I Ketut Adi Atmika

I Ketut Adi Atmika

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik-Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Indonesia [email protected]

Abstrak — Perbaikan kinerja perilaku arah kendaraan sudah

parameter-parameter serta kondisi operasi bisa digunakan

dilakukan dengan menambahkan sistem kontrol pengereman,

sebagai variabel input untuk sistem kontrol torsi ini, kemudian

sistem kontrol traksi dengan kontrol pembukaan katup trottle dan

dianalisa kinerja perilaku arah kendaraan.

intervensi pengereman. Sistem kontrol traksi/torsi roda penggerak

Penelitian tentang konsep baru sistem kontrol traksi, yaitu

dengan Continously Variable Transmission (CVT) akan dibahas disini. Sistem kontrol pengereman dan sistem kontrol traksi pada

dengan HTCS

(Hybrid

Traction Control System)

dasarnya berpegangan pada setting point ratio slip pada kondisi

menggunakan Engine Inertia Brake [1]. Desain dan aspek

pengereman/percepatan optimum. Makalah ini akan menjelaskan

konstruksi

dari Zero

Inertia

Conntinouse Variable

analisa perilaku arah kendaraan dari sistem kontrol torsi roda

Transmission untuk kendaraan penumpang didapatkan

penggerak dengan CVT menggunakan simulasi komputer. Untuk

effisiensi transmisi dan kebutuhan bahan bakar yang optimum

proses simulasi dibuat model kendaraan secara lengkap dengan

input kondisi dan parameter operasi dimana sistem itu bekerja,

Pengembangan system dengan flywheel assisted driveline

dengan setting point ratio slip ( λ ) pada koefisien gesek longitudinal

bahwa ratio CVT dikontrol untuk mendapatkan kebutuhan

yang bervariasi. Analisa perilaku arah kendaraan difokuskan pada

ratio gigi yang diinginkan pada effisiensi transmisi

perilaku gerakan belok kendaraan. Yaw respon akan dibandingkan

maksimum, juga untuk mencegah slip pada belt [3]. Penelitian

dengan yaw ackermannya, untuk mendapatkan gambaran kinerja perilaku arah kendaraan. Respon kontrol traksi akan

mengenai dua strategi kontrol untuk pembukaan katup engine

dibandingkan dengan respon kontrol pengereman. Hasil simulasi

dan perubahan ratio CVT untuk meningkatkan driveability dan

menunjukkan pada kecepatan yang cukup tinggi yaitu 80 km/jam

kebutuhan bahan bakar yang ekonomis pada kondisi tertentu

sistem kontrol traksi dengan CVT masih bekerja dengan baik,

sedangkan kontrol pengereman pada kecepatan diatas 60 km/jam

Pengembangan

Antilock

Breaking System dengan

kondisi kendaraan cenderung oversteer.

mengaplikasikan control indeks yaw dinyatakan bahwa

Kata kunci—Sistem kontrol traksi, CVT, ratio slip ( λ ), koefisien

gerakan yawing adalah salah satu parameter kunci dalam

gesek longitudinal, yaw respon, yaw ackerman, oversteer.

menentukan stabilitas arah kendaraan [5].

ENDAHULUAN I. P

ETODE II. M

Kinerja Perilaku arah kendaraan belakangan ini menjadi Gaya gesek disebabkan oleh slip yang terjadi diantara roda perhatian serius dalam hal merancang desain dan

penggerak dan permukaan jalan. Selama percepatan perlengkapan-perlengkapan kendaraan. Untuk memperbaiki

menimbulkan slip () pada roda-roda tersebut [6]. : stabilitas arah kendaraan, baik pada kondisi jalan lurus

maupun jalan belok dapat dilakukan dengan penambahan alat

V tertentu, baik secara tersendiri maupun secara bersama-sama

dimana : V = kecepatan kendaraan (m/s) atau terintegrasi. Pada kondisi jalan dengan koefisien gesek

r = jari-jari roda penggerak (m) yang rendah, ABS mencegah roda lock selama pengereman.

 = kecepatan angular roda Sistem kontrol traksi (TCS) yang ada mencegah roda melintir

penggerak (rad/s)

selama percepatan berlangsung, khususnya pada kondisi jalan Suatu konsep kontak ban dan jalan yang mengubah suatu lurus. Sistem kontrol traksi/torsi pada roda penggerak dengan

konsep pengereman/traktif dan concerning effort yang telah CVT dapat dipakai sebagai salah satu alternatif untuk

ada. Hasilnya seperti ditunjukkan pada gambar 1. memperbaiki kinerja dan respon kendaraan, bila dioperasikan

pada kondisi jalan belok. Sistem kontrol torsi atau sistem kontrol traksi ini, biasanya

dioperasikan secara terintegrasi dengan sistem steering empat roda yang akan memberikan akselerasi tinggi yang berkaitan dengan kestabilan, serta tidak diperlukan pengendalian yang berlebihan. Disamping itu, pada kondisi belok informasi

kecepatan kendaraan (V), sudut steer roda depan (δ f ) dan kecepatan kendaraan (V), sudut steer roda depan (δ f ) dan

dimana : T p = Torsi pulley primer T s = Torsi pulley sekunder T b = Torsi belt

I p = Momen Inersia pulley primer

I s = Momen Inersia pulley sekunder

c p = konstanta redaman primer

c s = konstanta redaman sekunder k

b = kekakuan belt

Gambar 1. Koefisien percepatan lateral [6]

m b = massa belt

Pada prinsipnya konsep ABS system dan TCS system adalah

menjaga slip roda () seperti yang diharapkan (desired range),

Kemudian dengan memisalkan

sehingga mendapatkan kondisi pengereman/accelaration traktif optimum.

