Analisis Eksperimental dan Teoritis Defleksi Balok Tembaga dengan Penampang Tak Seragam

Analisis Eksperimental dan Teoritis Defleksi Balok Tembaga dengan Penampang Tak Seragam

Thomas Tjandinegara Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar-Indonesia [email protected]

Abstract—Penelitian

dalam pembangunan infrastruktur akan tetapi kualitas dan sifat

defleksi/lendutan lateral pada balok tembaga dengan penampang

dari berbagai macam bahan atau material tersebut berbeda-

tak seragam secara teoritis dengan metoda balok conjugate dan

beda. Tembaga merupakan salah satu logam non-ferrous yang

eksperimental dengan mengvariasikan letak dan besar

sangat penting dan banyak di pakai mulai dari industri

pembebanan. Tumpuan yang digunakan dalam penelitian adalah

sederhana sampai industri berteknologi tinggi. Tembaga

tumpuan sederhana (engsel dan rol), menggunakan 3 buah benda uji dari tembaga dengan perbandingan penampang yang

adalah bahan yang sangat diperlukan dalam banyak aplikasi

berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defleksi

karena memiliki sifat fisik dan mekanis yang baik, termasuk

yang terjadi pada balok tembaga berpenampang tak seragam

konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, ketahanan

baik secara eksperimental maupun teoritis bertambah seiring

terhadap korosi yang tinggi, dan sifat mampu las yang baik.

dengan adanya penambahan beban. Untuk ketiga balok uji,

Tembaga digunakan dalam industri-industri dengan berbagai

defleksi maksimum terjadi pada letak pembebanan ½ L (panjang

bentuk yang berbeda-beda sesuai kebutuhan penggunaannya.

batang). Balok uji yang berdiameter 7 mm sepanjang 600 mm

Penggunaan balok berbentuk prismatis telah sering

dan 14 mm sepanjang 200 mm mengalami defleksi yang paling

dijumpai pada konstruksi-konstruksi yang menggunakan balok

besar dan balok uji yang berdiameter 7 mm sepanjang 200 mm dan 14 mm sepanjang 600 mm mengalami defleksi yang paling

sebagai komponen strukturnya, tetapi sekarang ini pada

kecil. Persentase kesalahan rata-rata antara hasil penelitian

kondisi-kondisi tertentu balok non prismatis dengan

secara eksperimental dengan teoritis yaitu 5,47 %.

penampang yang tidak seragam lebih disukai penggunaanya dari pada batang prismatis. Banyak sekali keuntungan-

Kata Kunci: defleksi, metode balok konjugate, teoritis,

keuntungan penting yang terdapat dalam penerapan

eksperimental.

penggunaan batang non prismatis. Perubahan penebalan penampang pada batang non prismatis akan menyebabkan

I.P kekakuan yang tidak sama di setiap titiknya. Besarnya momen

ENDAHULUAN

inersia di setiap titik ini akan memberikan pengaruh pada

A. Latar Belakang besarnya momen-momen dan gaya-gaya geser di titik tersebut. Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan

Perbedaan besar momen-momen dan gaya-gaya geser di setiap dalam perencanaan kontruksi, elemen mesin, pesawat

titik pada penampang balok non prismatis ini mempengaruhi pengangkat, struktur rangka, konstruksi jembatan adalah

defleksi yang akan terjadi pada konstruksi tersebut. Selain itu perhitungan defleksi lateral pada elemen baik akibat beban

suatu keuntungan yang tidak kalah penting, dari segi sendiri maupun ketika mengalami suatu pembebanan luar.

konstruksinya balok non prismatis memiliki nilai keindahan Pada perencanaan konstruksi teknik, kemampuan untuk

(estetika).

menentukan beban maksimum yang dapat diterima oleh suatu Penelitian terkait fenomena defleksi telah banyak konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan,

dilakukan dengan berbagai jenis bahan dan variasi tumpuan. kebutuhan tersebut haruslah disesuaikan dengan

Mustafa (2007), meneliti defleksi batang berbentuk segi empat pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis, seperti

menunjukkan bahwa defleksi yang diperoleh secara kekuatan (strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan

eksperimental lebih besar jika dibandingkan dengan defleksi (stability) (Popov, E.P, 1993).

secara teoritis, dan besarnya defleksi maksimum cenderung Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung

terjadi pada pertengahan batang. Munandar, dkk (2011), yang pada sifat teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan

meneliti defleksi balok baja ST 50 menunjukkan bahwa kestabilan. Pada kriteria kekuatan, desain batang haruslah

defleksi maksimum yang terjadi secara eksperimental maupun cukup kuat untuk menahan gaya geser dan momen lentur,

teoritis terjadi pada jarak pembebanan L/2 (panjang batang = sedangkan pada criteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku

200 mm), yakni sebesar 0,14 mm dan 0,13 mm dan defleksi untuk menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak

minimum terjadi pada jarak pembebanan L/4 (panjang batang melendut melebihi batas yang telah diizinkan.

