Peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam

C. Peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam

Beberapa tokoh menilai bahwa ajaran Mirza Ghulam Ahmad adalah reaksi atas munculnya Gerakan Aligarh. Menurut Prof. H.A.R. Gibb yang dikutip Abullah Hasan Alhadar, (130: 1986) bahwa: "Gerakan Ahmadiyah mulai melangkah sebagai suatu pergerakan Liberal dan gerakan pembaharuan yang bersifat damai yang membawa minat ke arah satu langkah baru kepada mereka yang sudah kehilangan kepercayaannya dalam Agama Islam yang tua. Pendiri gerakan ini, Mirza Ghulam Ahmad tidak saja mengaku sebagai Mahdi dari Islam dan sebagai Messiah dari Kristen akan tetapi jtaga sebagai penjelmaan (Avatar) dari Khrisna."

Gibb kemudian menambah lagi: "Bahwa gerakan Ahmadiyah ini adalah gerakan Sinkretis sebagai reaksi terhadap gerakan Aligarh, Mirza Ghulam Ahmad menuntut sebagai pembawa wahyu untuk mentafsirkan baru Islam bagi keperluan zaman baru". Dengan demikian menurut Gibb dapat disimpulkan bahwa gerakan

Sir Syed Ahmad Khan. Muhammad Iqbal yang dikutip A. Yogaswara, (2008: 33). Berpendapat: "Di Barat daya India, negeri dimana keadaan maupun kondisinya lebih orisinil, primitif dari negeri-negeri lain di India, gerakan yang dilahirkan Sir Syed Ahmad Khan segera mendapat reaksi serta ditandingi dan diikuti dengan seksama oleh suatu gerakan baru, yakni Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad, suatu aliran mistik yang aneh, mencakup mistik-mistik bangsa Smit dan Arya, dimana ajaran- ajarannya tidak lagi mementingkan keutamaan jiwa yang bersih sebagaimana lazimnya pada ajaran-ajaran sufi, melainkan terarah dan terpusat pada cita-cita dan kepuasan seseorang yang mengaku dirinya sebagai Messiah yang dijanjikan."

Sedangkan menurut seorang sufi wanita Maryam Jameelah, mengungkapkan tentang Mirza Ghulam Ahmad: "Bahwa hampir semua langkah- langkah, cara-cara maupun ide-ide Sir Syed Ahmad Khan, diambil oleh Mirza Ghulam dan diterapkan dengan seksama, sambil menyelipkan fatwa bahwa jihad melawan Inggris adalah kejahatan yang terkutuk

Mengenai peran Ahmadiyah dalam kebangkitan Islam di India menurut Sayid Abul Hasan Ali Nadwi (2005: 176-177). Adalah bahwa Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyahnya tidak memberikan kontribusi berarti bagi khazanah agama dan intelektual umat Islam. Ahmadiyah juga tidak memprakarsai suatu pergerakan luas untuk kebangkitan Islam demi kepentingan secara keseluruhan, juga tidak membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Ummat Islam. Mirza juga tidak mempunyai andil yang berarti bagi pengembangan Islam baik di India maupun di Eropa.

Misinya hanya ditujukan kepada ummat Islam dan justru hanya mendatangkan kebingungan mental serta perdebatan keagamaan yang tidak perlu dalam komunitas muslim. Sekiranya Mirza dianggap sukses itu hanya menyangkut warisan kepemimpinan yang ditinggalkan bagi keluarganya. Pada dasarnya, keberhasilan Ahmadiyah selama beberapa dekade telah dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung saat itu dan bukan dipengaruhi oleh vitalitas ajarannya. Perkembangannya ditopang oleh kebingungan intelektual yang terjadi Misinya hanya ditujukan kepada ummat Islam dan justru hanya mendatangkan kebingungan mental serta perdebatan keagamaan yang tidak perlu dalam komunitas muslim. Sekiranya Mirza dianggap sukses itu hanya menyangkut warisan kepemimpinan yang ditinggalkan bagi keluarganya. Pada dasarnya, keberhasilan Ahmadiyah selama beberapa dekade telah dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung saat itu dan bukan dipengaruhi oleh vitalitas ajarannya. Perkembangannya ditopang oleh kebingungan intelektual yang terjadi

-orang yang berusaha untuk menyembunyikan jasa yang dilakukan oleh ayahku, Mirza Ghulam Murtaza, dan saudaraku Mirza Ghulam Qadir, selama lebih dari setengah abad, sebagaimana tersebut dalam surat-surat pemerintah dan bukunya Sir Leppel Griffin yaitu Chiefs of the Punjab, dan jasa yang dilakukannya seperti dalam tulisan-tulisanku selama lebih dari delapan belas tahun dan untuk membuat kesalah-pahaman di dalam pikiran pejabatpejabat Inggris dan menimbulkan keraguan mengenai suatu keluarga yang telah setia kepada pemerintah dan telah berlaku baik kepadanya. Beberapa orang telah diketahui untuk menyampaikan kecaman yang salah kepada pemerintah mengenai perbedaan keagamaan; atau karena kecemburuan, atau dendam, atau beberapa motif pribadi. Para pejabat diminta untuk bertindak dengan bijaksana dan berhati-hati, dan setelah adanya penelitian dan perhatian kepada suatu keluarga yang mana telah setia dan mengabdi dengan baik dan mengenai halnya para pejabat tinggi dari pemerintah yang selalu mengungkapkan pandangannya dalam surat-surat mereka bahwa anggota keluarga ini adalah orang-orang baik dan pegawai setia dari pemerintah Inggris yang mana adalah sebuah pohon yang ditanam

Perihal dukungannya kepada pemerintah Inggris. Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip M. A Suryaman (2005:92) menjelaskan alasannya sebagai berikut:

