Perlakuan Terhadap Non Muslim

4) Perlakuan Terhadap Non Muslim

Dalam daerah atau negeri yang dikuasai Islam pemeluk agama lain diperbolehkan tinggal dalam lingkungan negara sebagai warga negara bukan muslim. kehidupan, harta benda, dan kehormatan akan dilindungi, diperlakukan dengan cara yang baik dan adil, serta diberi kebebasan untuk menjalankan perintah agamanya masing-masing. Hak-hak dilindungi dan terjamin dalam suatu bentuk perjanjian. Mereka dinamakan golongan dzimmi artinya orang-orang yang mendapat jaminan perlindungan dari masyarakat Islam yang tak terbatas waktunya. (Abul Ala Maududi, 1960: 37)

Kewajiban kaum dzimmi antara lain adalah membayar jizyah kepada pemerintah Islam. Tidak boleh menyerang agama Islam/menghina nabi dan al quran, tidak boleh mengancam jiwa kaum muslim dan merusak hak miliknya. Tidak boleh membantu kepentingan musuh Islam. Tidak diperbolehkan mempengaruhi politik dasar dari ideologi negara. (Umar Hasyim, 1979: 256) adapun hak-hak kaum dzimmi adalah, tidak dipaksa dalam memeluk agama. Penduduk non muslim yang bertempat tinggal maupun singgah sementara dijamin keselamatan dan kebebasan mereka. Diperbolehkan menerima tamu atau sebagai tempat perlindungan dari orang-orang yang meminta perlindungan di bumi Islam, memiliki hak politik dalam negara dan administrasi negara, diperbolehkan berpartisipasi dalam militer, Bagi masyarakat non muslim yang menjadi mayoritas dalam sebuah wilayah dalam negara Islam berhak memperoleh otonomi dalam pengadilan, hak milik pribadi dan kehormatan tiap individu dilindungi dalam negara, dibebaskan mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan. (Muhammad Hamidullah, 1959: 219-233)

c). Modernisasi dan Westernisasi

pendudukan militer barat semenjak abad 17 dan 18 M, hingga paruh pertama abad ke 20 membuat modernisasi model Barat meluas ke seluruh bidang kehidupan kaum muslim. Bangunan sosial-politik yang berbasiskan keislaman serta merta tentantang dan terpinggirkan oleh masuknya berbagai pemikiran barat. Selama kolonialisme, bangsa Barat memaksakan adopsi nilai-nilai, pemikiran, ideologi, sistem politik dan sosial yang berakar pada barat, dan mencangkok mentah mentah model-model kelembagaan barat pada negeri-negeri Islam. Selain melalui pemaksaan oleh kolonialis keunggulan barat dalam hal pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan banyak generasi muda Islam tertarik dan terpesona Barat. Oleh mereka ideologi barat tersemai secara perlahan-lahan di negara-negara muslim.

Generasi-generasi terdidik yang berpengaruh dalam berbagai perjuangan nasionalisme merebut kemerdekaan adalah mereka yang sebagian besar terdidik dalam lembaga-lembaga non tradisional Islam dan mengenyam gagasan -gagasan sekuler Barat. Sehingga ketika negara-negara tersebut memperoleh kemerdekaan, elit yang terbaratkan tersebut menduduki posisi-posisi penting di negar-negara yang baru lahir itu. Akibatnya, sistem kenegaraan dan politik mengadopsi sistem barat. Lembaga-lembaga Islam memperoleh tantangan dari pendirian lembaga- lembaga serupa yang didukung negara modern dan diilhami gagasan Barat. Sekolah baru yang sekuler didirikan dengan mengorbankan madrasah tradisional, ketentuan hukum dan pengadilan diadaptasi dari Barat untuk mengatur masalah- masalah sipil, perdagangan dan hukum menggantikan syariah, dengan begitu lembaga-lembaga tradisional Islam pelan-pelan dimatikan melalui proses sekularisasi bertahap pemisahan agama dari lembaga-lembaga tersebut. Para pembaharu sekuler cenderung mendukung gagasan pemisahan agama dari politik karena bagi mereka Islam hanya terbatas pada masalah moral dan pribadi. Kelompok sekuler berpaling ke Barat untuk memperbaiki segi sosio politik dalam kehidupan mereka. (Imdadun Rahmat, 2005: 4)

Secara umum masyarakat muslim terperangkap dalam dua perspektif dalam memandang Barat. Pertama. kalangan tradisional yang percaya bahwa Secara umum masyarakat muslim terperangkap dalam dua perspektif dalam memandang Barat. Pertama. kalangan tradisional yang percaya bahwa

