatu sistem akan terjadi dalam suatu lingkungan yang
terutama untuk produk yang telah dilakukan perlakuan akan member batasan, dan perubahan-perubahan yang timbul
panas dimana diperlukan proses pemolesan atau gerinda dalam lingkungan ini akan mempengaruhi system dan elemen
untuk menghaluskan permukaannya. sistem tersebut. Suatu hal yang akan penting dipertimbangkan
• Proses pemesinan lebih ekonomis untuk mengerjakan didalam analisis sistem adalah bahwa setiap sistem akan
produk yang jumlahnya tidak terlalu banyak. merupakan bagian (sub sistem) dari sistem lain yang lebih
besar. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut : Kelemahan-kelemahan dari proses pemesinan diantaranya adalah : • Proses pemesinan akan menghasilkan banyak waste atau
bahan produk yang terbuang dan biasanya membuthkan tenaga kerja yang lebih banyak dan lebih ahli sehingga biaya operasinya menjadi tinggi.
• Proses pemotongan biasanya memerlukan waktu yang Gambar 2. Interaksi Kerja Dalam Sistem Manusia-Mesin
lebih lama dibandingkan dengan proses manufacture Dari sistem manusia – mesin yang dimodelkan secara
lainnya.
sederhana akan tampak bahwa problematic ergonomic akan
• Bila proses pemesinan tidak dilakukan dengan tepat, maka (deburing), dan untuk melindungi atau menghiasi permukaan proses pemotongan benda kerja dapat mempengaruhi sifat-
produk supaya lebih menarik. Diantara proses finishing yang sifat mekaniknya dan kualitas permukaannya. [3]
biasa dilakukan adalah: proses cleaning, deburing, painting, plating, buffing, galvanizing, dan anodizing . Proses cleaning dilakukan untuk membersihkan kotoran berupa, debu, oli tau
E. Proses Manufaktur stempet (grease), dan kerak yang merupakan sisa dari proses
Kegiatan manufacturing bias didefinisikan sebagai satu manufaktur atapun terjadi pada saat handling. Proses unit atau kelompok kerja yang berkaitan dengan berbagai
permesinan, pengecoran dan proses pengguntingan (shearing) macam proses kerja untuk merubah bahan baku menjadi
seringkali menghasilkan sisa pemotongan yang tajam dan hal produk akhiryang dikehendaki. Kegiatan masing-masing unit
ini biasa dihilangkan dengan proses deburing. Proses buffing kerja ini akan berlangsungdi suatu lokasi kerja atau stasiun
mirip dengan proses pemolesan dimana permukaan produk kerja,sedangkan proses manufaktur suatu produk yang berasal
dipoles secara mekanis untuk menutupi pori-pori permukaan dari bahan logam atau non-logam diklasifikasikan menjadi
benda sehingga lebih halus. Galvanizing dan anodizing tujuh katagori, yaitu : proses pengecoran atau pencetakan,
dilakukan biasanya untuk mencegah timbulnya korosi pada proses pembentukan, proses permesinan , proses perlakuan
produk dan pula ditujukan untuk keperluan pengecatan. panas (heat treatment), proses pengerjaan akhir (finishing),
proses perakitan (assembly),proses inspeksi.
5. Proses Perakitan/Pencampuran ( assembling/mixing)
Proses
perakitan
merupakan proses
1. Proses Pengecoran dan Pencetakan
komponen-komponen Proses pengecoran dan pencetakan adalah proses
penggabungan/penyambungan
produk/bagian mesin. Proses assembling/mixing biasa pembentukan logam yang berasal dari bentuk cairan, butiran
dilakukan dengan cara : pengencangan mekanis (mecanical atau serbuk yang dilakukan pada suatu cetakan dimana
fastening ) seperti penyambungan baut dan rivet, proses bentuknya disesuaikan
penyolderan, pengelasan, sambungan tekan (press fitting), diinginkan. Bahan logam cair memenuhi ruang cetakan dan
dengan
bentuk produk yang
penyambungan susut (shrink fitting), dan dengan cara setelah padat maka cetakan dilepaskan sehingga yang tersisa
pengeleman (adessive bonding) atau peleburan antara dua (2) adalah logam dengan bentuk yang sesuai dengan cetakannya.
jenis material yang berbeda.