= 200 mm) sebesar 0,013 mm dan 0,014 mm, serta persentase Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap sifat

kesalahan antara hasil penelitian secara eksperimental dengan teknik dan kualitas suatu batang adalah jenis bahan atau

teoritis berkisar antara 2 % -8%. Berdasarkan pada fakta-fakta material dari batang itu sendiri. Oleh karena itu, pemilihan

diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait bahan atau material yang sesuai merupakan hal yang sangat

fenomena lendutan material tembaga berbentuk non prismatic penting. Meskipun terdapat banyak bahan atau material yang

dengan judul: Analisis Eksperimental dan Teoritis Defleksi dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam industri maupun

Balok Tembaga dengan Penampang Tak Seragam.

putaran sudut dan lendutan pada balok dengan menggunakan

B. Batasan Masalah balok konjugasi. Balok konjugasi (conjugate beam) adalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

balok fiktif yang sama panjangnya seperti pada balok

1) Material yang akan diuji adalah tiga buah balok sebenarnya (real beam) yang dibebani oleh diagram bidang tembaga dengan spesifikasi sebagai berikut :

momen dari balok asli sedemikian rupa sehingga gaya geser

a) Modulus elastisitas, E =11,7 x 1010 N/m2 dan momen lentur pada suatu titik pada balok konjugasi

b) Panjang 800 mm. merupakan putaran sudut dan lendutan pada balok aslinya.

c) Berbentuk silinder pejal dengan perbandingan Prinsip-prinsip metode ini adalah bahwa bidang momen penampang:

yang terjadi pada real beam dibagi dengan faktor kekakuan • balok uji I dengan diameter 14 mm sepanjang 600

dari balok (EI), diperlakukan sebagai beban pada balok mm dan 7 mmsepanjang 200 mm

konjugasi.

• balok uji II dengan diameter 14 mm sepanjang 400 Untuk mengetahui besarnya deformasi yang terjadi pada mm dan 7 mm sepanjang 400 mm

real beam, dapat diikuti ketentuan sebagai berikut ini. • balok uji III dengan diameter 14 mm sepanjang 200

1. Putaran yang dibentuk oleh garis singgung pada suatu mm dan 5 mm sepanjang 600 mm

titik dari real beam yang berdeformasi terhadap

2) Pembebanan diberikan pada jarak ¼ L (200 mm), ½ sumbu balok semula, besarnya sama dengan gaya L (400 mm), dan ¾ L (600 mm).

lintang yang terjadi pada titik/penampang yang sama

3) Besar beban yang diberikan yaitu 500 gram, 700

dari conjugate beam.

gram, dan 1000 gram.

2. Lendutan atau defleksi yang terjadi pada suatu titik

4) Beban yang digunakan adalah beban titik. dari real beam yang berdeformasi terhadap posisi

5) Jenis tumpuan yang digunakan adalah tumpuan semula, besarnya sama dengan momen lentur yang sederhana (engsel-rol).

terjadi pada titik/penampang yang sama dari

6) Metode analisis teoritis yang digunakan adalah

conjugate beam.

metode balok konjugate. Dengan mengingat ketentuan (1) dan (2) tersebut diatas, maka di dalam perhitungan besar dan arah deformasi yang

II.L ANDASAN T EORI terjadi pada real beam, kita harus merubah macam perletakan

A. Fenomena Defleksi atau sambungan konstruksi real beam menjadi konstruksi Defleksi adalah perubahan bentuk pada bahan dalam arah

conjugate beam dengan memperhatikan sifat-sifat dari y akibat adanya pembebanan vertikal yang diberikan

perletakannya.

pada balok

Perhatikan balok dengan tumpuan sederhana dengan (http://en.wikipedia.org/wiki/deflection.engineering ).

atau

batang

beban-beban sebagai berikut.

