Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
C. Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Program merupakan sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Arikunto, 2005). Pencapain tujuan tersebut diukur dengan cara dan alat tertentu. Kegiatan yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan tersebut dikenal dengan evaluasi (penilaian) program. Penilaian terhadap program dapat didasarkan atas jasa, nilai, atau manfaat dari program. Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu program, dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.
Petani yang terlibat dalam program akan memberikan penilaian terhadap program sesuai dengan apa yang memenuhi kebutuhannya. Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) akan diterima sasaran secara efektif apabila terdapat kesesuaian antara keinginan petani dengan penyelenggaraan program terkait perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta hasil dan manfaat dari program. Agar distribusi dari penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat dikategorikan menjadi sangat baik, baik, cukup baik, buruk, dan sangat buruk, maka digunakan median score untuk mengukur kategori, yaitu dengan menentukan nilai tengah dari data yang sudah diurutkan.
Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Jumlah (orang)
Persentase (%) Median 1 Sangat buruk
1 1 2,4 2 Buruk
2 3 7,3 3 Cukup baik
3 2 4,9 5 4 Baik
4 9 22,0 5 Antara baik dan sangat baik
4 1 2,4 6 Sangat baik
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Berdasarkan tabel 5.7 di atas, penilaian petani terhadap penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong sangat baik yaitu sebesar 61%. Penilaian sangat baik ini dikarenakan program pembangunan yang dilaksanakan menurut sebagian besar petani sangat sesuai dengan kebutuhan yang mereka rasakan, lokasi pembangunan juga sangat tepat, infrastruktur yang dibangun sangat mempermudah akses petani dalam kegiatan sosial dan ekonomi, sehingga petani merasa program pembangunan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penjabaran penilaian petani terhadap penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa Duren dan Regunung dapat dapat dilihat dalam berbagai tahapan serta hasil dan manfaat yang petani rasakan.
1. Penilaian Petani terhadap Perencanaan
Penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan pemahaman dan pengambilan keputusan baik buruknya persiapan yang dilakukan sebelum dilaksanakan pembangunan teknis. Indikator yang digunakan untuk mengukur penilaian petani terhadap perencanaan program meliputi berapa dan siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan perencanaan, bagaimana proses perencanaan yang dilaksanakan, dan apa hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan perencanaan program.
Jumlah (orang)
Persentase (%) Median
1 Sangat buruk
3 Cukup baik
5 Sangat baik
Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan tabel 5.8 di atas, penilaian petani terhadap perencanaan
program tergolong dalam kategori sangat baik sebesar 65,9%. Penilaian sangat baik ini dikarenakan menurut sebagian besar petani dalam kegiatan perencanaan semua pihak baik dari konsultan dari tingkat kabupaten, aparat kecamatan, aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan masyarakat miskin ikut terlibat dalam kegiatan sosialisasi maupun musyawarah desa dan kegiatan evaluasi yang diselenggarakan. Pembentukan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) disesuaikan dengan persetujuan masyarakat melalui perwakilan masyarakat miskin, dalam kegiatan perencanaan telah dibahas persiapan masyarakat, beserta desain pembangunan baik lokasi, jenis infrastruktur berdasarkan skala prioritas kebutuhan yang dipilih masyarakat.
2. Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan
Pemahaman dan pengambilan keputusan petani terhadap keberlangsungan pembangunan secara teknis merupakan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Penilaian tersebut didasarkan pada penilaian terhadap efisiensi kegiatan pembangunan, kegiatan pemantauan dan pendampingan yang dilakukan, serta pemberdayaan dan keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Tabel 5.9 Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program
Jumlah (orang)
Persentase (%) Median
1 Sangat buruk
3 Cukup baik
5 Sangat baik
5 21 51,2
Jumlah
41 100,0
pelaksanaan program tergolong dalam kategori sangat baik yaitu sebesar 51,2%. Penilaian tersebut didapatkan dari pengambilan keputusan petani yang sebagian besar menyatakan pelaksanaan kegiatan pembangunan sudah efektif baik dari segi waktu yang sesuai dengan perencanaan, biaya sesuai anggaran, pekerja dioptimalkan dari masyarakat miskin setempat, akan tetapi waktu program sangat singkat sehingga terkesan terburu-buru. Kegiatan pendampingan juga dilaksanakan oleh pihak konsultan maupun fasilitator dari awal sampai dengan akhir apabila dibutuhkan dan diminta oleh masyarakat, selain itu masyarakat dapat terjun langsung mengetahui perkembangan kegiatan pembangunan, desain pekerjaan, alokasi bahan, waktu, dan anggaran pembangunan melalui kegitan pelaporan dari OMS.