2. Proses Pembentukan
6. Proses Inspeksi
Proses pembentukan merupakan proses lanjut dari Proses pengontrolan atau inspeksi terhadap produk hasil pengolahan bahan hasil pengecoran maupun pencetakan yang
pengerjaan merupakan faktor yang sangat penting walaupun biasanya dilakukan untuk produksi masal. Prinsip dari proses
tidak secara langsung mepengaruhi bentuk maupun sifat pembentukan adalah merubah atau modifikasi bentuk dari
produk. Oleh karena itu proses ini dikatagorikan sebagai suatu benda menjadi bentuk yang diinginkan tanpa melakukan
rangkaian proses manufaktur.
pemotongan sehingga tidak ada serpihan bahan yang dibuang. Dari definisi tersebut diatas, jelaslah bahwa dalam Proses pembentukan dapat dilakukan pada keadaan dingin
suatu stasiun kerja problematika utama adalah pengaturan (cold forming) ataupun pada keadaan panas (hot forming).
komponen-komponen yang terlibat dalam kegiatan produksi Bentuk produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan
yaitu menyangkut material (bahan baku, produk jadi, scrap), menggunakan cetakan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran
mesin/peralatan kerja, perkakas pembantu, fasilitas-fasilitas produk.
penunjang (utilitas), lingkungan fisik kerja dan manusia pelaksana kerja (operator). Ukuran sukses dari suatu sistem
3. Proses Permesinan
produksi dalam industri biasanya dinyatakan dalam bentuk Proses
besarnya produktivitas atau besarnya rasio out put perinput pembuangan sebagian bahan dengan maksud untuk
permensinan
adalah proses pemotongan/
yang dihasilkan.[3]
membentuk produk yang diinginkan. Proses permesinan yang biasa dilakukan di industri manufacture adalah proses
F. Kebisingan
penyekrapan (shaping), proses pengeboran (drilling), proses Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada pembubutan (turning), proses frais (milling), proses gergaji
telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan apabila (sawing), proses broaching, dan proses gerinda (grinding).
bunyi- bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan.
4. Proses pengerjaan akhir ( finishing process)
Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu Proses finishing dilakukan untuk tujuan pembersihan
bunyi, yaitu : Frekuensi dan intensitas. (cleaning), penghilangan bagian atau sudut-sudut yang tajam
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Maksud dari pengukuran kebisingan adalah disebut Hertz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-golongan yang
Memperoleh data kebisingan diperusahaan atau sampai ditelinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan
dimana saja, dan
terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang
kebisingan tersebut, sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan
Mengurangi
tingkat
sehingga tidak menimbulkan gangguan. ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang ada. Intensitas atau
Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh type dan arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu
kebisingan yang diukur.
logaritmis yang disebut
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan : memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0.0002
Kebisingan yang kontinu dengan spectrum dyne/cm 2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000
frekuensi yang luas (steady, state, wide band Hz.
noise) , misalnya mesin-mesin, kipas angina, dapur pijar, dan lain-lain.
Tabel 1. menunjukkan tingkat intensitas dari kebisingan. Kebisingan dalam perusahaan dengan intensitas 60 dB[5]
Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise),
Tabel 1 Skala Intensitas Kebisingan misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain- Besibel
Batas Dengar Tertinggi
lain. Kebisingan
terputus-putus (intermittent) , 120
Halilintar
misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
Menulikan 110
Meriam
Kebisngan Impulsif (impact or impulsive noise), 100
Mesin Uap
seperti pukulan tukul, tembakan bedil dan meriam.
