II - 16 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
E. Demografi
Kondisi demografi
Kabupaten Jombang
berdasarkan perkembangan jumlah penduduk yang tercatat sepanjang tahun 2009-
2012  menunjukkan  adanya  peningkatan  sebanyak  226.165  jiwa. Kenaikan  penduduk  tertinggi  terjadi  pada  periode  tahun  2011-2012
yang  sebanyak  104.444  jiwa  atau  mengalami  pertumbuhan  sebesar 7,62  dibandingkan  tahun  sebelumnya.  Pertumbuhan  penduduk
Kabupaten Jombang
rata-rata berada
pada kisaran
4-5. Perkembangan  jumlah  penduduk  secara  detail  disajikan  dalam  tabel
berikut:
Tabel 2.3. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jombang
No Tahun
Jumlah Laki-laki
Jumlah Perempuan
Jumlah Penduduk
1 2009
611.765 601.342
1.213.107 2
2010 636.773
625.962 1.262.735
3 2011
671.563 659.804
1.331.367 4
2012 722.832
709.979 1.432.811
5 2013
726.118 713.154
1.419.137 Sumber:  Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2013
. Tribulan I 2013
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1 Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan  PDRB  Kabupaten  Jombang  pada  kurun  waktu 2009-2013  selalu  dalam  trend  yang  positif  dan  terus  naik,  baik
berdasarkan  Atas  Dasar  Harga  Berlaku  ADHB  maupun  Atas  Dasar Harga  Konstan  ADHK.  Pertumbuhan  PDRB  ADHK  pada  tahun  2009
sebesar  5,962,262,390.000  meningkat  menjadi  6,327,278,130,000 pada
tahun 2010,
pada tahun
2011 meningkat
menjadi 6,759,495,410,000,
pada tahun
2012 meningkat
menjadi 7,226,418,360,000,  dan  pada  tahun  2013  meningkat  menjadi
7,746,278,090,000.  PDRB  ADHB    juga  mengalami  peningkatan,  yaitu pada  tahun  2009  sebesar  12,519,634,460,000,  pada  tahun  2010
meningkat  menjadi  sebesar  14,060,872,140,000,  pada  tahun  2011 meningkat  menjadi  sebesar  15,945,609,060,000,  pada  tahun  2012
meningkat menjadi sebesar 18,045,848,600,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 20,770,318.25.
II - 17 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Peningkatan  PDRB  terbesar  berada  ada  periode  tahun  2012- 2013,  yaitu  sebesar  519,859,730,000  untuk  ADHB  dan  sebesar
2,724,469.65  untuk  ADHK.  Perkembangan  PDRB  ADHB  dan  ADHK tersaji dalam grafik berikut:
Grafik 2.1. Perkembangan PDRB ADHK dan ADHB Tahun 2009-2013
Sumber:  BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 Angka sementara
Angka sangat sementara
Capaian  PDRB  ADHB  secara  lebih  rinci  didukung  oleh  9  sektor lapangan  usaha,yaitu:  pertanian,  pertambangan,  industri  pengolahan,
listrik, gas dan air  bersih, bangunan,perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan  dan  komunikasi,  keuangan,  persewaan  dan  jasa
perusahaan,serta  jasa-jasa  lainnya.  Capaian  PDRB  Kabupaten merupakan  agregat  dari  kontribusi  sektor-sektor  lapangan  usaha.
Sumbangan  atau  kontribusi  dari  masing-masing  sektor  lapangan usaha berdasarkan PDRB ADHB tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 2.4. Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013
No. Sektor  Sub Sektor
2009 2010
2011  2012  2013
1. Pertanian
29,91 28,87
28,36 28,08
27,47 2.
Pertambangan dan Penggalian
1,42 1,41
1,32 1,24
1,15 3.
Industri Pengolahan 12,14
11,85 11,64
11,60 11,58
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
1,03 0,97
0,94 0,91
0,88 5.