Pemerintah telah memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk menyebarkan agama mereka sehingga masyarakat mendapatkan kesempatan untuk meneliti dan mengamalkan prinsip-prinsip dari setiap agama serta menampilkan argumentasi-argumentasi yang mendukung

nyebutkan kebaikan pemerintah Inggris berulang-ulang di dalam tulisan-tulisan dan khotbah- kho Mengenai penghapusan jihad Mirza Ghulam Ahmad yang dikutip Sayid

Ali Nadwi (2005: 103) menjelaskan: Rasulullah s.a.w. dasar jihad Islam adalah

bahwa Tuhan telah murka kepada orang-orang zalim. Akan tetapi hidup di bawah kekuasaan suatu pemerintahan yang baik seperti pemerintahan Ratu kita, kalau membuat rancana jahat terhadapnya, itu namanya bukan jihad tetapi suatu gagasan biadab yang lahir dari kejahilan. Berbuat jahat terhadap suatu pemerintah yang memberi kebebasan hidup dan keamanan penuh, dan kewajiban agama pun dapat ditunaikan sepenuhnya, adalah bahwa Tuhan telah murka kepada orang-orang zalim. Akan tetapi hidup di bawah kekuasaan suatu pemerintahan yang baik seperti pemerintahan Ratu kita, kalau membuat rancana jahat terhadapnya, itu namanya bukan jihad tetapi suatu gagasan biadab yang lahir dari kejahilan. Berbuat jahat terhadap suatu pemerintah yang memberi kebebasan hidup dan keamanan penuh, dan kewajiban agama pun dapat ditunaikan sepenuhnya, adalah

Kaum Muslim beranggapan bahwa aliran ini diciptakan oleh Inggris sebagai upaya untuk menjauhkan kaum Muslim dari agama Islam yang sebenarnya. Keuntungan yang utama bagi Inggris karena munculnya Ahmadiyah ialah timbulnya perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan lagi. Pemerintah kolonial Inggris mengkhawatirkan semangat jihad pejuang Muslim yang telah menyulitkan mereka dalam mengusai negeri-negeri Muslim. Dengan munculnya Ahmadiyah dengan doktrin jihad jalan damainya, Inggris berharap agar para pejuang muslim tidak lagi melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Inggris dengan mengatas namakan Islam.

Inggris memberikan jaminan kepada Mirza Ghulam Ahmad dan alirannya, dapat berkembang terus tanpa rintangan ataupun gangguan terhadapnya dan alirannya. Sejak itu ajarannya mulai menyebar ke seluruh dunia, Ahmadiyah senantiasa membantu penjajah Inggris agar dapat membangun sebuah markas di setiap Negara. Afrika dan Negara-negara barat menjadi target utama Ahmadiyah. Di Afrika Ahmadiyah memiliki 5 ribu orang yang khusus bertugas merekrut orang-orang bergabung dengan Ahmadiyah. Warga Ahmadi memperoleh perlakuan istimewa dari pemerintah Inggris, mereka dipermudah untuk bekerja sebagai pegawai di beberapa instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan dan persekutuan dagang (A. Yogaswara, 2008: 55)

1. Bidang pemikiran Islam

Sebagai gerakan keagamaan, Ahmadiyah ingin memperbarui dan mengangkat kembali keadaan umat Islam melalui perubahan pola pikir dan sikap dalam memahami agama Islam sesuai dengan perubahan zaman. Hal ini dianggap perlu dilakukan untuk menghadapi serangan pemeluk Hindu, misionaris Kristen,

Perubahan pola pikir yang ditawarkan Ahmadiyah dalam bidang pemikiran keagamaan, khususnya yang bersifat teologis adalah pandangannya tentang wahyu, kenabian, mujaddid, al masih dan al mahdi dan jihad.

1) Masalah Wahyu Menurut Ahmadiyah Allah itu dari dulu mendengar dan bersabda kepada hamba-hambaNya yang tulus, sekarangpun demikian pula dan sampai hari kiamat juga demikian. Berakhirnya kenabian pada diri nabi Muhammad tidak menutup turunnya wahyu, karena banyak orang yang menerima wahyu meskipun bukan nabi. Seperti wali atau sufi. Bahwa terdapat beberapa jenis wahyu. Ada wahyu nubuwat (wahyu kenabian) dan ada wahyu walayat (wahyu kewalian). Jenis wahyu menentukan penerima wahyu dan memang wahyu kenabian telah berakhir. Wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad bukan wahyu nubuwah tetapi wahyu kewalian. Wahyu nubuwah telah berakhir dengan wafatnya nabi Muhammad. (Ahmadi Djajasugito, 2007: 38)

Menurut Ahmadiyah wahyu Allah yang dimaksud dalam Al-Quran adalah kenyataan yang universal. Wahyu Allah tidak hanya diturunkan kepada nabi dan rasul saja, tetapi juga kepada semua manusia, dan bahkan dikaruniakan juga kepada semua makhluk ciptaanNya, termasuk benda-benda yang tidak bernyawa. Menurut Ahmadiyah terdapat lima golongan penerima wahyu yaitu:

a) Wahyu Allah yang diturunkan kepada makhluk yang tidak bernyawa, seperti bumi dan langit (QS. 41: 11-12)

b) Wahyu Allah yang diturunkan kepada binatang, seperti lebah (QS. 16: 68- 69)

c) Wahyu Allah yang diturunkan kepada malaikat (QS. 8:12)

d) Wahyu Allah yang diturunkan kepada manusia biasa, baik laki-laki maupun perempuan bukan nabi, seperti para sahabat nabi Isa (QS. 5: 11) dan ibu nabi Isa (QS. 28: 7)

e) Wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. (QS. 21:7) (QS. 4: 164). (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 114) e) Wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul. (QS. 21:7) (QS. 4: 164). (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 114)

a) Wahyu Khaffiy (wahyu batin) atau wahyu ghairu matluw (wahyu yang tidak diucapkan atau dibacakan), yaitu mengilhamkan suatu pengertian dalam hati, karena wahyu disini digunakan dalam makna aslinya, yaitu isyarat cepat atau membisikkan dalam hati, untuk membedakan dari wahyu dalam bentuk firman tuhan. Wahyu ini dapat diterima nabi maupun bukan nabi.