Jalan Hiruk Pikuk
Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin
Sangat Hiruk
Perusahaan Sangat Gaduh
tempa di perusahaan
80 Tipe kebisingan ini memerlukan alat. Alat utama
Peluit Polisi
dalam pengukuran kebisingan adalah “Soundlevel
Kantor Gaduh
Meter” . Alat ini dilengkapi oleh sistem kalibrasi dan 70
dapat mengukur kebisingan diantara 30 – 130 dB dan
frekuensi dari 20 – 20.000 Hz. Kuat
Jalan Umum
Radio Perusahaan Rumah Gaduh 50 Kantor Umum
Sedang
40 Percakapan Kuat Radio Perlahan Rumah Tenang 30 Kantor Perorangan
Tenang Gambar 3. Garis Kekuatan Yang sama Menurut Oktaf (Soundlevel Meter)
20 Auditorium
Analisa frekuensi dari suatu kebisingan biasanya
Percakapan
diperlukan, dan biasanya dilakukan dengan alat-alat “Octave
Band Analyzer ”, yang memiliki sejumlah filter-filter menurut Sangat
Suara Daun-daun
10 oktaf. Jika spektrumnya sangat curam dan berbeda banyak, Tenang
Berbisik
dapat dipakai skala 1/3 oktaf. Untuk filter-filter oktaf disukai
Batas Dengar terendah
frekuensi tengah 31.5: 63: 125: 250: 500: 1000: 2000: 4000: 8000: 16.000 dan 31.500 Hz.Untuk analisa lebih lanjut, dapat dipakai “Narrow Band Analyzers” (alat analisa spectrum
• Pengukuran Kebisingan
sempit), baik latar spektrumnya tetap misalnya 2–200 Hz atau sempit), baik latar spektrumnya tetap misalnya 2–200 Hz atau
Gambar 5. Hilangnya Daya Dengar Sementara & Pemulihan kecepatan tetap. Untuk kebisingan impulsive digunakan
“Impact Noise Analyzer”. Bagi survey pendahuluan masalah Banyak ahli mengusulkan kriteria resiko kerusakan kebisingan kontinu biasanya diukur intensitas menyeluruh
pendengaran (Hearing Damage Risk Criteria) dan kesatuan yang dinyatakan dengan dB(A), menggunakan jaringan A.
pendapat tentang intensitas tertentu, tentang hal itu secara Jaringan ini berarti sesuai dengan garis kepekaan 40, sehingga
internasional belum dapat dicapai secara bulat. Terdapat memberi huruf reaksi kepada frekuensi rendah dan
kesamaan pendapat, bahwa selain ditempat kerja intensitas memungkinkan diukurnya intensitas yang berbahaya kepada
adalah boleh lebih dari 90 dB (A) atau intensitas dari spektrum pendengaran.
aktif seperti diperlihatkan dalam gambar 2.7 Manakala Kebanyakan
kebisingan terputus, waktu kerja dan istirahat mempengaruhi mengukur intensitas pada suatu waktu dan suatu tempat dan
alat-alat pengukur
kebisingan,
hanya
besarnya intensitas yang diperbolehkan. tidak menunjukkan dosis kumulatif kepada seorang tenaga
kerja meliputi waktu-waktu kerjanya.
Gambar 4. Soundlevel Meter dengan Pengukuran Skala A
• Gangguan Kebisingan Pada Kesehatan
Gambar 6. Kriteria Resiko Kerusakan Pendengaran Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera pendengaran, yang
G. Getaran Mekanis
dapat menyebabkan ketulian progresif. Pertama-tama Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran dampak kebisingan pada pendengaran adalah
yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian getaran sementara, pemulihan terjadi secara cepat sesudah
ini samapai ketubuh kita dan menimbulkan akibat yang tidak dihentikan kerja di tempat bising, tetapi untuk kerja
diinginkan oleh tubuh kita. Getaran mekanis pada umumnya secara terus menerus ditempat bising, maka akan
mengganggu tubuh kita karena ketidakaturannya, baik itu berakibat patal terhadap alat pendengaran, yaitu dapat
intensitas maupun frekuensinya. Gangguan terbesar terhadap mengakibatkan ketulian, biasanya ini dapat terjadi
suatu alat tubuh terjadi apabila frekuensi alam beresonansi pada frekuensi sekitar 4.000 Hz dan kemudian
dengan frekuensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran meningkat dengan frekuensi disekitarnya dan
mekanis ini dapat menggangu tubuh dalam hal [3] : akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan untuk
Mempengaruhi konsentrasi pekerja, mempercepat datangnya percakapan.
