Latar Belakang Kebangkitan Islam di India

A. Latar Belakang Kebangkitan Islam di India

1. Latar Belakang Kebangkitan Islam di India

a. Kolonialisme Inggris di India

Sejak kekalahan Turki Usmani dalam serangan ke benteng Wina 1683 M, pihak Barat mulai bangkit menyerang kerajaan tersebut, dan serangan itu lebih efektif lagi di abad ke 18. Selanjutnya di abad berikutnya bangsa Eropa didorong oleh semangat revolusi industri dan ditunjang oleh penemuan baru, mereka mampu menciptakan senjata-senjata modern. Secara agresif mereka dapat menjarah daerah-daerah Islam di satu pihak, sedangkan di pihak lain umat Islam sendiri masih tenggelam dalam kebodohan dan sikap yang apatis dan fatalistis. Akhirnya Inggris dapat merampas India dan Mesir, Perancis dapat menguasai Afrika Utara, sedangkan bangsa Eropa lain sudah menjarah daerah Islam lainnya. (Lotroph Stoddart, 1966: 27)

Inggris masuk ke India sejak tahun 1600 M. Tujuan awalnya adalah berdagang melalui British East India Company atau lebih dikenal dengan EIC. EIC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan. Untuk menunjang usahanya, beberapa pabrik didirikan, antara lain di Surath (1620 M), Madras (1640 M), Bombay (1647 M) dan Calcutta (1690 M). Pabrik-pabrik tersebut memproduksi kain sutra, sutra kasar, kain tenun dan lain-lain. Usaha lainnya adalah mengekspor nila dan rempah-rempah serta mengimpor emas, perak, dan hasil logam lainnya.

Pada abad ke-18 terjadi pertempuran panjang antara Inggris dan Perancis karena berebut jajahan di India. Hasilnya Inggris mengalahkan Perancis. Kemenangan inilah yang kemudian membelokkan tujuan Inggris di India yang semula berdagang berubah ingin menguasai. Saat itu kekuatan Mughal mulai melemah sehingga Inggris dengan mudah menundukkan satu persatu wilayah Mughal. Daerah pertama yang dikuasai adalah Bengal yang berhasil direbut melalui pertempuran Plassey (1757 M). Di kota inilah didirkan pemerintahan

Warren Hastings, Gubernur Jenderal di Bengal menyatukan pabrik-pabriknya dan menciptakan kekuatan politik. (Dudung Abdurrahman, 2002: 190)

Pada tahap ini aktivitas Inggris dikenal sebagai perampasan Bengal, karena secara permanen merusak industri setempat, dan mengubah pertaniannya, juga mendukung datangnya misionaris protestan yang mulai datang pada tahun 1793 M. Perampasan Bengal secara ekonomis akhirnya mengarah pada dominasi politik. Antara 1789-1818 M, baik lewat perjanjian maupun penaklukan militer, kekuasaan Inggris telah terbangun keseluruh India, kecuali lembah Indus yang baru dapat dikalahkan antara 1843-1849 M. (Karen Amstrong, 2003: 171)

Kelemahan Mughal menjadi sebab makin leluasannya Inggris memperluas wilayah jajahan. Para pengganti Shah Jehan dan Aurangzeb telah tunduk pada pemerintah Inggris. Kekuasaan di seluruh anak benua India telah berada di tangan Inggris. Pada 1799 M kepahlawanan Sultan Tipu telah berakhir dengan kematiannya sehingga membuka jalan bagi Inggris untuk lebih memperkokoh kekuasaannya. Pada masa Akbar II terjadi konsesi antara Mughal dan EIC. Inggris bebas mengembangkan usahanya dan sebagai imbalannya Inggris memberikan jaminan kehidupan raja dan keluarga istana. Sejak itu kedudukan raja tak ubahnya seorang pensiunan Inggris yang tidak punya kekuasaan sedikitpun. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 97)