Deformasi pada bahan secara sangat mudah dapat

Kondisi I :

dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum Balok sederhana dengan beban terpusat ditengah balok mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan

netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengandeformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari bahan.

Gambar 1. Defleksi pada balok sederhana Sumber : http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/kekuatanbahan

Gambar 2. Balok tumpuan sederhana dengan beban terpusat di tengah balok Gambar 1(a) memperlihatkan balok pada posisi awal

Sumber: http://id.scribd.com/doc/100399528/Conjugate-Beam sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1(b) adalah balok

Menghitung gaya lintang dan momen: dalam konfigurasi terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi

MA = 0

pembebanan. Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai

defleksi bahan. Dalam penerapan, kadang kita harus

PL L L

menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok.

 4 EI   2   2 

Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang

sering disebut persamaan defleksi kurva (kurva elastis) dari

 2 PL 

bahan.

16 EI 

II.2. Metoda Balok Konjugate

Metode balok konjugasi (the conjugate beam

method) adalah salah satu metode untuk menentukan besarnya

2  Gambar 5. Balok sederhana dengan beban terpusat tidak tepat ditengah balok PL 

Sumber: V http://id.scribd.com/doc/100399528/Conjugate-Beam

A = − 

16 EI 

V A . a − M C = 0 M C = V A . a Pb

L Pab

Maka :

Gambar 3. Potongan A-C

Pab

Sumber: http://id.scribd.com/doc/100399528/Conjugate-Beam

LEI

L  PL   L   L  − M C + V A . − 

     = 0 1 Pab 1 1 Pab 2

2  4 EI   4   6 

   PL  M C =

2 LEI 3 2 LEI 3

Pab  1 2 2 2 

V B = 2  b + ab + a   (9) 

48 EI

6 L EI  3 3 

V A − D A = 0 1 Pab 1 1 Pab 2

2  LEI   3  2  LEI  3

2 Pa 3 b  1  Pab

2 LEI  3  3 LEI

Gambar 4. Arah Reaksi

M C = y C PL 3 y C =

Gambar 6. Arah Reaksi

48 EI

Sumber: http://id.scribd.com/doc/100399528/Conjugate-Beam

Pab  1 2 2 2  PL

V A = 2  a + ab − b  θ (10)

2 L EI  3 3 

16 EI

Pab  1 2 2 2  PL

θ A = 2  a + ab − b  θ (11)

2 L EI  3 3 

16 EI

Kondisi II:

Balok sederhana dengan beban terpusat tidak tepat ditengah

Pab  1 2 2 2 

θ B = 2  b + ab + a 

balok.

6 L EI  3 3 

III.M ETODOLOGI P ENELITIAN

A. Gambar Instalasi Pengujian dan Balok Uji

Gambar 7. Instalasi Pengujian

Gambar 8 . Balok uji I

IV.H ASIL DAN P EMBAHASAN Gambar 9. Balok uji II

Hasil perhitungan defleksi secara teoritis dan eksperimental dari ke 3 balok uji dapat dilihat pada table 1. dan Tabel 2. berikut :

Tabel 1. Hasil Perhitungan Defleksi secara Teoritis

Gambar 10. Balok uji III

Defleksi tiap titik (mm)

Jarak pembebanan

Jarak pembebanan 1/2 Jarak Pembebanan

B. Flowchart Penelitian

1/4L

3/4L

y1

y2

y3

y1

y2

y3 y1 y2 y3

I 700

II 700

III

Tabel 2 . Hasil Pengujian Defleksi secara Eksperimental gunakan dalam pengujian secara eksperimental yang ( rata-rata 3 pengujian )

di dasarkan pada tegangan aktual.

3. Kekurangakuratan alat ukur (Dial gauge) dalam

Defleksi tiap titik (mm)

pembacaan besarnya defleksi yang terjadi pada balok

Balok Beban Uji

(gram) Jarak pembebanan 1/4L

Jarak pembebanan 1/2

Jarak Pembebanan

uji selama penelitian berlangsung.

3/4L

Dari semua data pengujian menunjukkan bahwa nilai

defleksi secara eksperimental cenderung lebih besar dibandingkan nilai perhitungan teoritis. Hal ini dipengaruhi

1.45 1.92 1.38 1.51 2.12 1.63 1.02 1.61 1.44 oleh kekakuan material dan pembebanan secara langsung yang

I 700

1.93 2.71 1.90 2.06 2.98 2.30 1.42 2.30 2.04 berulang sehingga menyebabkan pergeseran material uji yang

2.52 3.08 1.87 2.93 4.34 3.27 1.95 3.25 2.88 lebih besar pada saat pengujian.