kelelahan, dan menyebabkan timbulnya penyakit. Di Indonesia, NAB kebisingan adalah 85 dB (A) yang secara terus menerus dinilai oleh Panitia Teknik
H. Analisis Regresi Dan Korelasi
Nasional NAB. Analisis regresi dan korelasi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikembangkan persamaan estimasi untuk mendiskripsikan pola atau fungsi hubungan Nasional NAB. Analisis regresi dan korelasi dikembangkan untuk mengkaji dan mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam analisis regresi dikembangkan persamaan estimasi untuk mendiskripsikan pola atau fungsi hubungan
n . ∑ XY − ∑∑ X. Y
regresi itu digunakan untuk mengestimasi nilai dari suatu
variabel berdsarkan nilai dari variabel lainnya. Variabel yang diestimasi itu disebut variabel dependen (atau variabel terikat)
sedangkan variabel yang diperkirakan mempengaruhi variabel
dependen disebut variabel independen (atau variabel bebas).
Langkah 5 : Mencari Jumlah Kuadrat Regresi (JK Variabel dependen lazimnya dilukis pada arah sumbu –Y (dan
Reg[a] )
dengan rumus :
karenanya diberi symbol Y) (dan karenanya diberi symbol X). berdasarkan konsep ini, maka hubungan antara variabel Y dan
() ∑ Y
………………………………… ..(3) untuk mengestimasi, analisis regresi juga digunakan untuk
X dapat diwakili dengan sebuah garis regresi. Disamping
JK Reg (a) =
mengukur tingkat ketergantungan (dependability) dari estimasi Langkah 6 : Mencari Jumlah Kuadrat Regresi ( JK Reg [b/a] ) itu.
dengan rumus :
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur tingkat kedekatan (closeness) hubungan antara variabel-variabel. Dengan lain
() ∑ X . ∑ JK Y
Reg (b/a) =b . ∑ XY -
perkataan, analisis regresi mempertanyakan pola hubungan
fungsional sedangkan analisis korelasi mempertanyakan kedekatan hubungan antara variabel-variabel. Walaupun
Langkah 7 : Mencari Jumlah Kuadrat Residu ( JK Res ) dimungkinkan penggunanaan analisis regresi dan analisis
dengan rumus :
korelasi secara terpisah, namun dalam kenyataan, istilah korelasi mencakup baik maslah korelasi dan regresi.
JK
∑ Y - JK Reg (b/a) - JK Reg(a) …………….(5)
Res
NALISIS III. A M ODEL D AN P EMBAHASAN
Langkah 8 : Mencari rata – rata jumlah kuadrat regresi (RJK
A . Tempat Penelitian
Reg [a] ) dengan rumus :
1. PT.Multi Nabati Sulawesi Unit Maleo, Jln.Trans Sulawesi,Desa
RJK Reg [a] = JK Reg[a ] …………………………………………. (6) Prov.Gorontalo
Maleo
Kec.Paguat,
Kab.Pohuwato
Langkah 9 : Mencari rata – rata Kuadrat Regresi (RJK Reg
pengamatan pada saat proses produksi, penentuan jumlah [b/a] ) dengan rumus : stasiun kerja dan mesin
2. Lab. Proses Produksi dan Lab.Sistem Produksi sebagi RJK Reg [b/a] = JK Reg [b/a] .………………………………… . (7) tempat pengujian (kalibrasi) alat yang digunakan.