Setelah India menjadi koloni Inggris, posisi kelompok muslim semakin terancam oleh kekuatan Inggris yang berkembang. Kemunduran Mughal mengakibatkan kerugian simbolik sekaligus kerugian praktis. Eksistensi sebuah rezim muslim adalah adanya jaminan kharismatik terhadap nasib baik komunitas muslim. Dengan runtuhnya Mughal jaminan tersebut telah tiada. Pada beberapa daerah seperti Bengal, kerugian nyata di bidang ekonomi dan politik sangatlah besar. Dengan mereorganisir pendapatan dan administrasi peradilan, Bangsa Eropa menggantikan posisi politik tertinggi yang sebelumnya diduduki oleh umat Islam. Pendudukan yang permanen di Bengal turut menyokong peralihan kekuasaan terhadap properti pertanahan dari pihak Muslim kepada pihak Hindu. Para tentara yang semula bekerja pada rezim yang berkuasa direduksi dengan Setelah India menjadi koloni Inggris, posisi kelompok muslim semakin terancam oleh kekuatan Inggris yang berkembang. Kemunduran Mughal mengakibatkan kerugian simbolik sekaligus kerugian praktis. Eksistensi sebuah rezim muslim adalah adanya jaminan kharismatik terhadap nasib baik komunitas muslim. Dengan runtuhnya Mughal jaminan tersebut telah tiada. Pada beberapa daerah seperti Bengal, kerugian nyata di bidang ekonomi dan politik sangatlah besar. Dengan mereorganisir pendapatan dan administrasi peradilan, Bangsa Eropa menggantikan posisi politik tertinggi yang sebelumnya diduduki oleh umat Islam. Pendudukan yang permanen di Bengal turut menyokong peralihan kekuasaan terhadap properti pertanahan dari pihak Muslim kepada pihak Hindu. Para tentara yang semula bekerja pada rezim yang berkuasa direduksi dengan

Beberapa kerugian awal ini disertai dengan kemunduran ekonomi. Semenjak Inggris mengkonsolidasikan kekuatannya, mereka mulai membatasi pendapatan para zamindar agung. Kalangan bangsawan dilepaskan dari penghasilan pajak dan pertambangan, cukai, dan sewa bazaar. Sejumlah subsidi yang diberikan kepada keluarga sultan dibagi-bagi di antara sejumlah ahli waris dan akan diberikan kepada pemberi pinjaman uang (moneylender). Lantaran penghasilan kalangan aristokrat menurun, konsumsi barang-barang mewah juga merosot, tentara, pegawai negeri, dan pengrajin kehilangan pekerjaan. Kehidupan para pribumi, pegawai rendahan, pedagang kecil, pengrajin dan kaum buruh sangat menderita.

Rejim baru juga mendatangkan kerugian kultural sebagaimana kerugian di bidang ekonomi dan politik. Semula pihak Inggris bersikap simpatik dengan program pendidikan tradisional muslim dan terhadap kultur bangsa India. Namun pada tahun 1800an kalangan misionaris Inggris menjadi semakin aktif, dan para pejabat Inggris mulai menindas praktik keagamaan. Bahasa Inggris menjadi bahasa pemerintahan dan bahasa pengajaran, pada tahun 1835 M sekolah-sekolah mulai menggunakan bahasa Inggris, pada tahun 1837 M bahasa Persia dihapuskan sebagai bahasa resmi di pengadilan Mughal. Beberapa perubahan di dalam sistem peradilan dan pembentukan aturan-aturan baru atau hukum baru tentang pembuktian dan definisi baru tentang pelanggaran dan hukum pidana menggeser kedudukan hakim agama Islam (syariah). Pihak Muslim menjadi sadar bahwa dengan pemerintahan asing dan meningkatnya pengaruh warga Sikh dan Hindu, telah menjadi permasalahan yang sangat akut yang tengah mengancam kaum Muslim. (Ira M Lapidus, 2000: 262-263)

