Negara Islam

b. Negara Islam

Hakikat sebuah negara dan dasar-dasarnya menurut ajaran Islam. Negara dapat dikatakan wadah penyaluran aspirasi harapan dan cita-cita anggota yang tin secara eksplisit yang memerintahkan atau mewajibkan umat Islam untuk mendirikan sebuah negara. Negara dalam bahasa Arab dikenal dengan daulah. Pada hakikatnya istilah daulah tidak t

-unsur dasar dalam

hanya menerangkan unsur-unsur dasar atau prinsip-prinsip umum pemerintahan Islam secara global. Ayat-ayat yang berhubungan dengan tata cara pemerintahan tidak banyak. Ayat ayat ini dijabarkan oleh Nabi dalam sunahnya, baik bentuk perkataan, perbuatan maupun ketetapan. ( Muhammad Iqbal, 2001: 156)

1). Pandangan Islam mengenai negara

Negara atau daulah dalam ajaran Islam, merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena negaralah yang mengatur segala sendi- sendi kehidupan manusia. Dan aturan-aturan itu berbentuk undang-undang yang mengikat, mengatur dan memaksa. Mendirikan negara dan memilih kepala negara dalam prespektif ajaran agama Islam merupakan kebutuhan suatu komunitas yang tidak dapat dipungkiri karena manusia hidup bersama dalam satu tempat dan saling berinteraksi, maka diperlukan suatu lembaga khusus mengatur permasalahan-permasalahan yang terjadi ditengah-tengah mereka yang disebut negara. (Annajah, No.01/IV/September/ 2008 hal.47)

Secara umum terdapat dua arus pemikiran utama mengenai hukum menegakkan negara. Golongan pertama mengatakan bahwa negara wajib di tegakkan . diantara mereka ada yang mengatakan bahwa wajibnya penegakkan Secara umum terdapat dua arus pemikiran utama mengenai hukum menegakkan negara. Golongan pertama mengatakan bahwa negara wajib di tegakkan . diantara mereka ada yang mengatakan bahwa wajibnya penegakkan

a). Pendapat pertama. Menegakkan negara Islam adalah wajib. Pendapat ini didukung oleh kelompok Sunni dan Syiah.

(1) Pandangan Sunni. Pandangan ulama Sunni sepakat bahwa yang menggantikan Nabi tidak ditentukan oleh teks agama tetapi diserahkan kepada ijtihad dan penalaran ummat Islam sendiri.

Menurut pandangan Al Mawardi seperti dikutip Muhammad Iqbal (2001: 204) pendi kifayah. Menciptakan dan memelihara kemaslahatan adalah wajib, sedangkan alat untuk terciptanya kemaslahatan tersebut adalah negara. Maka hukum mendirikan negara juga wajib (fardhu kifayah)

Menurut pendapat Abdul Qadir Al Baghdadi yang dikutip oleh Ulil Abshar Abdalla (2007: 134) bahwa: (a). Sesungguhnya Imamah adalah keharusan bagi umat Islam, yaitu untuk memilih seorang Imam (penguasa), (b). Cara memilih seorang Imam dalam umat Islam adalah melalui pemilihan dengan cara ijtihad, bukan melalui penunjukan dari Nabi maupun teks agama. (c). Tidak ada suatu nash atau dalil pun dari Nabi yang mengharuskan seorang tertentu diangkat sebagai Imam atau penguasa.

Pendapat yang disampaikan oleh Al -Baghdadi ini wemakili sebagian besar pendapat di kalangan Sunni. Pendapat ini menujukkan bahwa memilih seorang Imam adalah wajib, masalah pemilihan penguasa ditentukan oleh akal dan ijtihad manusia, dan tidak perlu ditetapkan Pendapat yang disampaikan oleh Al -Baghdadi ini wemakili sebagian besar pendapat di kalangan Sunni. Pendapat ini menujukkan bahwa memilih seorang Imam adalah wajib, masalah pemilihan penguasa ditentukan oleh akal dan ijtihad manusia, dan tidak perlu ditetapkan