Langkah 10 : Mencari rata – rata Jumlah kuadrat residu (RJK Res ) dengan rumus :
B . Rumus Yang DiGunakan Analisis regresi dapat dilakukan dengan langkah – langkah
JK
Res , ………………………… (8) sebagai berikut :
RJK Res =
Langkah 1 : membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat Langkah 11 : Menguji signifikasi dengan rumus : Langkah 2 : membuat Ha dan Ho dalam bntuk statistik Langkah 3 : membuat tabel penolong untung menghitung
RJK
Reg () b/a
angka statistik
F hitung =
Langkah 4 : memasukan angka – angka statistik dari tabel RJK Res ………………………… (9) penolong dengan rumus berikut ini :
Kaidah pengujian signifikasi : Jika : F
Y = a + bX ……………………..(1)
maka tolak Ho artinya signifikan dan
F hitung ≤F tabel , maka terima Ho artinya tidak signifikan Dengan taraf signifikasi : α = 0.01 atau α = 0.05
Dimana :
F tabel = F {( 1 – α) (dk Reg [b/a]),(dk Res)} Variabel Y adalah subjek variabel terikat yang diproyeksikan,
sedangkan varaibel X variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan terhadap a nilai konstanta harga
NALISISI IV. A M ODEL D AN P EMBAHASAN untuk Y jika X = 0, dan b adalah nilai arah sebagai penentu
ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+)
A. Analisa Hasil Perhitungan dan Pengamatan nilai penurunan (-) variabel Y
1. Hasil perhitungan dan pengamatan untuk stasiun kerja I (Mesin Grinder),untuk pengaruh faktor kebisingan
Tabel 2 : Hubungan Antara Jumlah Pengamatan Produktif Dan Kebisingan Variabel X dan Yuntuk Uji Linieritas
Rata-
Sumber Derajat Jumlah
Rata
Variansi Kebebasan Kuadrat
Jumlah
F hitung
F tabel
(SV) (dk) (JK)
Regresi Gambar 8. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif (a)
Dengan Getaran Mesin Untuk Stasiun Kerja 1 Regresi (b/a)
Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara Residu
pengamatan produktif dengan getaran mesin pada stasiun kerja Kebising
I dimana hasil garfik yang diperoleh berfluktuatif, hal ini an
disebabkan untuk aktivitas getaran yang dihasilakan pada Getaran stasiun kerja yang pertama cukup tinggi, dimana pengolahan
bahan baku pertama kali terjadi pada stasiun kerja ini yang dimana tingkat getaran yang dihasilkan sesuai dengan tingkat
Tabel dua (2) adalah hasil perhitungan untuk jumlah pengamatan produktif kadar air yang dikandung oleh bahan baku. Semakin tinggi yang diperoleh selama pengamatan terhadap variabel X dan Y untuk uji
kadar air yang dikandung oleh bahan baku maka tingakat linieritasnya. Untuk stasiun kerja ke 2 (dua) dan ke 3 (tiga) dengan cara
perhitungan yang sama untuk kedua faktor diatas, diperoleh juga untuk F Hitung getaran mesin yang dihasilkan akan jauh lebih tinggi.
diperoleh lebih kecil dari F Tabel , yang kesemuanya dapat dilihat dari gambar masing-masing grafik.