Reaksi terhadap kondisi ini adalah meletusnya perang kemerdekaan pada tahun 1857 M, yang di pimpin oleh umat Islam. Inggris muncul sebagai pemenang dan India menjadi negara bagian Inggris. Pemerintah Inggris menjadi lebih curiga Reaksi terhadap kondisi ini adalah meletusnya perang kemerdekaan pada tahun 1857 M, yang di pimpin oleh umat Islam. Inggris muncul sebagai pemenang dan India menjadi negara bagian Inggris. Pemerintah Inggris menjadi lebih curiga

b. Mundurnya Kehidupan Umat Islam

Perkembangan situasi dan kondisi umat Islam di India mengalami kemunduran, terutama pada abad ke 18 M ketika kerajaan Mughal memasuki zaman kemunduran. Islam hadir di India dibawa oleh orang Arab, Persi, Turki dan berkuasa selama lebih dari delapan setengah abad. Itu membawa pengaruh kepada penduduk India. Banyak diantara mereka beralih ke agama Islam, walaupun jumlahnya tidak mayoritas. Banyak tradisi-tradisi lama dari bangsa-bangsa yang dilalui dan yang menjadi penyebar Islam ke India telah ikut memberi warna terhadap praktek-praktek agama Islam yang sampai ke India ditambah dengan tradisi agama Hindu yang masih kuat pengaruhnya di kalangan pengikut baru Islam. (Hamka Haq al Badry, 1981: 18)

Setelah beratus tahun dan turun temurun menganut agama Islam, umat Islam terbawa dalam persaingan dan pertentangan yang keras antar aliran mahzab, dan golongan Islam yang mereka anut seperti: 1) Golongan Syiah dengan Sunni,

dengan kaum syariah, 4) penganut satu mahzab fiqh dengan pengikut mahzab lain.

Paham keagamaan yang mereka anut membawa pengaruh juga terhadap sikap dan perilaku keberagamaan mereka, misalnya Paham keagamaan yang mereka anut membawa pengaruh juga terhadap sikap dan perilaku keberagamaan mereka, misalnya

2) Sikap tidak kritis yang membawa mereka membiarkan keyakinan dan ibadah mereka bercampur dengan ajaran dan tradisi masyarakat yang bertentangan dengan tradisi Islam seperti ajaran Hindu dan Budha.

3) Sikap konservatif yang membawa mereka menentang penerjemaham al

(Iskandar Zurkarnaen, 2005: 49) Sementara itu di kalangan umat Islam pun banyak yang tidak menghiraukan akhlak yang diajarkan Islam. Meminum khamr, menghisap candu, dan melacur menjadi kebiasaan umum. Masjid-masjid pun mulai kosong. Pada sisi lain, muncul orang-orang yang mengaku memiliki kelebihan spiritual serta mengaku menerima risalah dari Tuhan. Semakin besar seorang mampu melakukan hal-hal itu maka semakin luas popularitasnya. Orang-orang semacam ini biasanya menjadi pusat pemujaan rakyat. Akibatnya kecintaan yang tidak lazim terhadap hal-hal yang bersifat tahyul, kekuatan gaib, supranatural, tumbuh subur dalam masyarakat muslim. (Sayid Ali Nadwi, 2005: 4) Sesudah India menjadi koloni Inggris, sikap umat Islam yang masih sangat tradisional dan fatalistis dengan disertai semangat antipati dan fanatisme keagamaan yang berlebihan dalam menghadapi tradisi barat menjadikan umat Islam makin terisolasi. Keadaan India semakin buruk terutama sesudah terjadinya pemberontakan Mutiny di tahun 1857 M. selain itu mereka semakin tenggelam dalam keterbelakangan dan perselisihan dengan sesama muslim karena masalah Khilafiyah. (Iskandar Zurkarnaen, 2005: 50)