3. Penilaian Petani terhadap Evaluasi
Penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah pemahamanan pengambilan keputusan petani terhadap koreksi pelaksanaan program. Penilaian tersebut dapat diukur dari berbagai indikator yaitu: frekuensi kegiatan evaluasi, proses kegiatan evaluasi, beserta manfaat dari kegiatan evaluasi yang dilaksanakan. Tabel 5.10 Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program
Jumlah (orang)
Persentase (%) Median
1 Sangat buruk
3 Cukup baik
5 Sangat baik
Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan tabel 5.10 di atas, penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) juga tergolong dalam kategori sangat baik yaitu sebesar 61%. Hal tersebut disebabkan karena dalam penyelenggaraan program menurut sebagian besar petani sering diadakan rembug desa beserta evaluasi kegiatan diawal, tengah, maupun Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan tabel 5.10 di atas, penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) juga tergolong dalam kategori sangat baik yaitu sebesar 61%. Hal tersebut disebabkan karena dalam penyelenggaraan program menurut sebagian besar petani sering diadakan rembug desa beserta evaluasi kegiatan diawal, tengah, maupun
4. Penilaian Petani terhadap Hasil
Hasil program merupakan wujud nyata pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat sekitar terutama petani. Penilaian terhadap hasil program dapat dilihat dari penilaian petani terhadap sesuai tidaknya infrastruktur yang telah dibangun dengan keinginan dan kebutuhan petani. Tabel 5.11 Penilaian Petani terhadap Hasil Program
Jumlah (orang)
Persentase (%) Median
1 Sangat buruk
3 Cukup baik
5 Sangat baik
Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan tabel 5.11 di atas, penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong dalam kategori baik yaitu sebesar 41,5%. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar petani merasa infrastruktur yang dibangun sudah tepat dengan lokasi yang sesuai. Kualitas bangunan yang diusahakan diawal sudah baik, akan tetapi karena pengaruh musim pada saat dilaksanakan pembangunan teknis serta waktu pembangunan yang terlalu singkat sehingga menurunkan ketahanan dan kualitas bangunan yang dibangun, selain itu belum dilakukan realisasi perencanaan pemeliharaan hasil program selanjutnya Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan tabel 5.11 di atas, penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong dalam kategori baik yaitu sebesar 41,5%. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar petani merasa infrastruktur yang dibangun sudah tepat dengan lokasi yang sesuai. Kualitas bangunan yang diusahakan diawal sudah baik, akan tetapi karena pengaruh musim pada saat dilaksanakan pembangunan teknis serta waktu pembangunan yang terlalu singkat sehingga menurunkan ketahanan dan kualitas bangunan yang dibangun, selain itu belum dilakukan realisasi perencanaan pemeliharaan hasil program selanjutnya
5. Penilaian Petani terhadap Manfaat Manfaat program merupakan nilai guna yang diperoleh petani dari program. Pemahaman serta pengambilan keputusan baik buruknya terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat diukur dari seberapa besar manfaat yang dirasakan petani dari sisi sosial maupun ekonomi dengan adanya penyelenggaraan dan hasil dari program. Tabel 5. 12 Penilaian Petani terhadap Manfaat Program
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Median
1 Sangat buruk
3 Cukup baik
4 Antara cukup baik dan baik
6 Antara baik dan sangat baik
7 Sangat baik
Sumber : Analisis Data Primer, 2011. Berdasarkan table 5.12 di atas, penilain petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong sangat baik yaitu sebesar 56,1%. Hal ini didukung dari pernyataan sebagian besar petani yang merasa Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) memberikan kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin sekitar, infrastruktur yang dibangun memperlancar akses keluar masuknya produk pertanian keluar daerah, sehingga peningkatan kemudahan petani terhadap akses infrastruktur sangat dirasakan. Selain dari sisi kemudahan menjangkau infrastruktur, penyelenggaraan program menurut sebagian besar petani sangat bermanfaat untuk meningkatkan kebersamaan antar warga, peningkatan hubungan dengan aparat desa, kepercayaan terhadap aparat kecamatan dan kabupaten, serta kemudahan akses sosial dengan masyarakat daerah lain. Oleh karena itu petani memberikan penilaian sangat baik terhadap manfaat yang diperoleh dari penyelenggaraan
Program Peningkatan Infrastuktur Pedesaan (PPIP)
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani terhadap penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Karakteristik sosial ekonomi yang diteliti adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolita. Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) didasarkan pada: penilaian petani terhadap perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi program, hasil program, serta manfaat program.
1. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel
5.13 berikut. Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan
Penilaian Petani terhadap
Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
No
Karakteristik Petani
Penilaian Petani terhadap
Perencanan PPIP
α Tingkat Kepercayaan
2. Pendidikan Formal
3. Pendidikan Non formal
5. Luas Usahatani
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,181 dan t hitung sebesar 1,149 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani perencanaan terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 87%.
Kondisi di lapang petani miskin berusia tua maupun muda tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan baik sosialisasi maupun musyawarah desa, perencanaan hanya dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat miskin yang akan menyampaikan secara langsung pada masyarakat miskin termasuk petani sebelum pelaksanaan program, Oleh karena itu baik petani miskin yang berusia tua maupun muda sama-sama dapat menerima informasi secara jelas dari perwakilan masyarakat miskin per RT dan memberikan penilaian yang baik pula terhadap program.
b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,157 dan t hitung sebesar 0,993 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan
(PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 83%.
Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi ataupun rendah juga tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan baik sosialisasi maupun musyawarah desa, perencanaan hanya dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat miskin yang akan menyampaikan secara langsung pada masyarakat miskin termasuk petani sebelum pelaksanaan program, Oleh karena itu baik petani miskin yang berpendidikan tinggi maupun rendah tidak dapat secara langsung menyumbangkan ide dan ikut serta dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan perencanaan.
c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,100 dan t hitung sebesar 0,628 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 73%. Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik dan sebaliknya, karena semua masyarakat miskin sama-sama Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,100 dan t hitung sebesar 0,628 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 73%. Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik dan sebaliknya, karena semua masyarakat miskin sama-sama
d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,067 dan t hitung sebesar -0,419 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 66%.
Kondisi di lapang dalam kegiatan perencanaan memang tidak melibatkan masyarakat miskin secara keseluruhan yang membahas kesiapan masyarakat, pembentukan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS), pemilihan Kader Desa, pembentukan KPP, dan penyusunan RPJM, pemilihan jenis dan lokasi melalui musyawarah juga sudah sesuai. Sehingga tidak ada pengaruh bagi masyarakat yang memiliki tingkat pemenuhan kebutuhan tinggi maupun rendah dalam melakukan penilaian terhadap perencanaan kegiatan.
e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,026 dan t hitung sebesar -1,723 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,026 dan t hitung sebesar -1,723 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap
Kondisi di lapang dalam serangkaian kegiatan perencanaan meskipun petani tidak terlibat secara langsung dan hanya melalui perwakilan, serta pemilihan lokasi dan infrastruktur yang dipilih dirasa sudah sesuai, akan tetapi petani yang memiliki lahan sempit justru lebih antusias dan memberikan tanggapan lebih baik terhadap rencana pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,155 dan t hitung sebesar 0,979 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 83%.