2. Hasil perhitungan dan pengamatan untuk stasiun kerja II (Mesin Pree Press),untuk pengaruh faktor kebisingan dapat dilihat dari gambar grafik berikut :
Gambar 7. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif Dengan Faktor Kebisingan Untuk Stasiun Kerja 1
Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara pengamatan produktif dengan faktor kebisingan pada stasiun
Gambar 9. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif Dengan Faktor Kebisingan Untuk Stasiun Kerja 2
kerja I (Mesin Grinder) dengan melihat garfik yang tidak terlalu berfluktuatif atau yang sifatnya rata-rata, sehingga
Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara terlihat bahwa hanya pada waktu-waktu tertentu terjadi
pengamatan produktif dengan faktor kebisingan pada stasiun fluktuatif yang cukup signifikan atau sangat berpengaruh.
kerja II (Mesin Pree Press) dengan melihat garfik yang Sedangkan untuk aktivitas pengaruh getaran mesin untuk
hampir sama atau berbentuk garis lurus, hal in dikarenakan stasiun kerja 1 (satu) dapat dilihat pada gambar berikut :
bahwa pada proses ini bahan baku yang diolah sudah memasuki tahapan 70 %, sehingga kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas mesin tidak terlalu besar.
Sedangkan untuk aktivitas pengaruh getaran mesin untuk stasiun kerja 2 (dua) dapat dilihat pada gambar berikut :
Sedangkan untuk aktivitas pengaruh getaran mesin untuk stasiun kerja 3 (tiga) dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 10. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif Dengan Getaran Untuk Stasiun Kerja 2
Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara pengamatan produktif dengan getaran mesin pada stasiun kerja
Gambar 12. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif Dengan Getaran Untuk Stasiun Kerja 3
II dengan melihat garfik yang dihasilkan fluktuasi yang Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara dihasilkan tidak terlalu berbeda, hal ini disebabkan untuk
pengamatan produktif dengan getaran mesin pada stasiun kerja aktivitas getaran yang dihasilakan pada stasiun kerja yang
II dengan melihat garfik yang dihasilkan fluktuasi yang kedua berkisar pada kondisi sedang atau tidak terlalu tinggi,
dihasilkan tidak terlalu berbeda, hal ini disebabkan untuk dimana pengolahan bahan baku sudah pada taraf 70 %,
aktivitas getaran yang dihasilakan pada stasiun kerja yang sehingga pada stasiun kerja ini yang dimana tingkat getaran
ketiga ini pun berkisar pada kondisi sedang atau tidak terlalu yang dihasilkan sesuai dengan bobot bahan baku yang akan
98 diolah,tetapi pada stasiun kerja ini jumlah mesin yang dipakai
tinggi, dimana pengolahan bahan baku sudah pada taraf
%, sehingga pada stasiun kerja ini yang dimana tingkat jauh lebih banyak dari stasiun kerja pertama dan ke tiga,
getaran yang dihasilkan sesuai dengan bobot bahan baku yang sehingga getaran yang dihasilkan masih cukup tinggi. Bahan
akan diolah,tetapi pada stasiun kerja ini jumlah mesin yang baku sudah bersifat solid (padatan).
dipakai sama dengan jumlah mesin pada stasiun kerja pertama, dimana bahan baku sudah bersifat cair sehingga getaran yang
3. Hasil perhitungan dan pengamatan untuk stasiun kerja III dihasilkan masih cukup tinggi, dimana tingkat ketelitian (Mesin Final Pree Press), untuk pengaruh faktor
seorang operator jauh lebih teliti pada stasiun kerja ini. kebisingan dapat dilihat dari gambar grafik berikut :