Polemik antar sekte merupakan gejala umum pada saat itu sehingga memicu meletusnya kerusuhan bahkan pertumpahan darah, serta penerapan proses pengadilan terhadap isu-isu sektarianisme yang kontroversial. Seluruh wilayah India berada dalam perang saudara antar sekte. Hal ini berdampak pada kegelisahan dan menyebabkan perpecahan dalam komunitas Muslim serta Polemik antar sekte merupakan gejala umum pada saat itu sehingga memicu meletusnya kerusuhan bahkan pertumpahan darah, serta penerapan proses pengadilan terhadap isu-isu sektarianisme yang kontroversial. Seluruh wilayah India berada dalam perang saudara antar sekte. Hal ini berdampak pada kegelisahan dan menyebabkan perpecahan dalam komunitas Muslim serta

c. Perkembangan Agama Kristen dan Kebangkitan Hindu Di bidang keagamaan, missi-missi Kristen mulai bergerak dengan gencarnya di seluruh dunia semenjak tahun 1804 M, khususnya ketika British & Foreign Bible Society terbentuk. Bahkan kurun waktu antara tahun 1815 M hingga 1914 M telah ditetapkan oleh kelompok Kristen sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad Agung Penginjilan Dunia). Dan anak- benua India merupakan sebuah sasaran yang dijadikan sebagai proyek besar bagi gerakan penginjilan/kristenisasi itu. Jutaan orang masuk ke dalam agama Kristen melalui gerakan-gerakan missionaris Kristen disana. (Asep Burhanuddin, 2005: 29)

Sejak 1799 M gereja dari England Chruch Missionary Society telah lebih dahulu mengokohkan landasannya di India. Kemudian disusul oleh berbagai organisasi misi lain termasuk the Chruch of Scotland, the American United Presbytherian Chruch , English Baptis, American Methodist, the United Brethren of Germany, dan Scandinavian Lutherans. Menjelang 1851 M ada 19 macam perkumpulan misi yang bekerja di India dan pada tahun-tahun 1890-an telah berkembang menjadi 73 buah dan masih ada sejumlah misi yang tak terikat dengan suatu nama perkumpulan. Pada tahun 1851 M telah dihitung ada sekitar 91.000 orang kristiani di India. Hanya dalam waktu tiga puluh tahun kemudian, tahun 1881 M, jumlah ini telah berlipat ganda mencapai 41.711.372 jiwa. (Iaian Adamson, 2010: 126)

Dengan stabilitas kekuasan Inggris di India, para misionaris Kristen leluasa melancarkan aktifitas kristenisasi mereka. Kegiatan misionaris Kristen terlihat hampir di setiap tempat, di sekolah-sekolah, rumah sakit, penjara dan pasar. Misionaris ini mencoba untuk menyebarkan agama secara vulgar baik di kalangan Hindu maupun Islam. Mereka secara terbuka mencela kebiasaan yang Dengan stabilitas kekuasan Inggris di India, para misionaris Kristen leluasa melancarkan aktifitas kristenisasi mereka. Kegiatan misionaris Kristen terlihat hampir di setiap tempat, di sekolah-sekolah, rumah sakit, penjara dan pasar. Misionaris ini mencoba untuk menyebarkan agama secara vulgar baik di kalangan Hindu maupun Islam. Mereka secara terbuka mencela kebiasaan yang

Faktor lain yang memperlemah posisi muslim adalah munculnya gerakan Hindu dalam berbagai bentuk. Meskipun India dalam kekuasaan kerajaan Islam Mughal, mayoritas penduduknya masih tetap beragama Hindu. Gerakan-gerakan pemberontakan yang mengancam eksistensi kerajaan Mughal tidak saja terjadi pada masa akhir kekuasaan ketika Mughal mengalami kemunduran, tetapi juga terjadi pada saat kerajaan Mughal mengalami kejayaan. Akan tetapi kurun waktu satu setengah abad terakhir gerakan-gerakan pemberontakan khususnya yang dilakukan golongan Hindu dan Sikh semakin gencar, padahal ketika itu Mughal sedang mengalami kemerosotan menjelang kehancurannya. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 48)