b) Dari belakang tirai ( ), yang terdiri dari tiga macam, yaitu;

(mimpi), Kasyaf (penglihatan), dan Ilham (mendengar suara atau ucapan kata-kata dalam keadaan perpindahan untuk sementara ke alam rohani, yaitu dalam keadaan antara tidur dan sadar). Wahyu jenis ini adalah jenis wahyu yang paling sederhana, bisa dialami oleh para Nabi maupun bukan nabi baik mukmin maupun kafir, baik saleh maupun berdosa.

c) Wahyu matluw (wahyu yang dibacakan) atau wahyu nubuwah (wahyu kenabian). Adalah wahyu, yang khusus hanya dianugrahkan kepada para nabi, wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril melalui ucapan, ini adalah wahyu yang paling kuat dan paling terang. (Maulana Muhammad Ali, 2007: 257) Dengan demikian Ahmadiyah Qadian mempercayai bahwa bukan hanya

wahyu yang akan datang terus-menerus setelah nabi Muhammad, melainkan nabi pun juga akan berlangsung terus-menerus. Mirza Ghulam Ahmad yang diangkat Tuhan sebagai al Masih dan al Mahdi, melalui ilham yang diterimanya dipandang sebagai seorag nabi oleh versi qadiani. Secara implisit aliran Lahore pun mengakuinya, hanya saja terma yang dipakai adalah nabi lughawi, bukan nabi haqiqi. Dalam menggunakan istilah wahyu dan ilham, Mirza Ghulam Ahmad semula mengakui bahwa petunjuk yang diterimanya dari Tuhan sebagai ilham, kemudian oleh para pengikutnya dinyatakan sebagai wahyu. Pernyataan seperti ini tidak dibantah sama sekali oleh Mirza Ghulam Ahmad, bahkan mengakui kebenarannya. Dengan demikian Ahmadiyah tidak membedakan antara ilham wahyu yang akan datang terus-menerus setelah nabi Muhammad, melainkan nabi pun juga akan berlangsung terus-menerus. Mirza Ghulam Ahmad yang diangkat Tuhan sebagai al Masih dan al Mahdi, melalui ilham yang diterimanya dipandang sebagai seorag nabi oleh versi qadiani. Secara implisit aliran Lahore pun mengakuinya, hanya saja terma yang dipakai adalah nabi lughawi, bukan nabi haqiqi. Dalam menggunakan istilah wahyu dan ilham, Mirza Ghulam Ahmad semula mengakui bahwa petunjuk yang diterimanya dari Tuhan sebagai ilham, kemudian oleh para pengikutnya dinyatakan sebagai wahyu. Pernyataan seperti ini tidak dibantah sama sekali oleh Mirza Ghulam Ahmad, bahkan mengakui kebenarannya. Dengan demikian Ahmadiyah tidak membedakan antara ilham

2) Masalah Jihad Kata jihad berasal dari kata kerja Jahada yang berarti mengerahkan diri sendiri atau berjuang. Jihad dalam hukum istilah didefinisikan sebagai usaha sekeras-kerasnya dan bersungguh-sungguh. Jihad yang diperintahkan Al-Quran ialah berusaha keras untuk menegakkan kebenaran dan untuk mencapai tujuan suci yang diridhai Allah. Misalnya perjuangan rohani untuk mendekatkan diri pada Allah, mengorbankan harta benda dan jiwa di jalan Allah dan sebagainya. Jihad sendiri bukan berarti perang melainkan berarti berjuang untuk mencapai kedekatan pada Allah dan demi membela perkara Islam. (Zahid Aziz, 2007: 60)

Menurut Ahmadiyah banyak ulama ahli fiqih yang salah mengartikan Jihad dengan qital, karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu;

a. Salah mengartikan kata Jihad. Jihad yang artinya luas, digunakan dalam arti sempit, yaitu perang (qital). Paham yang berkembang jihad adalah bertempur melawan bangsa atau Negara kafir, baik mereka diserang atau tidak.

b. Dalam menafsirkan ayat-ayat tentang jihad dan qital, tidak memperhatikan hubungan ayat itu dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, juga mengabaikan asababun-nuzul ayat dan implementasikannya pada zaman nabi Muhammad.

c. Berdasarkan pandangan yang keliru tentang jihad, ulama ahli fiqih membagi dunia menjadi tiga macam yaitu: Darul harb, yaitu Negara yang diperintah oleh non muslim dan memusuhi Islam, Darul Islam, yaitu Negara yang diperintah berdasarkan hukum Islam, darul sulh yaitu Negara non Islam yang mengadakan perdamaian dengan Islam. Menurut Ahmadiyah pembagian ini tidak ada dalilnya, maka wajib ditolak karena tidak selaras dengan dasar agama Islam.

d. Kepercayaan bahwa pada akhir zaman akan turun Al-Masih dan Imam Mahdi, keduanya akan menyiarkan Islam ke seluruh dunia dan barang

Kepercayaan ini jelas bertentangan dengan ajaran Quran, bahwa tidak ada paksaan dalam agama.

e. Kesalahpahaman tntang hukum bunuh orang yang murtad. Berdasarkan petunjuk al Quran dan peristiwa yang terjadi pada zaman nabi Muhammad, yakni yang berhubungan dengan kasus kabilah Uqul, orang- orang yang murtad dihukum bunuh bukan karena kemurtadannya tetapi karena permusuhannya terhadap Islam. (Ali Yasir, 2005: 12) Menurut Maulana Muhammad Ali (2007: 685) kalangan ulama ahli fiqih

selalu merumuskan hukum Islam dan selalu mengklasifikasikan berbagai persoalan dengan hukum, qital (perang) mendapat bagian tempat yang penting, tetapi dakwah Islam sekalipun awalnya berasal dari kata jihad yang merupakan pilihan bebas seseorang, bukanlah bagian dari hukum. Oleh sebab itu ketika ulama fiqih membahas tentang qital, mereka menggunakan kata jihad disamakan dengan qital, dan lama kelamaan arti kata jihad yang luas maknanya kehilangan makna. Perang sendiri di ijinkan apabila umat Islam mendapat serangan oleh pihak musuh yang berniat menghancurkan kaum muslim, atau memaksa umat Islam meninggalkan agama meraka.