(2). Pandangan Syiah. Kaum Syiah tetap memelihara konsep dasar yang fundamental tentang doktrin Imamah sebagai kepemimpinan yang berdimensi spiritual dan politis. Pandangan Syiah mengenai kepemimpinan, bahwa kepemimpinan ditetapkan dengan nash dari Allah dan Dari Rasul. Imamah adalah hal yang fundamental dalam ajaran Islam (ushuludin), dan keyakinan seseorang tidaklah menjadi sempurna tanpa meyakini Imamah itu. Imamah bukan urusan yang bersifat umum yang diserahkan kepada umat, dan menentukan orang untuk memegang jabatan itu menurut kehendak umat, dan yang berhak memegang otoritas spiritual dan politis setelah Nabi wafat adalah Ahl al Bait (keluarga Nabi) yaitu Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Kepemimpinan dan kekuasaan di bidang spiritual dan politik, dan sifat kekudusan yang ada pada Nabi telah diwariskan kepada Ali dan berlanjut kepada Imam-imam penerusnya. Perbedaanya terletak pada Nabi menerima wahyu, sedang imam tidak. Imamah termasuk rukun agama dan kaidah Islam orang yang tidak meyakini imamah maka ia kafir. Doktrin ini dipegang oleh Syiah Imamiyah atau Syiah dua belas. (Annajah, No.10/V/Juli/2009 hal.17-19)

Imam mempunyai kekuasaan dan peranan penting dalam penetapan hukum dan undang-undang. Imam mempunyai kekuasaan paripurna dalam penentuan undang-undang, dan setiap perkatanya termasuk bagian dari syariat. Karena itu kaum syiah menetapkan bahwa seorang imam: 1) harus

(terpelihara) dari berbagai perbuatan salah, lupa dan maksiat. Seorang imam wajib ishmah (terpelihara dari dosa, baik lahir maupun batin, baik sebelum menjadi Imam maupun sesudah memangku jabatan Imamah 2) seorang Imam boleh membuat hal yang luar biasa dari adat kebiasaan yang mereka sebut mukjizat untuk mengukuhkan keimamahannya sebagaimana mukjizat yang terjadi pada Nabi-nabi. 3) (terpelihara) dari berbagai perbuatan salah, lupa dan maksiat. Seorang imam wajib ishmah (terpelihara dari dosa, baik lahir maupun batin, baik sebelum menjadi Imam maupun sesudah memangku jabatan Imamah 2) seorang Imam boleh membuat hal yang luar biasa dari adat kebiasaan yang mereka sebut mukjizat untuk mengukuhkan keimamahannya sebagaimana mukjizat yang terjadi pada Nabi-nabi. 3)

b). Pendapat kedua. Negara Islam boleh ditegakkan tetapi tidak harus. Pandangan ini diwakili oleh kelompok Khawarij, dan Muktazilah.

(1) Pandangan Khawarij Pembentukan lembaga khalifah atau pemerintahan, menurut Khawarij, bukanlah merupakan suatu keharusan atau wajib. Hal ini tergantung kepada kehendak umat apakah suatu pemerintahan perlu dibentuk atau tidak. Jelasnya Khawarij berpendapat bahwa membentuk pemerintahan dan mengangkat seorang Imam bukan wajib

melainkan keadaanlah yang mengharuskannya ada. Mengenai kualifikasi bagi seseorang untuk menduduki jabatan khalifah disamping tidak disyaratkan harus berasal dari suku tetentu. Menurut Khawarij sang calon harus punya kekuatan ilmu, berlaku adil, punya keutamaan dan wara . (Sayuthi Pulungan, 2002: 200) (2) Pandangan Muktazilah

Pemikiran politik muktazilah berpendapat pembentukan lembaga

dasar pertimbangan rasio dan tuntutan muamalah manusia. Urusan Imamah diserahkan kepada umat, mereka berhak memilih seseorang untuk melaksanakan hukum-hukum Tuhan dan bukan hak istiwewa keluarga maupun suku tertentu. Asalkan ia beragama Islam, mukmin , dan bersifat adil (Sayuthi Pulungan, 2002: 210)

2). Negara Islam (Khilafah)