Gerakan revivalisme Hindu bermula dengan pendirian Brahmo Samaj di Kalkuta tahun 1828 M untuk memasyarakatkan theisme dan refomasi sosial di kalangan warga Hindu. Tahun 1875 M di Bombay berdiri sebuah sekte yang lebih militan dan agressif yaitu sekte Arya Samaj yang didirikan pertama kali oleh Swami Dayananda Saraswati (1824-1883). Ini adalah suatu gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama Hindu dan menampilkannya sebagai suatu kebanggaan nasional India, sebuah keimanan yang mampu bersaing dengan ajaran Kristen. (Ira. M. Lapidus, 2000: 280)

Alirannya banyak menentang pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang ortodoks. Selain itu mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kristen maupun Islam. Swami Dayananda Saraswati yang digelari "Hindu Luther" oleh penentangnya, juga menulis sebuah buku Arya Samaj yang bernama Satyarth Prakash , yang berisikan penafsiran/terapan-terapan ayat Veda yang menggambarkan sikap Hindu terhadap agama-agama lainnya dan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kontemporer. Sekte ini berkembang menjamur

Indonesia/latar.html#top) Di kalangan warga Hindu sebagaimana di kalangan Muslim, program reformasi modern disertai dengan kebangkitan ortodoks dan tradisionalis. Diantara pusat perhatian kalangan muslim terdidik adalah kampanye menjadikan bahasa Hindi menjadi bahasa resmi. Revivalisme Hindu mengatarkan pada renaisanse penulisan, meningkatnya jumlah surat kabar dengan sirkulasi yang luas, dan akhirnya mengantarkan pergolakan Hindu menentang posisi penting bahasa Urdu dalam urusan pemerintahan. (Ira. M. Lapidus, 2000: 280)

Tahun 1867 M beberapa orang Hindu dari Benares mengusulkan penghapusan bahasa Urdu dan tulisan Persia dalam kantor-kantor pemerintah dan sebagai gantinya diusulkan agar bahasa Hindi dan aksara devanagri menjadi tulisan resmi dalam peradilan dan pemerintahan. Pihak Inggris tanggap terhadap tuntutan ini, bahasa Urdu dan tulisan Persia dihilangkan dari kurikulum Universitas Allahabad, dan pada tahun 1900 M Inggris menerima penggunaan tulisan devanagri di beberapa propinsi perbatasan bagian barat laut dan di Oudh. (Pakistan Struggle of Nation,1956: 15)

Pendirian Partai Kongres Nasional India tahun 1885 M juga merupakan sebuah pertanda perubahan keseimbangan kekuatan. Partai Kongres, meskipun terbuka bagi muslim, dibentuk oleh para ahli hukum, professional dan intelektual kelas menengah Brahmin, yang pada awal dari gerakan ini mempersalahkan kebijakan generasi Muslim lama. Pada 1905 M pemerintah kolonial Inggris, didasarkan pertimbangan administratif, membagi wilayah Bengal menjadi dua bagian. Terbentuklah sebuah propinsi bagian timur yang mayoritas berpenduduk muslim, tetapi karena tekanan pihak Hindu tahun 1911 M, Inggris membatalkan pembagian wilayah ini. (Ira. M. Lapidus, 2000: 281)

Nasionalisme Hindu melangkah lebih jauh kearah tindakan-tindakan yang agresif terhadap daerah-daerah Muslim seperti New West Frontier dan Afghanistan dengan maksud melindungi Hinduisme. Har Dyal menulis dalam Koran Partap terbitan Lahore menyatakan bahwa, masa depan Hindustan dan Punjab pada empat pokok yaitu: Pertama, Hindu Sangathan (persatuan). Kedua,