Ahmadiyah membagi Jihad menjadi tiga macam yaitu:

a. Jihad Akbar (Jihad terbesar), yaitu jihad melawan setan dan hawa nafsu yang setiap saat akan menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Nafsu adalah karunia Tuhan, nafsu dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan, tergantung pada manusianya. Jika nafsu diperhambakan kepada setan, akan mendatangkan malapetaka, tetapi jika nafsu diperhambakan kepada Allah, akan mendatangkan kebaikan.

b. Jihad Kabir (Jihad Besar), yaitu jihad menyebarluaskan ajaran quran kepada kaum kafir dan musrik. Jihad ini harus dilakukan oleh setiap orang Islam dalam setiap keadaan.

c. Jihad Ashghar (Jihad Kecil), adalah jihad yang paling rendah nilainya dalam bidang agama, yaitu jihad dengan senjata untuk mempertahankan agama. Umat Islam diizinkan untuk melakukan jihad ini karena. (1) c. Jihad Ashghar (Jihad Kecil), adalah jihad yang paling rendah nilainya dalam bidang agama, yaitu jihad dengan senjata untuk mempertahankan agama. Umat Islam diizinkan untuk melakukan jihad ini karena. (1)

dilancarkan oleh Gerakan Ahmadiyah untuk membela dan menyiarkan Islam ke seluruh dunia. Ahmadiyah berpandangan bahwa jihad dalam bentuk perang sudah tidak sesuai lagi. Untuk saat ini jihad lebih tepat dilakukan dengan pena atau dengan lisan. Dalam melaksanakan jihad akbar dan jihad kabir, ada keterkaitan dengan pemerintah dan Negara. Oleh karena itu, doktrin Ahmadiyah adalah bahwa Ahmadiyah harus taat dan setia kepada pemerintah dan Negara dimana mereka berada. (Iskandar Zulkarnaen, 2005; 129)

3) Masalah Al-Masih dan Mahdi Menurut Ahmadiyah bahwa Mahdi dan Al-Masih bukan merupakan orang yang berbeda. Mahdi dan Al-Masih yang datang di Akhir Zaman adalah satu orang yang sama. Beberapa keterangan dalam Hadits yang menyebutkan bahwa Mahdi sama dengan Al-Masih sebagai berikut:

Dari Anas ibn Malik dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau seorang pun (sebagai) al-Mahdi, kecuali Isa ibn

Baihaqi dan al-Hakim) akan berjumpa dengan Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi. (H. R. Ahmad dalam Musnad -nya) Jadi, berdasarkan banyaknya keterangan dari Hadits-Hadits Shahih,

literatur-literatur terkenal dalam dunia Islam, kitab kitab agama Yahudi, Kristen, Buddha

Messias/Messiah/Al-

Masih/Avatara/Mahdi yang akan datang di Akhir Zaman adalah satu orang, dan orang itu adalah berasal dari umat Islam, pengikut setia Nabi Muhammad s.a.w. Orang itu adalah Mirza Ghulam Ahmad. Bahwa orang tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad tidaklah bertentangan dengan keterangan-keterangan yang ada

Rasul Allah di Akhir Zaman. (M. A. Suryaman, 2005: 166) Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Isa Muhammadi karena merasa mempunyai persamaan dengan nabi Isa adapun kesamaannya adalah:

a) Keadaan umat Yahudi pada waktu nabi Isa turun di Israel persis sama dengan keadaan umat Islam pada waktu Mirza Ghulam Ahmad muncul di benua India.

b) Keduanya (Isa Israili dan Isa Muhammadi) muncul setelah memasuki abad ke 14. Isa Israili dijanjikan muncul abad ke 14 setelah kenabian Nabi Musa dan Isa Muhammadi muncul pada abad ke 14 setelah nabi Muhammad.

c) Keduanya menegakkan syariat nabi yang diikutinya. Isa Israili mengikuti syariat Musa, sedangkan Isa Muhammadi mengikuti syariat Muhammad. d)

Ghulam Ahmad adalah masih mauud dalam syariat Muhammad.

e) Sebagian besar umat Yahudi menolak nabi Isa pada saat kemunculannya. Hal yang sama juga terjadi ada Mirza Ghulam Ahmad sebagian besar umat Islam menolak kemunculannya. (Ahmadi Djajsugito, 2007: 24) Menurut Ahmadiyah Yesus atau Isa al Masih telah meninggal dunia dan

dimakamkan di Srinagar Kashmir. Menurut Ahmadiyah Yesus hanya pingsan di kayu salib, setelah diurapi tiga hari kemudian sembuh. Yesus benar-benar menghilang dari Yerussalem. Yesus dan beberapa muridnya sampai ke negeri nasibin, 450 km dari Yerussalem. Kemudian melanjutkan perjalanan melalui Persia masuk Afghanistan, mengunjungi Tibet dan beberapa bagian India sebelum terakhir sampai menetap di Khasmir. Di Khasmir Isa dihormati sebagai seorang nabi besar dengan nama Yus Asaph. Yus adalah bentuk lain dari bahasa Persia kuno yang berarti Yesus. Asaph adalah nama yang digunakan bible yang berarti pengumpul atau penghimpun. Misi Isa adalah untuk menghimpun kembali suku- suku Israel yang hilang dan Nabi Isa a.s. (Yus Asaf) kemudian wafat di Srinagar, Kashmir. (Iaian Adamson, 2010:115)