Kata khilafat diturunkan dari kata khalafa yang berarti seseorang yang menggantikan orang lain sebagai penggantinya. Istilah khilafat adalah sebutan untuk masa pemerintahan khalifah. kata khilafat analog dengan kata imamat dan imarat. Ketiganya mempunyai arti yang sama yaitu, suatu pemerintahan untuk Kata khilafat diturunkan dari kata khalafa yang berarti seseorang yang menggantikan orang lain sebagai penggantinya. Istilah khilafat adalah sebutan untuk masa pemerintahan khalifah. kata khilafat analog dengan kata imamat dan imarat. Ketiganya mempunyai arti yang sama yaitu, suatu pemerintahan untuk

dalam Annajah

(No.10/V/Juli/2009.hal.24) khilafah adalah tanggung jawab umum yang di kehendaki oleh peraturan syariat untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi umat dengan merujuk kepadanya, karena kemaslahatan akhirat adalah tujuan akhir, maka kemaslahatan dunia seluruhnya harus berpedoman pada syariat. Hakikatnya sebagai pengganti fungsi pembuat syariat (Rasulullah) dalam memelihara urusan agama dan mengatur politik keduniaan.

Menurut Abul Ala Maududi (1960: 45), Negara Islam adalah negara yang dibentuk atas dasar quran dan sunnah negara yang mencakup semua kehidupan dan termasuk di dalamnya seluruh soal hidup dimana rakyat dijamin keadilan sosialnya sesuai dengan keuniversilan hukum Tuhan (divine law)

Menurut Munawar Khalil (1984: 28) Khilafah adalah pimpinan umum mengenai urusan agama dan dunia sebagai pengganti Nabi dalam memelihara sesuatu yang termasuk urusan keagamaan yang wajib ditaati umat. Umat Islam dari masa ke masa wajib hukumnya mendirikan khilafah dan mengangkat khalifah yang bertanggung jawab atas terpeliharannya hukum-hukum Allah dan menjamin terlaksananya undang-undang dan hukum-hukum Allah diantara umat islam

Menurut Musfolah Maufur (1990: 58) Khilafah adalah kewajiban terbesar bagi ummat untuk mewujudkannya dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan individu. khilafah disebut sebagai imamah al kubro. Hukumnya wajib dengan adanya makmum dikalangan ummat, yaitu sebagai panutan makmum dan kaum muslim di dalam urusan dunia dan akhirat. Khilafah merupakan suatu sarana bersatunya muslim untuk mewujudkan idealisme Islam dalam memelihara agama dan kemaslahatan ummat.

Menurut ibn Taimiyah yang dikutip oleh Mujar Ibnu Syarif (1995: 47) terdapat beberapa argumentasi mengenai pentingnya mendirikan sebuah negara.

tegaknya negara instrumen yang dimaksud antara lain keadilan, persaudaraan, penciptaan perdamaian dan lain-lain. Ahmad Djazuli (2003: 393) merincikan lebih jelas instrumen-instrumen yang harus dipedomani dalam mengelola negara diantaranya adalah :

(1) Prinsip kehidupan manusia di bumi. Dalam prinsip ini Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan adalah sebagai khalifah yang akan memakmurkan bumi ini. Karenanya manusia bertanggung jawab untuk mengelola dan memelihara dari kehancuran.

(2) Prinsip kekuasaan sebagai amanah. Allah memerintahkan manusia melaksanakan amanah yang diembankan kepadanya. Dalam islam amanah merupakan sesuatu yang harus dipelihara karena kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Allah. Kekuasaan merupakan salah satu amanah yang harus dijalankan dengan baik, sesuai dengan perintah-perintahNya. Islam tidak mentolerir segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan.

(3) Prinsip penegakan keadilan. Keadilan merupakan suatu hal yang harus

senantiasa diperjuangkan dan ditegakkan dalam masyarakat. (4) Prinsip musyawarah. Musyawarah memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan umat beriman (5) Prinsip persaudaraan dan persatuan. Dalam hal ini Islam mengajarkan agar umatnya selalu saling menasehati dan melakukan kontrol atas kekuasaan agar kebaikan selalu terpelihara dalam kehidupan bermasyarakat.

b) Terdapat beberapa sabda nabi yang mengisyaratkan perlunya kepemimpinan atau pemerintahan. Diantara sabda Nabi yang dimaksud adalah

maka mereka diminta menunjuk salah

c) Beberapa kewajiban agama, seperti mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, jihad, dan lain-lain, tidak akan dapat terlaksanakan dengan baik tanpa intervensi penguasa politik.