Kondisi di lapang, tinggi rendahnya kemampuan petani mengadakan perjalanan keluar dan kemampuan mengakses media tidak mempengaruhi penilaian petani, karena semua petani miskin sama-sama telah memperoleh informasi secara jelas melalui kegiatan sosialisasi dan musyawarah yang disampaiakan perwakilan masyarakat miskin. Sehingga petani sama-sama dapat memberikan penilaian baik terhadap kegiatan perencanaan program.
terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel
5.14 berikut. Tabel 5.14. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan
Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
No Karakteristik Petani
Penilaian Petani terhadap
PPIP
α Tingkat Kepercayaan
2. Pendidikan Formal
3. Pendidikan Non formal
5. Luas Usahatani
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,361 dan t hitung sebesar 2,417 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).
Kondisi di lapang petani miskin berusia muda lebih cepat menanggapi dan tertarik untuk terjun secara langsung dalam pelaksanaan teknis pembangunan. Sehingga memberikan tanggapan serta penilaian yang baik pula terhadap pelaksanaan program.
Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,157 dan t hitung sebesar 0,993 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap pelaksaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 83%.
Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi ataupun rendah yang termasuk dalam daftar masyarakat miskin sama-sama terlibat dalam kegiatan pembangunan di lapang dan mengetahui perkembangan kegiatan pembangunan, kecuali masyarakat miskin yang termasuk dalam daftar akan tetapi lebih tertarik pada proyek diluar pembangunan yang memberikan upah lebih besar. Petani yang berpindidikan tinggi ataupun rendah sama-sama memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program berdasarkan kesempatan lapangan pekerjaanyang mereka peroleh.
c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,101 dan t hitung sebesar -0,634 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,101 dan t hitung sebesar -0,634 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani
Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik terhadap pelaksanaan program dan sebaliknya, karena semua masyarakat miskin yang terjun ke lapang sudah sama-sama memperoleh informasi pelaksanaan program dari perwakilan masyarakat miskin dan selanjutnya menjalankan kegiatan teknis masing-masing, sehingga petani dapat memberikan penilaian dan tanggapan sesuai dengan yang perkembangan pelaksanaan program tanpa dipengaruhi tingkat pendidikan non formal.
d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,516 dan t hitung sebesar -3,762 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan memberikan penilaian yang semakin baik terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah lebih antusias terhadap program sehingga aktif mengikuti kegiatan lapang dan memberikan tanggapan serta penilaian yang lebih baik terhadap d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,516 dan t hitung sebesar -3,762 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan memberikan penilaian yang semakin baik terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah lebih antusias terhadap program sehingga aktif mengikuti kegiatan lapang dan memberikan tanggapan serta penilaian yang lebih baik terhadap
e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,38 dan t hitung sebesar -2,566 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan semakin sempit luas usahatani petani maka petani akan memberikan penilaian yang semakin baik terhadap pelaksanaan program.
Kondisi di lapang dalam pelaksanaan pembangunan petani yang memiliki lahan lebih sempit juga lebih inovatif dan giat untuk terjun langsung dalam penyelesaian pembangunan infrastruktur, sehingga juga memberikan penilaian yang semakin baik dalam pelaksanaan program baik dalam kegiatan pengadaan material, kontruksi, maupun penyediaan alat, serta pengendalian waktu pembangunan.
f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,029 dan t hitung sebesar 0,184 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,029 dan t hitung sebesar 0,184 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan
3. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel
5.15 berikut. Tabel 5.15. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan
Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
No Karakteristik Petani
Penilaian Petani terhadap
PPIP
α Tingkat Kepercayaan
2. Pendidikan Formal
3. Pendidikan Non formal
5. Luas Usahatani
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,160 dan t hitung sebesar 1,013 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,160 dan t hitung sebesar 1,013 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini
Kondisi di lapang petani miskin berusia tua maupun muda tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan evaluasi, kegiatan evaluasi hanya dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat miskin yang akan menyampaikan secara langsung pada masyarakat miskin termasuk petani sebelum pelaksanaan program. Oleh karena itu baik petani miskin yang berusia tua maupun muda sama-sama dapat menerima informasi mengenai perkembangan dan kemajuan program, serta rencana pembangunan fisik selanjutnya secara jelas dari perwakilan masyarakat miskin per RT dan sama-sama memberikan penilaian yang baik pula terhadap program.
b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,171 dan t hitung sebesar 1,084 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 53%.
Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi maupun Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi maupun
c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,016 dan t hitung sebesar 0,099 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 53%.
Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik terhadap evaluasi program dan sebaliknya, karena tidak seluruh petani terlibat dalam kegiatan evaluasi secara langsung. Sehingga mereka memberikan penilaian baik terhadap evaluasi program berdasarkan informasi yang mereka terima dari perwakilan masyarakat miskin.
Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,27 dan t hitung sebesar -1,751sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan memberikan penilaian yang semakin baik terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang, meskipun dalam kegiatan evaluasi petani tidak dapat terjun secara langsung dalam musyawarah desa pembahasan keberlanjutan kegiatan pembangunan, akan tetapi petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah lebih giat terjun dalam kegiatan teknis di lapang dan memberi tanggapan pentingnya kegiatan evaluasi untuk mengetahui hambatan dan alternatif keberlanjutan pembangunan, sehingga memberikan penilaian yang lebih baik pula terhadap kegiatan evaluasi program.
e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,251 dan t hitung sebesar -1,619 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan luas usahatani dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,251 dan t hitung sebesar -1,619 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan luas usahatani dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,072 dan t hitung sebesar -0,451 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 67%. Kondisi di lapang, tinggi rendahnya kemampuan petani mengadakan perjalanan keluar dan kemampuan mengakses media tidak mempengaruhi penilaian petani, karena semua petani miskin sama-sama telah memperoleh informasi dari perwakilan masyarakat miskin, Organisasi Masyrakat Setempat (OMS), ataupun konsultan pendamping yang mendampingi secara teknis.
4. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 5.16
Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
No Karakteristik Petani
Penilaian Petani terhadap
PPIP
α Tingkat Kepercayaan
2. Pendidikan Formal
3. Pendidikan Non formal
5. Luas Usahatani
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,190 dan t hitung sebesar 1,209 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 86%. Kondisi di lapang seluruh petani baik tua maupun muda sama- sama mampu melihat dan merasakan hasil infrastruktur pembangunan jalan yang dipilih sesuai dengan persetujuan dan dengan kebutuhan mereka.
b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,216 dan t hitung sebesar 1,382 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,216 dan t hitung sebesar 1,382 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani
c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,297 dan t hitung sebesar 1,914 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keaktifan mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan maka semakin memberikan penilaian baik terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).
Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan lebih inovatif dan lebih baik dalam memberikan tanggapan terhadap keberadaan infrastruktur baru yang dapat mempermudah kegiatan sosial, ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Samsudin dalam Kartasapoetra (1991) penyuluhan merupakan suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan, dan menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam menerima Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan lebih inovatif dan lebih baik dalam memberikan tanggapan terhadap keberadaan infrastruktur baru yang dapat mempermudah kegiatan sosial, ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Samsudin dalam Kartasapoetra (1991) penyuluhan merupakan suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan, dan menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam menerima
d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,186 dan t hitung sebesar -1,182 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kemampuan mencukupi kebutuhan petani tidak mempengaruhi penilaian petani terhadap hasil program, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan petani dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 87%. Kondisi di lapang, baik petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan tinggi maupun rendah sama-sama menanggapi dan memberikan keputusan terhadap hasil infrastruktur yang telah dibangun berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan, kesesuaian lokasi dan jenis infrastruktur, dan kualitas bangunan yang kurang karena pengaruh musim dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan yang terlalu singkat.
e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,004 dan t hitung sebesar -0,025sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani yang diberikan petani terhadap hasil Program Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,004 dan t hitung sebesar -0,025sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani yang diberikan petani terhadap hasil Program
f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,269 dan t hitung sebesar 1,744 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya keaktifan petani dalam mencari informasi diluar kabupaten dan kemampuan mengakses media mempengaruhi baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).
Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencari informasi di luar sistem sosial dan kemampuan mengakses media lebih tinggi memiliki tanggapan serta penilaian yang lebih terhadap hasil program. Menurut Hanafi (1987), salah satu ciri sosial ekonomi anggota sistem yang lebih inovatif, dalam artian mampu menerima dan menanggapi hal-hal yang baru adalah mempunyai tingkat mobilitas sosial keatas lebih besar. Menurut Mardikanto (1996), bagi masyarakat yang yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung lebih cepat, tetapi bagi yang lebih localite (tetap terkungkung dalam sistem sosialnya sendiri) proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keinginan-keinginan Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencari informasi di luar sistem sosial dan kemampuan mengakses media lebih tinggi memiliki tanggapan serta penilaian yang lebih terhadap hasil program. Menurut Hanafi (1987), salah satu ciri sosial ekonomi anggota sistem yang lebih inovatif, dalam artian mampu menerima dan menanggapi hal-hal yang baru adalah mempunyai tingkat mobilitas sosial keatas lebih besar. Menurut Mardikanto (1996), bagi masyarakat yang yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung lebih cepat, tetapi bagi yang lebih localite (tetap terkungkung dalam sistem sosialnya sendiri) proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keinginan-keinginan
5. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel
5.17 berikut. Tabel 5.17. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan
Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
No Karakteristik Petani
Penilaian Petani terhadap
PPIP
α Tingkat Kepercayaan
2. Pendidikan Formal
3. Pendidikan Non formal
5. Luas Usahatani
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,245 dan t hitung sebesar 1,578 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,245 dan t hitung sebesar 1,578 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat
b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs 0,082 dan t hitung sebesar 0,516 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 69%. Kondisi di lapang petani berpendidikan tinggi tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik terhadap manfaat program dan sebaliknya, karena petani yang berpendidikan tinggi dan rendah sama-sama memberikan penilaian terhadap manfaat kemudahan akses sosial ekonomi yang dirasakan secara umum dan peningkatan kebersamaan bersama masyarakat miskin dengan adanya penyelenggaraan program.
c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,021 dan t hitung sebesar -0,131 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,021 dan t hitung sebesar -0,131 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani
Kondisi di lapang keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan dan pelatihan tidak mempengaruhi tanggapan dan penilaian yang diberikan petani terhadap manfaat program , karena baik petani yang aktif dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan sama-sama merasakan adanya manfaat dan perubahan kemudahan dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan politik dengan adanya infrastruktur .
d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,439 dan t hitung sebesar -3,051sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan mencukupi kebutuhan petani maka semakin baik penilaian yang diberikan petani terhadap manfaat program. Kondisi di lapang, petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah memiliki antusias yang lebih tinggi untuk aktif dalam pelaksanaan teknis pembangunan dan merasakan manfaat yang lebih dengan adanya kesempatan lapangan kerja yang memperoleh untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga semakin baik dalam menanggapi dan memberikan penilaian terhadap manfaat program.
Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,348 dan t hitung sebesar -2,318 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan semakin sempit luas usahatani petani maka petani semakin memberikan penilaian yang baik terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani yang memiliki luas usahatani sempit juga lebih giat terjun di lapang dalam pembangunan teknis dibanding melakukan kegiatan di sawah, sehingga merasakan manfaat kebersamaan antar masyarakat miskin dalam penyelesaian program serta merasakan kepuasan dan manfaat adanya infrastruktur yang mampu memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya memberikan penilaian yang lebih baik terhadap manfaat program.
f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)
Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,005 dan t hitung sebesar -0,031 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekosmopolitan tidak mempengaruhi baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencari informasi di luar sistem sosial dan kemampuan mengakses media tinggi ataupun rendah sama-sama memberikan penilaian terhadap manfaat yang diterima selama Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 95% nilai rs -0,005 dan t hitung sebesar -0,031 sedangkan t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekosmopolitan tidak mempengaruhi baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencari informasi di luar sistem sosial dan kemampuan mengakses media tinggi ataupun rendah sama-sama memberikan penilaian terhadap manfaat yang diterima selama