B. Analisa Pembahasan Hasil Perhitungan dan Pengujian Dari hasil perhitungan regresi diperoleh untuk perhitungan faktor signifikasi pengaruh faktor kebisingan diperoleh untuk mesin I (Grinder) F Hitung = 1,40989 dan F Tabel = 5,41 , untuk mesin II (Pre Press) F Hitung = 0,1009 dan F Tabel = 19,25, dan untuk mesin III (Final Pree Press) F Hitung = 1,786 dan F Tab = 6,39 dengan melihat hasil yang diperoleh untuk semua mesin dimana FHitung lebih kecil dari F Tabel maka untuk kedua faktor tersebut tidak saling berhubungan, sedangkan untuk pengaruh getaran mesin diperoleh untuk mesin I (Grinding) FHitung = 0,0145 dan F Tabel = 5,41 , untuk mesin II (Pree
Gambar 11. Hubungan Antara jumlah Pengamatan Produktif Press) pada stasiun kerja II diperoleh F Hitung =0,1009 F Tabel = Dengan Faktor Kebisingan Untuk Stasiun Kerja 2
19,25, dan untuk mesin III (Final Pree Press) pada stasiun Gambar grafik ini memberikan informasi bahwa antara
kerja III diperoleh F Hitung = 0,587 dan F Tab = 6,39 . Dari hasil pengamatan produktif dengan faktor kebisingan pada stasiun
perhitungan pengaruh getaran mesin ini diperoleh untuk F Hitung kerja III (Mesin Final Pree Press) dengan melihat garfik yang
lebih kecil dari F Tabel sehingga keterkaitan (signifikasi) tdak hampir sama atau berbentuk garis lurus, hal in dikarenakan
saling berkaitan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang bahwa pada proses ini bahan baku yang diolah sudah
tentunya dilibatkan dalam proses perhitungan seperti memasuki tahapan 98 %, atau tahapan akhir pengolahan
maitanance , pejadwalan, dan lain-lain, sehingga keterkaitan sehingga kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas mesin tidak
(signifikasi) akan mudah dihitung/diukur.[7] terlalu besar. Dimana jenis mesin yang digunakan hanya
bersifat penyaringan
D AFTAR P USTAKA Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat ditarik
ESIMPULAN V. K
[1] Napitupulu Natassia, 2009, “Gambaran Penerapan Ergonomi Dalam kesimpulan sebagai berikut:
Penggunaan Komputer Pada Pekerja” www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/listtipekoleksi.jsp?id=89 . April
2012
Signifikasi dari keterkaiatan antara waktu kerja produktif [2] Wigjosoebroto S, 2000 “Analisa Dan Redesain Stasiun Kerja Operasi dengan faktor kebsingan dan getaran mesin tidak terlalau
Tenun Secara Ergonomis Untuk Meningkatkan Produktifitas ” saling memepengaruhi dimana hasil perhitungan uji linieritas
www.downloadpdf.co.uk/pdf/sritomo-wignjosoebroto.html. April 2012 diperloeh untuk masing – masing stasiun kerja adalah :
[3] Simanjuntak R.A, Dedi A.Situmorang, 2010 “Analisis Pengaruh Shift
1. Stasiun kerja I (proses grinding) F Hitung untuk pengaruh Kerja Terhadap Beban Kerja Mental” faktor kebisingan adalah 1,409 sedangkan untuk pengaruh
http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/53_60_risma.pdf . April 2012 getaran mesinnya F Hitung adalah sebsar 0,0145 dengan
[4] Reksoatmodjo Tedjo N, 2009, “Statistika Teknik” Refika Aditama,Bandung
untuk keduanya F tabelnya adalah 5,41 sedangkan
2. Stasiun kerja ke II untuk faktor kebisingan diperoleh F [5] Sutalaksana Iftikar Z,dkk, 2006, “Teknik Perancangan Sistem Kerja”
Hitung sebesar 0.1009 dan untuk getaran mesinnya F Hitung
ITB,Bandung
sebesar 0.078 dengan F tabelnya untuk keduanya sebesar 19,25,
[6] Wignjosoebroto S, 2006, “Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu”,ITS, Stasiun kerja ke III untuk faktor kebisingan diperoleh F
Surabaya
Hitunganya
sebesar 1,786 sedangkan untuk faktor getaran mesinnya diperoleh F
sebesar 0,587 dengan F
[7] Riduan. 2004, “Metode Dan Teknik Penyusunan Tesis”, Alfabeta,
Hitung
tabel untuk
Bandung
keduanya adalah 6,39, dengan rata-rata tingkat kebisingan sebesar 90-92 db yang masih berada diambang batas pendengaran manusia normal, dan getaran mesin yang dihasilkan tergantung dari masing-masing aktivitas dan jenis
mesin yang dipakai.