Adapun persentase kesalahan defleksi yang diperoleh

1.48 2.12 1.57 1.88 3.12 2.34 1.38 2.38 2.02 menunjukkan bahwa perbedaan nilai defleksi secara

II 700

2.06 2.85 2.10 2.64 4.22 3.19 1.91 3.29 2.88 eksperimental dan teoritis memang tidak terlalu signifikan.

2.93 3.99 2.62 3.85 6.03 4.58 2.68 4.53 4.00 Persentase kesalahan terbesar yaitu 8,74% (nilai defleksi y3

2.06 2.64 1.73 2.94 5.71 3.69 1.68 2.74 2.31 pada pengujian balok uji I dengan beban 500 gram pada jarak ¾ L). Persentase kesalahan rata-rata yaitu sebesar 5,47 %.

4.04 5.17 3.37 5.85 11.13 7.32 3.28 5.45 4.54 V.K ESIMPULAN Dari hasil pengujian dan analisa data yang telah dilakukan,

Perhitungan defleksi yang dilakukan dengan metode balok maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : konjugasi menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan

1. Defleksi yang terjadi pada balok tembaga dengan hasil pengujian eksperimental untuk ketiga balok uji. Sebagai

penampang tak seragam mengalami peningkatan ilustrasi diperlihatkan untuk beban 1000 gram seperti

seiring dengan adanya penambahan pembebanan. ditunjukkan pada grafik 1. berikut ini.

2. Defleksi maksimum pada balok tembaga dengan penampang

tak

seragam

terjadi pada letak

pembebanan ½ L. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin jauh jarak pembebanan dari kedua tumpuan

(engsel-rol) maka semakin besar defleksi yang terjadi.

Series3

3. Semakin panjang bagian balok yang berdiameter kecil

Series4

dibandingkan dengan yang berdiameter besar maka

Series5 Series6

balok cenderung akan mengalami defleksi yang

Series7

semakin besar.

Series8 Series9

4. Defleksi yang diperoleh dari pengujian eksperimental

lebih besar dari defleksi yang diperoleh dari perhitungan secara teoritis. Persentase kesalahan

Series10

0 defleksi rata-rata yaitu sebesar 5,47 %.

D AFTAR P USTAKA Series 1 : Eksperimental Balok 3

Series 9 : Teoritis Balok 2

Series 10 : Teoritis Balok 3

Series 3 : Eksperimental Balok 1

Series 4 : Eksperimental Balok 2

Series 8 : Teoritis Balok1

[1] Mahmud, Said. 2005. Analisis Lendutan pada Material Kuningan Tembaga dan ST 42 dengan bentuk yang sama.

Demikian pula untuk beban 500 gram dan 700 gram. Majalah Ilmiah Al-Jibra, Volume 12 No 39. Perbedaan nilai defleksi eksperimental dan teritis tentunya

[2] Munandar, dkk. 2011. Analisis Eksperimental dan Teoritis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

Lendutan Pada Balok Dengan Variasi Ketebalan dan

1. Besarnya defleksi yang terjadi pada balok secara Pembebanan, diakses pada tanggal 18 Desember 2011 http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/446.

eksperimental dipengaruhi oleh berat balok yang mana hal ini tidak di perhitungkan dalam perhitungan

[3] Mustafa.

Analisa Teoritis Dan Eksperimental Defleksi Pada Balok Segiempat Dengan Variasi

2007. Perbandingan

secara teoritis

Material. Jurnal Ilmiah Matematika Dan Terapan, ISSN 1829- terjadinya perbedaan antara hasil eksperimental

8133, Vol. 4 No. 2.

dengan teoritis. [4] Popov, E.P. dan Astamar, Z. 1996. Mekanika Teknik

2. Nilai modulus elastisitas yang di gunakan dalam

(Terjemahan). Erlangga, Jakarta.

perhitungan secara teoritis adalah nilai modulus [5] Timoshenko, S dan Gulo, D.H. 1986. Dasar-dasar Perhitungan elastisitas yang di pengaruhi oleh tegangan teoritis,

Kekuatan Bahan (Terjemahan). Restu Agung, Jakarta. berbeda dengan nilai modulus elastisitas yang di

Aplikasi Infrared Heater Untuk Mesin Pengering Biji

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24