ada seseorang yang mampu meraih kesejahteraan sempurna baik di dunia maupun di akhirat, kecuali jika dia tergabung dalam sebuah perkumpulan, mewujudkan kerjasama dan saling tolong-menolong. Kerjasama dan tolong menolong itu dimaksudkan untuk menggapai manfaat sekaligus mencegah segala mudharat.

e) Menolak bencana yang disebabkan interaksi antara sesama manusia yang diprediksikan akan menimbulkan pertikaian dan peperangan, dan pada akhirnya nanti akan menimbulkan kehancuran umat manusia. Untuk itu diperlukan intervensi negara dan pemimpin yang ditaati sehingga hal-hal yang bersifat destruktif dapat ditangani dengan baik

a) Fungsi Negara Islam (1) Masalah kedaulatan. kedaulatan tertinggi berada di tangan Allah. Allah sebagai pemegang kedaulatan mutlak dan pemegang otoritas tertinggi dalam negara.

(2) Pemerintahan berundang undang al quran dan sunnah rasul ditambah hasil ijtihad khalifah dan keputusan majelis syura jika dalam penyelesaan masalah yang timbul tidak ada penjelasannya dalam nash syariat.

(3) Kekhalifahan melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip musyawarah bagi semua lapisan masyarakat. (Muhammad Hamidullah,1959: 150)

b) Unsur dan Sendi Negara Untuk mendirikan negara diperlukan bebrapa unsur dan sendi negara. (1) Harus ada wilayah. (2) Harus ada Pemerintah sebagai pengelola negara

yang akan menyelenggarakan segala urusan negara dan rakyat. (3) Harus ada rakyat. (4) keadilan. Keadilan mencakup melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul. (5) Adalah pengelola negara. Raja tidak mungkin mampu sendirian mengelola urusan kerajaan, karena itu membutuhkan orang-orang yang membantunya dalam pengelolaan urusan negara dan rakyat.

Unsur-unsur dalam menjamin kerjasama dan ikatan antar warga negara. (1) Berdasarkan agama yang menjadi tiang penyangga bagi kemaslahatan dan keutuhan negara. (2) Harus mempunyai pemimpin yang perkasa. Ia berperan mengintegrasikan keinginan-keinginan rakyat yang beragam supaya tujuan dapat Unsur-unsur dalam menjamin kerjasama dan ikatan antar warga negara. (1) Berdasarkan agama yang menjadi tiang penyangga bagi kemaslahatan dan keutuhan negara. (2) Harus mempunyai pemimpin yang perkasa. Ia berperan mengintegrasikan keinginan-keinginan rakyat yang beragam supaya tujuan dapat

c) Tugas dan Tujuan Negara Islam Lembaga Imamah mempunyai tugas dan tujuan umum. (1) Mempertahankan dan memelihara agama menurut prinsip yang ditetapkan dan apa yang menjadi ijmak oleh generasi salaf. (2). Melaksanakan kepastian hukum dan berlakunya keadilan yang universal. (Abul Ala Maududi,1960: 35) (3) Melindungi wilayah Islam dan memelihara kehormatan rakyat agar meraka bebas dan aman baik jiwa maupun harta. (4) Memelihara hak-hak rakyat dan hukum- hukum Tuhan. (5) membentuk kekuatan untuk menghadapi musuh. (6) Jihad terhadap orang-orang yang menentang eksistensi Islam. (7) Memungut pajak dan sedekah menurut yang diwajibkan syara, nas, dan ijtihad. (8). Mengatur penggunaan harta baitulmal secara efektif. (9) Meminta nasehat dan pendangan dari orang-orang terpercaya. (10) Dalam mengatur ummat dan memelihara agama, pemerintah dan kepala negara harus langsung menanganinya sendiri dan meneliti keadaan yang sebenarnya. (Sayuthi Pulungan, 2002: 260)

3). Struktur Negara Islam

Taqiyudin an Nabhari (1996: 57) membagi struktur pemerintahan Islam menjadi delapan jabatan yaitu a). khalifah, b). Muawin Tawfidh, c). Muawin Tanfidz, d). Amirul Jihad, e). Wali, f). Qadhi, g). Masalih daulah, h). Majlis Umat.