adalah untuk menggenapkan nubuatan Nabi Muhammad s.a.w. bahwa Imam Mahdi /Masih Mau'ud datang untuk memecahkan salib (mematahkan dan membatalkan ajaran keliru kaum Kristen mengenai ketuhanan Yesus (Isa Al- Masih ), sekaligus meluruskan aqidah keliru umat Islam yang masih menganggap Nabi Isa a.s. belum wafat, masih hidup abadi, dan ada di langit entah di mana dengan jasad kasarnya. Artinya, Mirza Ghulam Ahmad diutus untuk, salah satunya yang utama adalah, menyebarkan informasi dan kebenaran kepada seluruh dunia bahwa Nabi Isa a.s. alias Yesus Kristus dari Nazareth telah wafat. Orang yang sudah wafat tidak akan datang lagi ke dunia ini dan tidak perlu ditunggu-tunggu kedatangannya. Karena menunggu kedatangan Nabi Isa a.s. alias Yesus Kristus secara fisik ke dunia ini adalah suatu aqidah, kepercayaan dan ajaran yang keliru serta sia-sia belaka. Mirza Ghulam Ahmad bersabda:

nubuatan dari Tuhan Pencipta Langit dan Bumi. Dia akan menyebarkan jemaat ini ke seluruh penjuru negeri dan jemaat ini akan diberikannya keunggulan atas yang lainnya dengan penjelasan-penjelasan dan argumentasi-argumentasi. Ingatlah, tidak ada seorang pun yang akan turun dari langit. Semua penentang kami yang masih hidup di masa sekarang akan berlalu dan tidak ada seorang pun dari mereka akan melihat Yesus (Isa), putra Maria (Maryam) turun dari angkasa dan kemudian anak keturunannya yang membela mereka juga akan berlalu dan tidak seorang pun dari mereka akan melihat Yesus (Isa), putra Maria (Maryam), turun dari langit. Generasi selanjutnya dari anak cucu mereka juga akan binasa dan mereka juga tidak akan menyaksikan putra Maryam turun dari langit. Kemudian Tuhan akan menciptakan kegelisahan di hati mereka; bahwa hari kejayaan Salib telah berlalu dan dunia telah berubah, namun Yesus (Isa), putra Maria (Maryam) tetap belum dating juga dari langit. Selanjutnya orang-orang bijak akan membuang kepercayaan ini dan abad ketiga sejak hari ini tidaklah akan sempurna sampai ketika semua orang yang masih menunggu Yesus (Isa), keduanya baik umat Islam dan Kristen akan kehilangan harapan atas kedatangannya dan dengan perasaan was-was mereka akan menyerah terhadap kepercayaannya dan yang akan muncul hanyalah satu agama di dunia ini dan seorang guru saja. Aku datang hanyalah untuk menabur benih. Yang mana benih itu ditabur melalui tanganku. Benih itu sekarang akan tumbuh dan mekar berbunga untuk seterusnya dan tak seorang pun berani menghambat

M. A. Suryaman, 2005:184) M. A. Suryaman, 2005:184)

4) Masalah Mujaddid Dalam doktrin mengenai mujaddid wafatnya nabi bukan berarti putusnya wahyu. Allah tetap bersabda pada hambanya melalui wahyu kepada orang yang bukan nabi baik laki-laki maupun pereampuan. Pada tiap-tiap abad Tuhan membangunkan seorang mujaddid untuk membaharukan agama mereka. Artinya untuk mengembalikan kaum muslim kepada pangkal kebenaran yang asli, untuk melenyapkan kesesatan yang menyebar dalam kaum muslim, untuk meniupkan hidup baru kepada kaum muslim, dan untuk memancarkan penerangan yang baru bagi umat Islam. (Muhdi Jauhar, 1972: 24)

Mujadid bukan nabi yang sebenarnya sebab tidak membawa hukum baru dan tidak pula mempunyai kekuasaan setara nabi, tetapi hanyalah nabi dalam arti kalam ibarat atau kiasan. Karena Allah bersabda kepadanya tentang nubuwah- nubuwah/ramalan-ramalan kejadian yang akan datang atau disebut sebagai utusan (mursal). Ada tiga ciri mujaddid: pertama, mujaddid muncul pada permulaan abad, kedua, ia mengumumkan bahwa dirinya diangkat oleh Allah sebagai mujaddid, dan yang ketiga bahwa ia mengadakan tajdid (pembaruan) dalam Islam. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 97)

Mengenai nama-nama pembaharu Mujadid yang telah diutus tuhan tiap- tiap abad menurut Muhdi Jauhar (1972: 27) adalah sebagai berikut:

a) Mujaddid Abad I

: Umar bin Abdul Aziz

b) Mujaddid Abad II : Imam Syafii dan Ahmad ibn Hambal b) Mujaddid Abad II : Imam Syafii dan Ahmad ibn Hambal

Abu Bakar

e) Mujaddid Abad V

: Imam al-Ghazali

f) Mujaddid Abad VI : Syaikh Abdul Qadir Jailani

g) Mujaddid Abad VII : Imam ibn Taimiyah dan Kwaja Muinuddin Chisti

h) Mujaddid Abad VIII : Hafiz ibn Hajar al-Asqalani dan Salih ibn Umar

i) Mujaddid Abad IX : Sayid Muhammad dari Jaunpur j) Mujaddid Abad X

: Imam Djalaluddin as-Suyuthi

k) Mujaddid Abad XI : Syaikh Akhmad Alfitsani dari Syirhindi l) Mujaddid Abad XII : Syah Waliyullah dari Delhi m) Mujaddid Abad XIII : Sayyid Ahmad Berelvi n) Mujaddid Abad XIV : Mirza Ghulam Ahmad