Bangunan 2,55
2,50 2,54
2,48 2,45
5962,262.39 6327,278.13
6759,495.41 7226,418.36
7746,278.09 12519,634.46
14060,872.14 15945,609.06
18045,848.60 20770,318.25
,0.00 5000,000.00
10000,000.00 15000,000.00
20000,000.00 25000,000.00
30000,000.00
2009 2010
2011 2012
2013 ADHB
ADHK
II - 18 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
No. Sektor  Sub Sektor
2009 2010
2011  2012  2013
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 34,29
35,92 36,91
37,54 38,41
7. Pengangkutan dan
Komunikasi 3,76
3,82 3,79
3,77 3,81
8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 3,69
3,85 3,95
4,11 4,22
9. Jasa-Jasa
11,21 10,81
10,55 10,29
10,04 Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013
Sektor  yang  memiliki  kontribusi  tertinggi  terhadap  PDRB  ADHB adalah  sektor  perdagangan,  hotel  dan  restoran  dengan  persentase
kontribusi  34,29  pada  tahun  2009,  35,92  pada  tahun  2010,  36,91 pada tahun 2011, 37,54 pada tahun 2012 dan 38,41 pada tahun 2013.
Sedangkan  sektor  yang  memiliki  kontribusi  paling  rendah  adalah listrik,  gas  dan  air  bersih  dengan  persentase  kontribusi  sebesar  1,03
pada tahun 2009, 0,97 pada tahun 2010, 0,94 pada tahun 2011, 0,91 pada tahun 2012 dan 0,88 pada tahun 2013.
Dalam  perkembangan  kontribusi  sektor  lapangan  usaha  dalam PDRB ADHB terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya mengalami
penurunan.  Secara  besarannilai  capaian  dari  sektor  pertanian  pada periode  tahun  2009  sampai  tahun  2013  menunjukkan  peningkatan,
namun  secara  kontribusi  mengalami  penurunan.  Data  tersebut menunjukkan  bahwa  sektor  pertanian  peningkatannya  lebih  lambat
dibanding sektor lapangan usaha lainnya, sehingga kontribusinya juga mengalami
penurunan. Namun
demikian, pada
tahun 2013
pertumbuhan  sektor  pertanian  menguat,  demikian  juga  tiga  sektor besar  lainnya  Industri  Pengolahan,  Perdagangan,  Hotel  dan  Restoran
serta Jasa-Jasa. Sektor  Perdagangan,  Hotel  dan  Restoran  selalu  tumbuh  subur,
sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  keyakinan  sebagian  pakar  bahwa sektor  ini  yang  paling  luwes  sekaligus  paling  cepat  berubah,  terutama
untuk  yang  kecil  dan  informal,  makin  menemukan  buktinya.  Mudah sekali  orang  masuk  pasar  sektor  ini,  sehingga  banyak  pakar  yang
memuji  perdagangan  kecil  informal  merupakan  bumper  ketika  terjadi krisis  ekonomi  yang  baru  lalu  karena  keluwesannya  menyerap
pengangguran  dan  tenaga  kerja  tak  terdidik.  Andil  penting  sektor  ini dalam  perekonomian  Kabupaten  Jombang  tak  dapat  diingkari
siapapun.
II - 19 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
2 Perkembangan PDRB Perkapita
Indikator  PDRB  perkapita  dapat  digunakan  untuk  melihat kondisi  kesejahteraan  masyarakat  suatu  daerah.  PDRB  Perkapita
adalah  indikator  makro  yang  secara  agregat  dihitung  dari  PDRB ADHB  dibagi  jumlah  penduduk  pada  pertengahan  tahun.  Hal  ini
penting  untuk  mengetahui  pertumbuhan  pendapatan  masyarakat dalam    hubungannya  dengan  kemajuan    sektor    ekonomi.  PDRB
Perkapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat  dipengaruhi  oleh  harga  barang  dan  jasa  yang  berlaku  dipasar.
Dengan  demikian,  maka  pengaruh  inflasi  menjadi  cukup  dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah.
Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Jombang pada tahun 2011 dan 2012 tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 2.5. PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012
No. Uraian
Tahun 2011 Rp. 000
Tahun 2012 Rp. 000
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
ADHB 16.007.787.360  18.045.848.60
2. Penduduk Pertengahan Tahun
1.209.501 1.217.560
3. PDRB Per Kapita
13.235,034 14.821,321
4. Rata-Rata PDRB Perkapita per
bulan 1.102,920
1.235,110 5.