a) Khalifah (Kepala Negara) Menurut istilah dan dalam kenyataan sejarah, Khalifah adalah pemimpin yang menggantikan nabi dalam tanggung jawab umum terhadap pengikut agama ini untuk membuat manusia tetap mengikuti undang-undang-Nya yang mempersamakan semua orang didepan kebenaran, dan sebagai khalifah rasul dalam memelihara agama adan mengatur dunia. Sebagai kepala negara a) Khalifah (Kepala Negara) Menurut istilah dan dalam kenyataan sejarah, Khalifah adalah pemimpin yang menggantikan nabi dalam tanggung jawab umum terhadap pengikut agama ini untuk membuat manusia tetap mengikuti undang-undang-Nya yang mempersamakan semua orang didepan kebenaran, dan sebagai khalifah rasul dalam memelihara agama adan mengatur dunia. Sebagai kepala negara

Urgensi pengangkatan kepala negara menurut Hasbie ash-Siddiqie (1969: 50-57): (1) Ijmaul Sahabat. Dilandaskan pada sejarah pembaiatan Abu Bakar sebagai khalifah setelah nabi pada saat itu, ketika itu para sahabat sepakat adanya seorang kepala negara menggantikan Nabi. Para sahabat bersepakat bulat bahwasannya adanya kepala negara itu adalah suatu hal yang sangat diperlukan.

(2) Menolak bencana yang ditimbulkan oleh keadaan yang kacau balau akibat tidak adanya pemerintahan. Urgensi yang kedua ini melihat dari tinjauan sosiologis dimana manusia memerlukan hidup bermasyarakat agar supaya kehidupan manusia itu tertib dan teratur, maka adanya pemimpin sangat diperlukan.

(3) Melaksanakan tugas-tugas keagamaan. Atas pemerintahanlah dipikulkan tugas menegakkan kewajiban-kewajiban agama serta mewujudkan tujuannya.

(4) Mewujudkan keadilan yang sempurna. Keadilan yang sem purna tidak berwujud dan kebahagiaan manusia tidak terjamin, baik dunia maupun di akhirat, kesatuan mereka tidak sempurna dan urusan mereka tidak teratur melainkan dengan adanya pemerintahan Islam yang ditegakkan atas dasar agama. Keadilan yang sempurna adalah keadilan ketuhanan

(a) Islam. keislaman merupakan syarat wajib kepemimpinan bagi kaum muslim. Kepala negara tidak boleh dijabat oleh kalangan yang tidak meyakini akidah islam. Sebab apabila kepala negara seorang dari kalangan non muslim bagaimana mungkin dapat melaksanakan syariat Islam dan mengurusi kaum muslim.

(b) Laki-laki. para ulama sepakat bahwa diantara syarat pemimpin

adalah laki-laki. Wanita tidak boleh memimpin. (c) Alim mujtahid. berilmu dan sanggup berijtihad tentang hukum. Seorang pemimpin harus berilmu, baik berkaitan dengan dunia maupun agama. Ilmu Ijtihad merupakan instrumen yang wajib dimiliki oleh seorang pemimpin, agar ia bisa menetapkan kebijakan yang sesuai dengan hukum-hukum Ilahi. Tanpa kriteria ini kepemimpinan seseorang akan terlepas dari kerangka Ilahi, yang brarti menyalahi fungsi manusia sebagai khalifat Allah.

(d) Adil. seorang pemimpin harus mempunyai sifat adil. Adil

merupakan cerminan dari dan menjaga kewajiban-

(e) Pribadi yang tangguh. Pemimpin harus mempunyai pribadi yang tanguh dan mental baja. Ia harus berani menegakkan hudud (hukum-hukum Allah), menyeru rakyat untuk berperang membela agama, harus pandai mengatur urusan politik dan kenegaraan sehingga agama islam tetap terjaga dan wilayahnya utuh.

(f) Sehat secara jasmani (Munawar Khalil, 1984: 42-45) (2) Metode pengangkatan khalifah (a) Pemilihan langsung. Pemilihan melalui forum musyawarah tanpa ada seorang calon sebelumnya. Contoh dari metode ini adalah pemilihan Abu Bakar menjadi Khalifah

(b) Al-Ahdu atau Istikhlaf. Seorang pemimpin memilih penggantinya dari umat Islam yang layak dengan bermusyawarah dengan para sahabat terkemuka dan kemudian diberitahukan kepada ummat

Khattab oleh Khalifah Abu Bakar untuk menjadi Khalifah penerusnya.