A. Pemodelan

driveline

Sehingga didapat :

Gambar 1. Pengaruh skid terhadap koefisien adhesi

I 

Kemudian ditulis dalam bentuk state space

X   A . X  Bu

Gambar 2. Model power train

Drive shaft

Torsi engine dari laju aliran massa udara [8]:

Dari gambar 2. Skema power train dan dengan penyederhanaan diapatkan torsi pada drive shaft adalah

Te = -39,22 + (3252024/120Ne).(0,0005968.Ne - 0.1336.Pm +

sebagai berikut :

0.0005341 Ne.Pm + 0.00000175 Ne.Pm 2 ) - 0,0112. 2

T sh  i f . T s

0,000675..Ne.(2/60) + 0,635. + 0.0216. Ne.(2/60) -

0,000102.Ne 2 .(2/60) 2 (2)

Persamaan dinamika roda penggerak tanpa pengereman :

 T sh  F w . R w  T ω r  w

dimana :

Pm = 50,66 Kpa

Ne = putaran mesin (rpm)

dimana :

  CVT

 = 10 0 <  < 45 0 F w = gaya dorong pada roda penggerak (N) Ne = putaran mesin (rpm)

R w = jari-jari roda penggerak (m) T r = torsi rolling resistance (Nm) T sh = torsi pada poros roda penggerak (Nm) J w = Momen Inersia Polar pada roda

Vehicle Dinamika kecepatan kendaraan adalah hasil dari gaya roda

F w dan hambatan aerodinamis dan dituliskan :

dimana :

F w = gaya dorong pada roda (N)

Gambar 3. Torsi dan gaya pada CVT

c v = suatu konstanta aerodinamis

Dari gambar 3, maka persamaan-persamaan yang berkaitan :

v = kecepatan kendaraan (m/s) m = massa kendaraan (kg)

ASIL D III. H AN D ISKUSI

Simulasi dilakukan pada persen slip () = 0,2. Dasar pengambilan ini adalah pada konsep kontak ban dan jalan (gambar 1), dimana diharapkan slip sekecil-kecilnya tetapi tetap pada koefisien gesek longitudinal dan koefisien lateral yang cukup besar. Kecepatan kendaraan yang diambil juga bervariasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja kontrol torsi dengan CVT tersebut. Demikian juga sudut steer diambil adalah 5 derajat step dan 10 derajat step. Beberapa contoh hasil simulasi ditampilkan pada gambar 4 sampai dengan gambar 9, dan gambar 10 merupakan rangkumannya.

Gambar 6. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 100 km/jam,  f = 10 0

Gambar 4. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 60 km/jam,  f =5 0

Gambar 7. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 60 km/jam,  f = 10 0

Gambar 5. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 80 km/jam,  f =5 0

Gambar 8. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 80 km/jam,  f = 10 0

(a). kondisi 20 km/h-sudut steer 15 derajat

Gambar 9. Grafik Yawrate vs waktu, untuk  = 0,2, V = 100 km/jam,  f = 10 0

(b). kondisi 50 km/h-sudut steer 15 derajat

Gambar 10. Grafik Yawrate vs kecepatan kendaraan

Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa dengan naiknya kecepatan kendaraan maka harga rata-rata yawrate pada kondisi steady juga cenderung naik jika dioperasikan pada kondisi operasi sudut steer yang sama, demikian juga dengan naiknya sudut steer maka harga rata-rata yawrate pada kondisi steady juga cenderung naik jika dioperasikan pada kecepatan yang sama. Dapat dilihat juga bahwa pengaruh setting slip relatif kecil terhadap harga rata-rata yawratenya.

Kemudian hasil respon kinerja perilaku kontrol traksi (c) kondisi 60 km/h-sudut steer 15 derajat Gambar 11. Respon kendaraan dengan kontrol pengereman ABS [5] dibandingkan dengan respon kontrol pengereman ABS.

Tampilan hasil dari kontrol pengereman untuk berbagai Dari gambar 11. respon kendaraan dengan kontrol ABS kondisi operasi ditunjukkan pada gambar 1.

pada kecepatan 20 km/jam dan 50 km/jam masih cukup baik dimana

mendekati yawrate ackermannya, sedangkan pada kecepatan 60 km/jam yawrate respon mulai menjauh diatas yawackermannya, sehingga kendaraan cenderung oversteer.

ESIMPULAN IV. K Dari hasil perhitungan dan analisa dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

 Sistem kontrol traksi dengan CVT dapat bekerja pada setting persen slip yang dikehendaki, dimana yawrate respon bisa dikontrol sehingga kondisinya  Sistem kontrol traksi dengan CVT dapat bekerja pada setting persen slip yang dikehendaki, dimana yawrate respon bisa dikontrol sehingga kondisinya

Zero Inertia CVT for Passenger Cars”, FISITA Word  Dari analisa yawrate respon dan yawrate ackerman

Automotive Congress Seoul .

dapat dilihat bahwa sistem kontrol traksi dengan [3] B.G. Vroemen, Frans E. Veldpaus, 2000 “Control of a CVT in a CVT memberikan prilaku arah kendaraan yang baik,

Flywheel Assisted Driveline”, FISITA Word Automotive ditunjukkan dengan kondisi steady state yang dicapai

Congress Seoul .

rata-rata pada 100 milisekon dan yawrate respon [4] Alex F.A. Serrarens, Frans E. Veldpaus, 2000, “New Concept mendekati yawrate ackermannya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24