Pertumbuhan 13,18
11,98 Sumber:  BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013, diolah
Angka sementara Angka sangat sementara
Sedangkan  perkembangan  pendapatan  per  kapita  dengan pendekatan  PDRB  Atas  Dasar  Harga  Berlaku  di  Kabupaten  Jombang
selama 5 tahun terakhir tersaji dalam grafik berikut:
Grafik 2.2. Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang
Tahun 2008-2012
9497,677 10411,474
11693,937 13235,034
14821,321
2008 2009
2010 2011
2012
II - 20 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Sumber:  BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 diolah
2011 adalah angka sementara 2012 adalah angka sangat sementara
Dari  grafik  di  atas  dapat  dijelaskan  bahwa  selama  lima  tahun terakhir  ini,  PDRB  Perkapita  ADHB  mengalami  peningkatan  yang
cukup  berarti.  Pada  tahun  2008,  PDRB  Perkapita  ADHB  sebesar Rp.9.497.677,- meningkat menjadi Rp.10.411.474,- pada  tahun  2009,
tahun  2010  menjadi  Rp.11.693.937,-  dan  meningkat  menjadi Rp.13.235.034,- pada tahun 2011. Tahun 2012, pendapatan per kapita
telah mencapai Rp.14.821.321 atau meningkat sebesar 11,98.
3 Laju Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju inflasi    yang  tidak  terkendali  dapat  memicu  penurunan  daya  beli
masyarakat,  terutama  oleh  masyarakat  miskin  yang  tidak  memiliki tabungan.  Selain  itu,  tingginya  laju  inflasi  juga  memberikan  dampak
semakin  melebarnya  tingkat  distribusi  pendapatan  di  masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat investasi produktif. Hal
ini  karena  tingginya  tingkat  ketidakpastian  mendorong  investasi jangka  pendek  dan  tingginya  bunga.  Secara  makro,  dalam  jangka
panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat.
Laju inflasi
harus dikendalikan
agar tercipta
kondisi perekonomian yang stabil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, laju
inflasi dalam kurum waktu 2009-2013 secara terperinci adalah sebesar 5,21  pada  tahun  2009,  sebesar  5,83  pada  tahun  2010,  sebesar
6,15  pada  tahun  2011,  sebesar  5,92  pada  tahun  2012  angka sementara  dan  sebesar  7,  31  pada  tahun  2013  angka  sangat
sementara. Secara rinci disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Grafik 2.3. Laju Inflasi Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013
Sumber:  BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 Angka sementara
Angka sangat sementara
5.21 5.83
6.15 5.92
6.81
2 4
6 8
2009 2010
2011 2012
2013
II - 21 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Beberapa  sektor  yang  menyebabkan  menguatnya  inflasi  pada tahun 2012, diantaranya:
1. Naiknya  kontribusi  sektor  pertanian,  industri  pengolahan,
pengangkutan  dan  komunikasi,  dan  sektor  keuangan,  persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB;
2. Turunnya  kontribusi  sektor  pertambangan  dan  penggalian,  sektor
listrik,  gas  dan  air  bersih,  sektor  bangunan,  sektor  perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa.
Sedangkan  pada  tahun  2013,  inflasi  mengalami  lonjakan  cukup signifikan  yang  disebabkan  oleh  kenaikan  harga  BBM,  depresiasi  nilai
rupiah,  kenaikan  suku  bunga  bank,  kenaikan  tarif  dasar  listrik,  serta momentum  tahunan,  seperti  hari  raya,  pergantian  musim,  yang
memicu  lonjakan  permintaan  akan  barang  dan  jasa  sehingga  harga mengalami kenaikan.
Lonjakan yang
cukup signifikan
membutuhkan regulasi
kebijakan  moneter  yang  cukup  kuat  dan  efektif.  Penguatan  harga komoditas  pokok  yang  dipengaruhi  supply  dari  luar  negeri  sangat
dipengaruhi  keberhasilan  dalam  penguatan  nilai  rupiah.  Selain  itu, kemampuan dasar untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar
merupakan upaya
prioritas dalam
rangka pengendalian dan stabilisasi inflasi.
B. Fokus Kesejahteraan Sosial