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembaruan (tajdid) di kalangan Ahmadiyah lahir karena diperintahkan oleh Tuhan. Dengan demikian pembaruan yang dilakukan oleh seorang Mujadid bukanlah atas inisiatif dirinya, melainkan karena mendapatkan tugas dari Tuhan. Hal ini berbeda sekali dengan pemahaman pembaruan yang selama ini dikenal di kalangan Islam. Bahwa pembaruan dilakukan atas dorongan pribani seorang mujadid karena melihat ketidak beresan dalam umat Islam. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 97)

5) Masalah kenabian Menurut Ahmadiyah setiap umat manusia akan tiba dalam masa kegelapan. Keadaan ini membutuhkan seorang nabi yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup dan mensucikannya dari segala dosa. Nabi dan rasul dapat kembali sewaktu-waktu, tidak terbatas waktunya baik sebelum Nabi Muhammad maupun sesudahnya. Menurut Ahmadiyah siapa saja manusia yang dapat memimpin manusia untuk mengenal Tuhan dan mengajarkan peribadatan terhadap Tuhan dapat disebut nabi. Menurut Ahmadiyah Khrisna dalam agama Hindu adalah nabi pada zamannya. Begitu pula Ahmadiyah mengakui Baba Nanak pemimpin dan pendiri sekte Hindu Sikh sebagai nabi utusan Allah. Meskipun hidup sesudah nabi Muhammad, dan lagi dengan demikian pendiri 5) Masalah kenabian Menurut Ahmadiyah setiap umat manusia akan tiba dalam masa kegelapan. Keadaan ini membutuhkan seorang nabi yang akan mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup dan mensucikannya dari segala dosa. Nabi dan rasul dapat kembali sewaktu-waktu, tidak terbatas waktunya baik sebelum Nabi Muhammad maupun sesudahnya. Menurut Ahmadiyah siapa saja manusia yang dapat memimpin manusia untuk mengenal Tuhan dan mengajarkan peribadatan terhadap Tuhan dapat disebut nabi. Menurut Ahmadiyah Khrisna dalam agama Hindu adalah nabi pada zamannya. Begitu pula Ahmadiyah mengakui Baba Nanak pemimpin dan pendiri sekte Hindu Sikh sebagai nabi utusan Allah. Meskipun hidup sesudah nabi Muhammad, dan lagi dengan demikian pendiri

a) Nabi Shahib asy-Syariah dan mustaqil. Nabi Shahib asy-Syariah adalah nabi pembawa syariat (hokum-hukum) untuk manusia. Sementara nabi Mustaqil adalah hamba Allah yang menjadi nabi dengan tidak mengikuti nabi sebelumnya, seperti nabi Musa dan Nabi Muhammad. Nabi semacam ini dapat pula disebut nabi Tasri dan mustaqil sekaligus.

b) Nabi Mustaqil Ghair at-Tasyri, yakni hamba Tuhan yang menjadi nabi dengan tidak mengikuti nabi sebelumnya, hanya saja ia tidak membawa syariat baru. Dalam arti bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan syariat yang dibawa nabi sebelumnya, seperti nabi Harun, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa.

c) Nabi Zhilli Ghair at-Tasyri, yakni hamba Tuhan yang mendapat anugrah dari Allah menjadi nabi semata-mata karena hasil kepatuhan kepada nabi sebelumnya dan juga karena mengikuti syariatnya. Karena itu, tingkatannya berada di bawah kenabian sebelumnya dan ia juga tidak membawa syariat baru. Contohnya adalah Mirza Ghulam Ahmad yang mengikuti syariat nabi Muhammad. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 103) Menurut Ahmadiyah Lahore, Mirza Ghulam Ahmad memang menyatakan

bahwa dirinya adalah nabi, tetapi hanya dalam arti kiasan, seperti arti nabi yang terjadi di pustaka sufi, sebagai terminology yang sudah umum yang dapat diterima sebagai penerima komunikasi dengan Tuhan atau hanya arti Lughawinya (linguistik) saja yang artinya hanya untuk orang yang Allah berfirman kepadanya, dan dalam terminologi Islam hal tersebut disebut Muhaddas. Ahmadiyah Lahore mengklasifikasikan nabi menjadi dua. Pertama, nabi haqiqi yaitu nabi yang membawa syariat. Kedua, nabi lughawi atau seseorang yang menerima wahyu tetapi tidak bersifat tasyri. (Ahmadi Djajasugita, 2007: 6)

Mengenai status kenabian terdapat perbedaan antara kelompok Lahore dengan kelompok Qadiani. Golongan Lahore meskipun secara implisit Mengenai status kenabian terdapat perbedaan antara kelompok Lahore dengan kelompok Qadiani. Golongan Lahore meskipun secara implisit

14 H. Sedangkan kelompok Qadian memandang Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan rasul yang wajib diyakini dan dipatuhi perintahnya. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 105)

Perbedaan mendasar tentang kenabian versi Ahmadiyah Qadian dan Lahore adalah

a) Kepercayaan Ahmadiyah Qadian:

1. Ahmadiyah Qadian mempercayai bahwa nabi-nabi dapat diutus dari keturunan rohani Nabi Muhammad. Sebab, Nabi Muhammad adalah nabi yang tetap hidup rohaninya.