Keempat , Menaklukan dan memurtadkan Afghanistan dan New West Frontier. Gerakan Sudhi dan Sangathan diorganisir dengan teratur maksudnya adalah untuk mengecilkan jumlah kaum Muslim dengan jalan memurtadkan mereka dan mengenai Sangathan ialah untuk menyusun suatu angkatan bersenjata Partikelir guna memusnahkan sisa-sisa kaum Muslim (Pakistan Struggle of Nation,1956: 30)

2. Kebangkitan Islam di India

Kesadaran umat Islam untuk mencari solusi atas keterbelakanganya dalam segala bidang, termasuk dalam agama, telah muncul pada pertengahan abad ke 18 yang dimotori oleh Syah Waliyullah, dialah orang petama yang memunculkan ide-ide pembaruan untuk kemajuan Islam di India menganjurkan supaya masyarakat Islam menjadi dinamis dan para ulama supaya berani berijtihad. Syah Waliyullah menyodorkan beberapa hal fundamental yang harus mendapatkan pembaruan. Pertama. Perubahan sistem pemerintahan dari sistem kerajaan ke sistem kekhalifahan. Syah Waliyullah berpendapat bahwa sistem khalifah yang terdapat pada zaman al-khulafa al-rashidun harus digelar kembali. Dengan kata lain sistem pemerintahan absolut harus diganti dengan sistem pemerintahan yang berwatak demokratis. Kedua. Perpecahan umat Islam dikarenakan perbedaan aliran dan mahz

Sunni. Syah

Waliyullah ingin mempertemukan beberapa perbedaan di antara kelompok- kelompok keagamaan Islam, dalam sebuah sistem hukum yang berwatak dinamis dan moderat. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 54)

Ide-ide pembaruan Islam di India dilanjutkan oleh Shah Abdul Aziz (1239 H/1824 M) putra Syah Waliyullah. Tahun 1803 Syah Abdul Aziz mengeluarkan fatwa yang menegaskan bahwa India merupakan darul harb (negeri permusuhan). Dalam fatwanya Syah Abdul Aziz menganggap penguasa Mughal sebagai imam dalam komunitas Muslim, dan menuduh tindakan Inggris ketika merobohkan masjid sebagai tindakan yang menekan kebebasan muslim dan kaum zimmi. Inggris tidak dapat intervensi terhadap praktek keberagamaan umat Islam, seperti salat jum'at, 'id (hari raya), atau urusan hukum keluarga tentang pernikahan.

masyarakat Muslim India harus bangkit melancarkan gerakan perang suci (Jihad). (Asmawi, 2010: 19)

Seorang murid Shah Abdul Aziz, Sayyid Ahmad Barelwi memimpin perjuangan jihad tersebut. Sayyid Ahmad Barelwi berusaha mengembalikan Islam yang sejati dengan menyangkal praktik mistik dan ritual masyarakat awam India, dengan mendasarkan landasan keimanan yang benar kepada al Quran dan Sunnah. Ajarannya tersebut dilanjutkan dengan membangkitkan Muslim India untuk menggulingkan pemerintah asing. Mula-mula gerakan itu bermula dari Bengal kemudian ke Bihar berlanjut ke Utar Pradesh dan dari sana pasukannya berhasil menaklukkan beberapa daerah punjab. Di Panjtar pasukan Sayyid Ahmad Barelwi berhasil memukul mundur tentara raja Sikh Ranjit Singh. Daerah-daerah yang berhasil diduduki kemudian ditegakkan sistim pemerintahan Khalifah sebagaimana zaman Khulafaur-Rasyidin. Pada tanggal 6 Mei 1831 di Balakot pasukan yang dipimpin oleh Sayyid Ahmad Barelwi dikalahkan oleh pasukan Sikh dari kemaharajaan Ranjit Singh Punjab. Pada pertempuran Balakot itulah Sayyid Ahmad Barelwi tewas. Kekalahannya disebabkan pengkhianatan beberapa suku yang membalik membantu musuh. (A. Yogaswara, 2008: 27)