(c) Pemilihan team formatur atau majelis syura yang dibentuk Khalifah. Anggota team memilih salah satu dari mereka menjadi Khalifah. Contoh dari metode ini adalah pemilihan Ustman bin Affan sebagai khalifah (Annajah,No.10/V/Juli/2009/ hal 12).

(3) Tugas Khalifah (a) Menerapkan seluruh Hukum-hukum syariah Islam

1 Mengatur muamalat antara individu muslim

2 Mengumpulkan dan membagikan zakat

3 Menegakkan hudud

4 Menjaga akhlak

5 Menjamin masyarakat dapat menegakkan syiar-syiar Islam

dan menjalankan ibadat

(b) Mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh dunia dengan jalan

jihad fi sabilillah

1. Mempersiapkan pasukan perang untuk berjihad

2. Menjaga tapal batas negara

3. Memantapkan hubungan dengan berbagai negara

4. Mengadakan perjanjian perdagangan, perjanjian gencatan senjata, dan perjanjian bertetangga baik (Musfolah Maufur, 1990: 58)

b) (Pembantu Khalifah Bidang Pemerintahan) adalah wazir yang ditunjuk khalifah untuk bersama-sama mengemban tanggung jawab pemerintahan dan kekuasaan. Dia mesti melaporkan kegiatannya serta melaksanakan apa yang diputuskan khalifah c)

(Pembantu Khalifah bidang administrasi)

pembantu khalifah dalam implementasi kebijakan. Menyertai khalifah. Menunaikan kebijakan khalifah. Penghubung khalifah dengan stuktur dan pembantu khalifah dalam implementasi kebijakan. Menyertai khalifah. Menunaikan kebijakan khalifah. Penghubung khalifah dengan stuktur dan

d) Amirul Jihad (Panglima Perang). Bertugas menangani semua urusan yang berhubungan dengan angkatan bersenjata seperti pasukan, logistik, persenjataan, peralatan, menangani misi- misi militer dan pengetahuan tentang apa saja yang berhubungan dengan peperangan dan persiapannya. Menjaga keamanan. Memgatu intelijen. (an- Nabhari, 1996: 57)

e) Wali (pemimpin Daerah) Untuk setiap propinsi diangkat seorang wali atau amir di daerah. Tugas- tugas penting seorang gubernur di samping sebagai kepala pemerintahan daerah, memimpin ekspedisi militer dan mengawasi pelaksanaan pemungutan pajak.

f) Qadhi (Hakim) Lembaga peradilan adalah lembaga yang bertugas memberi penerangan dan pembinaan hukum, menegakkan ketertiban hukum baik lingkungan pemerintahan maupun di lingkugan masyarakat, dan memutuskan perkara hukum yang bersifat mengikat. (Sayuthi Pulungan, 2002: 133)

g) Masalih Daulah (departemen-departemen) Terbentuk beberapa diwan atau departemen diantaranya adalah (1) diwan al rasail, departemen yang mengurus surat-surat negara dari khalifah kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari gubernur. (2) diwan al khatim, departemen pencatatan yang bertugas menyalin dan meregristasi semua keputusan khalifah atau peraturan-peraturan pemerintah untuk dikirim kepada pemerintah daerah. (3) diwan al kharaj, departemen pendapatan negara. Semua pemasukan keuangan disimpan di baitul mal (kantor perbendaharaan negara). (4) diwan al barid, departemen pelayanan pos bertugas melayani informasi tentang berita-berita penting di daerah kepada emerintah pusa dan sebaliknya, sehingga khalifah dapat mengetahui apa yang terjadi di daerah dan memudahkannya untuk mengontrol jalannya pemerintahan daerah. 5) diwan al jund, departemen pertahanan bertugas mengorganisir militer

Majelis yang dianggotai orang-orang yang mewakili kaum muslim dalam memberikan pendapat sebagai tempat rujukan bagi khalifah untuk meminta masukan /nasihat mereka dalam berbagai urusan. Mewakili umat dalam melakukan mengawal dan mengoreksi para pemegang pemerintahan. (Sayuthi Pulungan,2002: 170)