2. Ahmadiyah Qadian berkeyakinan bahwa datangnya nabi-nabi yang mengikuti Nabi Muhammad, menunjukkan kelebihan sebagai penghulu para nabi

3. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa datangnya nabi-nabi dari umat Islam menyatakan keinginan umat Islam sendiri

4. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa kedudukan atau pangkat nabi adalah rahmat dari Allah, sedangkan Nabi Muhammad, sudah membuka pintu rahmat itu, bukan menutup pintu itu bagi umatnya

5. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa Nabi Muhammad, adalah nabi penghabisan yang membawa syariat sendiri

6. Ahmadiyah Qadian percaya bahwa nabi-nabi akan datang dengan cap Nabi Muhammad

a. Kepercayaan Ahmadiyah Lahore: (1) Percaya bahwa Nabi Muhammad adalah khataman nabiyyin dalam arti

sebagai nabi yang terbesar dan terakhir (2) Percaya bahwa setelah meninggalnya Nabi Muhammad, tidak ak an

dating lagi nabi, baik nabi lama maupun nabi baru

AL-Mahdi namun bukan nabi Sekalipun demikian paham kedua golongan tersebut dapat juga persamaannya. Keduanya sepakat tentang berakhirnya nabi tasyri atau nabi mustaqil sesudah Nabi Muhammad. Mereka juga sepakat dengan penggunaan wahyu selain al Quran yang diturunkan Allah kepada siapa saja yang dikehendakinya sesudah nabi Muhammad meninggal. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 112)

2. Di Bidang Dakwah Islam

Sesuai dengan maksud dan tujuan Ahmadiyah, yaitu menyiarkan dan membela Islam, mementingkan Al Quran baik dalam pekerjaan tabligh maupun di dalam penghidupan kaum muslimin. Menterjemahkan Al Quran ke dalam berbagai bahasa dan menyebarkan ke seluruh dunia. Berusaha menempatkan mubaligh Islam di negri yang belum dimasuki Islam, mendirikan masjid di negeri yang belum mempunyainya, mendidik orang yang kemudian hari akan diharapkan menjadi mubaligh untuk melenyapkan kekeliruan tentang Islam serta menyampaikan pesan Islam keseluruh dunia (Soedewo, 1937: 86)

Dalam tahun 1901 Mirza Ghulam Ahmad telah meletakkan dasar bagi usaha dakwah Islam di Barat dengan menerbitkan majalah berbahasa Inggris, The Review of Religions , yang secara teknis dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali. The Review Religion kini terus berlangsung semenjak pertama kali diterbitkan tahu 1902 M, menjadikannya salah satu majalah paling tua di dunia. Maulana

dalam bahasa Inggris pada tahun 1917 M , ketika

bahasa lain. (Muhammad Zafrulla Khan, 1979: 177) Karya-karya Maulana Muhammad Ali diakui sebagai karya yang bermutu

terbit pertama tahun 1917 M, telah diterjemahkan ke dalam tidak kurang dari 20 bahasa lain, termasuk Indonesia dan Jawa. Terjemahan dalam bahasa Belanda terbit pertama tahun 1917 M, telah diterjemahkan ke dalam tidak kurang dari 20 bahasa lain, termasuk Indonesia dan Jawa. Terjemahan dalam bahasa Belanda

Buku-buku karya Maulana Muhammad Ali lainnya yang semula dilarang beredar di negara-negara Arab, kini telah mendapatkan rekomendasi dari lembaga yang paling otoritatif dalam menentukan boleh-tidaknya sebuah buku beredar di Mesir dan Arab, yakni Al-Azhar Al-Sharif, Islamic Research Academy, General Department for Writing and Translation, Cairo, Mesir . Buku-buku itu antara lain: The Religion of Islam, The Early Caliphate, Introduction to the Study of the

Hadith, Muhammad the

Prophet , yang sebagian telah diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia. (Nanang Iskandar, 2005: 75)

Beberapa Usaha Ahmadiyah dalam menyebarkan Islam melalui penerbitan antara lain:

1) Penerjemahan tidak kurang dari 10000 kitab salinan Al Quran kedalam bahasa Eropa yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman dan juga kedalam bahasa Urdu. Dan dihadiahkan ke berbagai perpustakaan di Eropa, Amerika Serikat dan India.

2) Mencetak buku riwayat Nabi Muhammad Muhammad the Prophet dan A Short of the Life of Muhammad dan mengedarkannya dengan gratis dan sudah pula disalin ke dalam bahasa Belanda, Turki, Bengali, India dan 10 bahasa lain.

3) Mengedarkan buku riwayat Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman, Ali) dalam bahasa Inggris, (the early chaliphate) Urdu dan Belanda.

4) Mencetak kitab-kitab pelajaran Islam yang berisi tentang seluk beluk agama Islam dan mengedarkan secara gratis Islam the Religion of Humanity yang sudah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Menerbitkan karya Mirza Ghulam Ahmad seperti the Teaching of Islam yang disalin ke bahasa Inggris. Menerjemahkan buku Islam the Religion of Humanity dan 4) Mencetak kitab-kitab pelajaran Islam yang berisi tentang seluk beluk agama Islam dan mengedarkan secara gratis Islam the Religion of Humanity yang sudah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Menerbitkan karya Mirza Ghulam Ahmad seperti the Teaching of Islam yang disalin ke bahasa Inggris. Menerjemahkan buku Islam the Religion of Humanity dan

5) Menerbitkan buku The Religion of Islam dan diterjemahkan kedalam bahasa Belanda.

6) Menerjemahkan kitab-kitab hadist (hadist Bukhari) dalam bahasa Urdu dan Inggris.

7) Menerjemahkan buku-buku Islam dalam bahasa-bahasa India seperti bahasa: Gurmuchi, Hindi, Tamil, Telugu, Malayalam, Hanari, Marnat, Gujarati, Sindhi, Bengali, Chasi, Poestho dan Khasmiri. Dalam bahasa asing lain seperti: Inggris, Belanda, Jerman, Albania, Arab, Tiongkok, Jawa, Melayu, Sunda, Italia, Prancis, Parsi, Siam, Swahili.