Dengan hancurnya gerakan mujahidin dan runtuhnya Mughal sikap keberagamaan yang berkembang di India adalah merupakan respon terhadap imperialisme Inggris dan sikap taqlid di kalangan umat Islam kepada mahzab yang diikuti, terutama kepada mahzab hanafi. Kelompok pertama yaitu kelompok yang non-kooperatif yang dipelopori oleh ulama tradisional Deoband. Deoband yang dipimpin oleh Muhammad Qasim Naunatawi (1813-1887), Rashid Ahmad

Gangohi (1827-1905), dan Imdadullah (1817-1899). Kurikulum pendidikan

Deoband menggabungkan studi ilmu-ilmu wahyu (ilmu-ilmu Islam seperti al Quran, hadis dan fiqh) dengan sejumlah mata pelajaran rasional (logika, filsafat, dan sains). Pada sisi lainnya, perguruan Deoband berorientasi sufi dan berafiliasi dengan Thariqat Chisti. Perguruan Deoband mencerminkan kesimbangan antara program inovatif dan responsive terhadap perkembangan zaman baru dan kesetiaan terhadap gagasan Muslim tradissional. (Ira, M. Lapidus, 2000: 272) Deoband menggabungkan studi ilmu-ilmu wahyu (ilmu-ilmu Islam seperti al Quran, hadis dan fiqh) dengan sejumlah mata pelajaran rasional (logika, filsafat, dan sains). Pada sisi lainnya, perguruan Deoband berorientasi sufi dan berafiliasi dengan Thariqat Chisti. Perguruan Deoband mencerminkan kesimbangan antara program inovatif dan responsive terhadap perkembangan zaman baru dan kesetiaan terhadap gagasan Muslim tradissional. (Ira, M. Lapidus, 2000: 272)

dengan keterangan di dalam al-Quran, Sunnah Nabi Muhammad, dan kitab hukum mahzab Hanafi. Gerakan Faraidi pada dasarnya tidak menentang mistissisme, tetapi secara tegas menentang pemujaan wali, festival musiman, peringatan

ditujukan kepada Husain, dan beberapa praktik lainnya yang dipandang sebagai unsur kepercayaan Hindu, Budha, atau sejumlah keyakinan para sufi yang ganjil. Pasca kematian Haji Shariatullah putranya yang bernama Dudu Mian, mengubah Faraidi dari gerakan keagamaan murni menjadi gerakan perlawanan kaum petani dan pekerja Bengal, seperti penenun dan pengeboran minyak yang tertindas oleh para zamindar Hindu dan petani kebun nila Inggris. (Ira. M. Lapidus, 200: 267)

Kemudian kelompok ulama Barelwis yang dipelopori oleh Mawlana

Ahmad Raja Khan, yang mengklaim kebenaran kelompoknya sebagai Ahl Sunnah wa al-Jama'ah. Mereka mempercayai bahwa Nabi SAW. mempunyai Ilmu Gaib

dan pengetahuan tentang hakikat ruh. Juga mereka menentang masalah-masalah

hukum yang diyakini oleh kelompok keagamaan yang lain, seperti perayaan hari kelahiran Nabi SAW. (mawlid al-Nabi), haul orang-orang suci, kemampuan spiritual orang-orang suci (Abd. Qadir al-Jaylani), membaca surat al-Fatihah pada

40 hari kematian. Respon lain diwakili oleh para mantan elit politik, yang kooperatif terhadap Barat, dengan penyerapan sains Barat dan pembentukan identitas muslim modern. Respon ini dilakukan oleh Aligarh dan Liga muslim dan

akhirnya mengantarkan kepada terbentuknya negara Pakistan. (Asmawi, 2010: 21) Gerakan Aligarh didirikan oleh Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) pada tahun 1875. Berdasarkan pengalaman dan sejarah umat Islam India serta hasil studi dan analisis yang dilakukan Ssyyid Ahmad Khan, terutama memperhatikan pemberontakan 1857 yang gagal dan juga kunjugannya ke India (1869-1870), maka muncullah ide ide pembaruanya, antara lain:

a. kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak, hukum alam..