Kalangan modernis mencari posisi tengah antara keduanya. Kaum modernis berusaha memperkokoh masyarakat muslim melalui upaya pembaruan iman dan masyarakat Islam itu sendiri. Kaum modernis menjauhkan diri dari kecenderungan penolakan kalangan konsevatif religius terhadap kekuatan ilmiah politik Barat. Sekaligus juga menolak gagasan kebijakan sekuler yang diperjuangkan oleh elite muslim yang terlalu berorientasi ke Barat. Kaum modernis berpendapat modernisasi tidak mengandung ancaman serius bagi Islam jika dipahami dan ditafsirkan secara benar. Mereka berpegang pada pendapat bahwa pesan-pesan asli Islam yang memberikan pola ideal bagi masyarakat tradisonal islam akan tetap valid sampai kapanpun. Kalangan modernis menekankan pentingnya membangkitkan kembali komunitas muslim melalui proses reinterpretasi atau reformulasi warisan tradisi Islam dalam konteks dunia kontemporer. Menyerukan pembaruan/reformasi melalui ijtihad (penetapan hukum secara mandiri). Modernisme tidak sekedar berupaya memperbaiki praktek yang ada pada awal Islam. Melainkan mengembangkan reinterpretasi atas warisan Islam untuk menjawab tantangan barat, dan berusaha menunjukkan kesesuaian Islam terhadap lembaga modern baik akal, sains, tehnologi, demokrasi, dan konstitusionalisme (Azyumardi Azra,1996: 9-10).

Ahmadiyah mempunyai pengertian berbeda mengenai khilafah dengan kaum muslim secara umum. Menurut Ahmadiyah khalifah mewarisi tampuk pimpinan jemaat sekaligus mewarisi kesucian rohani sehingga akan menerima wahyu dari Allah. Selain itu Khalifah ahmadiyah tidak memegang tampuk Ahmadiyah mempunyai pengertian berbeda mengenai khilafah dengan kaum muslim secara umum. Menurut Ahmadiyah khalifah mewarisi tampuk pimpinan jemaat sekaligus mewarisi kesucian rohani sehingga akan menerima wahyu dari Allah. Selain itu Khalifah ahmadiyah tidak memegang tampuk

Umat Islam di India mengalami mengalami kemundurannya pada abad ke

18 M. Keruntuhan umat Islam dimulai dengan kajatuhan kekaisaran Mughal serta berkuasanya penjajah Inggris di India. Umat Islam menghadapi serangan dari berbagai pihak, yaitu pertama, dari pemerintah Inggris yang membatasi gerak umat Islam sebagi akibat dari pemberontakan Mutiny tahun 1857, kedua dari para misionaris Kristen yang aktif melakukan kristenisasi, dan ketiga, dari kebangkitan umat Hindu. Dari sisi internal, umat Islam sendiri terjebak pada pola pemikiran lama yang tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Umat Islam pemikirannya statis, sedangkan sikap dan perilakunya konservatif.

Melihat umat dalam kondisi yang seperti itu, para ulama dan kaum intelektual berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

Kebangkitan Islam di India

Kebijakan Kolonial Inggris

bermunculan diseluruh dunia, untuk mengembalikan kebesaran agama Islam seperti yang telah dialami pada masa Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Gerakan-gerakan Islam yang akhirnya tumbuh tersebut mempunyai bentuk dan cara yang berlainan antara satu dengan yang lain, sehinga mengakibatkan gerakan-gerakan yang ada kurang terkoordinasi dan masih terkesan berjalan sendiri-sendiri. Namun walaupun demikian prinsip dan tujuan tetap sama yaitu sama-sama menginginkan Islam bangkit lagi untuk memimpin dunia dengan ajarannya yang mulia.

Dari berbagai macam gerakan yang ada, gerakan Ahmadiyah muncul dengan ciri dan keyakinannya sendiri. Gerakan Ahmadiyah pada awalnya muncul di India pada tahun 1889, pendirinya adalah Mirza Ghuam Ahmad. Tujuan awal dari Gerakan Ahmadiyah adalah mencari solusi atas kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Serta sebagai reaksi dari tekanan pemerintah Inggris, gencarnya kaum misionaris Kristen, serta bangkitnya kaum neo Hindu yang mengancam eksistensi umat Islam.

Pada awal berdirinya, gerakan Ahmadiyah mendapat sambutan dan dukungan yang baik dari para ulama dan umat Islam karena Ahmadiyah gigih melawan Kristenisasi dan gerakan Hindu. Tetapi dukungan itu segara berubah menjadi penentangan semenjak pendiri gerakan itu, yaitu Mirza Ghulam Ahmad mengaku menerima Wahyu dari Tuhan. Dimana dalam wahyu tersebut, Tuhan mengangkat Mirza menjadi al Mahdi, al Masih dan Nabi, selain itu Mirza mempunyai perbedaan penafsiran yang berbeda dengan kebanyakan umat Islam. Perbedaan penafsiran antara Ahmadiyah dengan umat Islam kebanyakan justru menyangkut tentang prinsip-prinsip dasar Islam yang tidak dapat diganggu gugat. Dalam doktrin Jihad, umat Islam menganggap bentuk jihad tertinggi yaitu dengan mengangkat senjata, sedangkan menurut dokrin Ahmadiyah Jihad dengan senjata tidaklah utama karena jihad yang utama adalah memerangi hawa nafsu serta berpendapat bahwa umat Islam harus loyal terhadap pemerintah Inggris. Hal inilah menjadikan Ahmadiyah semakin keras mendapatkan tentangan dari umat Islam dan gerakan kebangkitan Islam lain.