8) Menerbitkan majalah: The Light (Inggris), Young Islam (Inggris), Tract Series (Inggris), Paigham Soeth (Urdu), Moslemisxhe Reveue (Jerman), Islamic Review (inggris), Drita (Albania), Assalaam (Belanda), Muslim (Jawa), Al Islah (Sunda), Suluh Kebenaran (Melayu), The Comforter (Inggris, Trinidad, St Joseph Amerika Serikat) (Soedewo, 1937: 87-89) Selain dengan penerbitan Ahmadiyah juga rajin mengirimkan mubaligh ke

berbagai belahan dunia. Tahun 1901 M Ahmadiyah mengirim Abdur Rahman ke Afghanistan. Abdur Rahman berhasil mengajak Sahibzada Syed Abdul Latif, seorang bangsawan Afghanistan memeluk Ahmadiyah. Oleh pemerintah Afghanistan Abdur Rahman dan Sahibzada Syed Abdul Latif dianggap tidak setia terhadap pemerintah Afghanistan dan dianggap sebagai mata-mata pemerintah Inggris. Oleh pemeritah Afghanistan keduannya dijatuhi hukuman pancung. Kedua orang ini oleh Ahmadiyah dianggap sebagai syuhada yang pertama. (Iaian Adamson, 2010: 225)

Tahun 1913 Ahmadiyah kembali mengirim seorang mubalig bernam a Khawaja Kamaluddin ke Woking Inggris. Khawaja Kamaluddin Mendirikan masjid Syah Jehan sekaligus menjadi imam dan juga menebitkan majalah bulanan Islamic Review. Khawaja Kamaluddin berdakwah di Inggris sampai tahun 1930 M pekerjaannya kemudian dilanjutkan oleh Maulvi Abdul Madjid dan kemudian Tahun 1913 Ahmadiyah kembali mengirim seorang mubalig bernam a Khawaja Kamaluddin ke Woking Inggris. Khawaja Kamaluddin Mendirikan masjid Syah Jehan sekaligus menjadi imam dan juga menebitkan majalah bulanan Islamic Review. Khawaja Kamaluddin berdakwah di Inggris sampai tahun 1930 M pekerjaannya kemudian dilanjutkan oleh Maulvi Abdul Madjid dan kemudian

Pada tanggal 19 Oktober 1924 Khalifatul Masih II melakukan peletakan batu pertama, masjid yang dinamakan sebagai masjid Fazl. Masjid ini juga dikenal dengan nama masjid London (The London Mosque) karena terletak di tengah kota London di Inggris. Dana terbesar untuk pembangunan mesjid ini berasal dari kaum wanita Ahmadi. Mesjid ini dibuka dan diresmikan pada tanggal

3 Oktober 1926 oleh Khan Bahadur Sheikh Abdul Qadir. (M. A. Suryaman, 2005: 240) Tahun 1922 M Anjuman mengadakan Tabligh di Jerman. Maulana Sadruddin, mubaligh yang dikirim ke Jerman, berhasil menerbitkan terjemah dan

Mendirikan masjid di Berlin yang dibangun

September 1923-1927 M di Fehrberlliner Platz Briennestrasse str 7, Berlin- wilmerdorf. Masjid ini diimami oleh F. A. Khan Doerrani, dan dilanjutkan oleh Dr. Phil. S. M. Abdullah. Diterbitkan pula majalah Moslemische Revenue yang dibagikan gratis. Orang Jerman yang telah memeluk Islam mendirikan perkumpulan Der Deutsch Muslimische Gesellscharf yang menjadi ketua adalah Herr Amin Boosfeld dan diteruskan oleh Hikmat Satre. Didirikan pula kursus- kursus agama umtuk anak-anak Muslim Jerman dan didirikan pula kursus untuk orang-orang dewasa yang maksudnya untuk meneguhkan iman kepada ajaran Islam. Tahun 1936 M Dr. Phil. S. M. Abdullah mengadakan Kotbah di Prague, Wina, Sarejevo dan Polandia (Soedewo, 1937: 90)

Dakwah di Indonesia di mulai tahun 1924 M, dua orang mubaligh perwakilan Ahmadiyah Lahore, Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad, datang ke Yogyakarta. Saat itu keduanya disambut baik oleh kalangan Muhammadiyah, bahkan diizinkan berpidato di Mukatamar ke-13 Muhammadiyah. Setahun

Aceh dan menyebarkan ajarannya di Sumatra. Ahmadiyah Lahore kemudian mendirikan Gerakan Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di Yogyakarta, sedangkan aliran Qadian mendirikan Jemaah Ahmadiyah Indonesia yang berpusat di Bogor (A. Yogaswara, 2008; 58)

Dakwah di Wina, dilakukan oleh pemeluk Islam Lokal Oemar Rolf Baron Ehrenfels. Dakwah di Kepulauan Fiji oleh Mirza Muzzafar Baig Sati. .Dakwah di Trinidad dan Tobago oleh Haji Maulwi Amir Ali. Dakwah di Amerika Serikat oleh Maulana Fazal Karim. Dakwah di Pattani Thailand oleh Dr. A. W. Khan yang dalam pekerjaannya dibantu oleh Erfan Dahlan. Dakwah Ahmadiyah telah mencapai seluruh dunia yaitu Turki, Irak,Iran, Tiongkok, Syam, Siam, Sailan, Indonesia, Fiji, Philipina, Melayu, Teluk Parsi di benua Asia. Inggris, Jerman, Belanda, Albania di Eropa. Sierra Leone, Nigeria, Gambia, Tunisia, Afrika Timur, Afrika Barat, Mesir di Benua Afrika. dan Guyana, Trinidad Tobago di Benua Amerika (Soedewo, 1937: 90)