c. Menentang taklid dan memerlukan ijtihad untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

d. Umat Islam yang minoritas lebih baik bekerjasama dengan Inggris. Dengan bekerjasama orang Islam dapat memperoleh kemanjian di bidang politik, ilmu pengetahuan, dan teknoligi. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 56)

Upayanya mereformasi cultural dan pendidikan dimuali dengan mendirikan National Muhammadan Association pada tahun 1856, dan Mohammadan Literary Society pada tahun 1863. Langkah ini diikuti dengan mendirikan Anjuman-i Islam di Bombay dan pendirian beberapa madrasah baru di Dacca dan Chitagong. Sayyid Ahmad Khan sendiri mensponsori penerjemahan literature ilmiah berbahasa Inggris ke dalam bahasa Urdu, mendirikan Ghazipur Scientific Society pada tahun 1864, dan mengajarkan penyampaian pengajaran dalam bahasa Urdu di Universitas Calcutta. Kemudian menerbitkan majalah Tahdib al Akhlak (pemurnian moral) untuk mendidik Muslim India dengan cara- cara modernism. Puncak dari upayanya terjadi tahun 1875 dengan pendirian Mohammadan Anglo Oriental College di Aligarh, yang menjadi basis intelektual Muslim India. (Ira. M. Lapidus, 2000: 276)

Gerakan Aligarh semakin lama semakin membesar, kesediaannya bekerjasama dengan Inggris membuat ruang gerak yang lebih besar bagi Sayyid Ahmad Khan. Di tahun- tahun berikutnya Aligarh menjadi pusat pendidikan yang menghasilkan ulama dan intelektual besar Muslim India. Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan di kalangan umat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaruan selanjutnya seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan maulana Abdul Kalam Azad akan sulit berkembang. Gerakan ini pula yang meningkatkan umat Islam India dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bangkit menuju kemajuan yang pengaruhnyya sangat terasa di kalangan intelektual Islam India. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 57) Gerakan Aligarh semakin lama semakin membesar, kesediaannya bekerjasama dengan Inggris membuat ruang gerak yang lebih besar bagi Sayyid Ahmad Khan. Di tahun- tahun berikutnya Aligarh menjadi pusat pendidikan yang menghasilkan ulama dan intelektual besar Muslim India. Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaruan di kalangan umat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaruan selanjutnya seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan maulana Abdul Kalam Azad akan sulit berkembang. Gerakan ini pula yang meningkatkan umat Islam India dari masyarakat yang mundur menjadi masyarakat yang bangkit menuju kemajuan yang pengaruhnyya sangat terasa di kalangan intelektual Islam India. (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 57)

Dalam waktu yang bersamaan muncul lagi seorang tokoh pembaharu yang bernama Mirza Ghulam Ahmad, dengan sifat yang lebih kooperatif terhadap pemerintahan Inggris, ia lalu dianggap memiliki aliran yang saam dengan Sayyid Ahmad Khan. Sebagai gerakan dakwah ahmadiyah bersifat Mahdiistis, aliran ini menganggap pendirinya Mirza Ghulam Ahmad adalah al Mahdi, yang mengemban misi melenyapkan kegelapan dan menciptakan perdamaian dunia. Ahmadiyah juga menempatkan diri sebagai gerakan pembaruan yang bertujuan mengembalikan umat Islam pada pangkal kebenaran Islam, berdasarkan al Quran dan Hadist, dan menyebarkannya sesuai ajaran Mirza Ghulam Ahmad berdasarkan wahyu yang diterimanya (Iskandar Zulkarnaen, 2005: 314)