RPJMD BAB 2 Gambaran Umum

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

A. Karakteristik Lokasi Wilayah

1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Jombang adalah 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta 1.258 dusun/lingkungan. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk Wilayah Pengembangan Germakerto-susila Plus, yang secara struktur maupun pola ruang lebih banyak diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur. Disamping itu, untuk pengembangan sistem perdesaan diarahkan pada penguatan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan. Peta wilayah administrasi Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.1.

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Jombang


(2)

Batas wilayah administrasi Kabupaten Jombang adalah:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro b. Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang d. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Luasan wilayah kecamatan dan jumlah desa/dusun pada masing-masing kecamatan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.

Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Administrasi

No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Desa/ Kelurahan

Jumlah Dusun

1 Bandarkedungmulyo 32,50 11 42

2 Perak 29,05 13 36

3 Gudo 34,39 18 75

4 Diwek 47,70 20 100

5 Ngoro 49,86 13 82

6 Mojowarno 78,62 19 68

7 Bareng 94,27 13 50

8 Wonosalam 121,63 9 48

9 Mojoagung 60,18 18 60

10 Sumobito 47,64 21 76

11 Jogoroto 28,28 11 46

12 Peterongan 29,47 14 56

13 Jombang 36,40 20 72

14 Megaluh 28,41 13 41

15 Tembelang 32,94 15 65

16 Kesamben 51,72 14 61

17 Kudu 77,75 11 47

18 Ngusikan 34,98 11 39

19 Ploso 25,96 13 50

20 Kabuh 97,35 16 87

21 Plandaan 120,40 13 57

Jumlah 1.159,50 306 1.258

Sumber data: Bappeda, Tahun 2013

Berdasarkan data tersebut Kecamatan Wonosalam merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas dengan luas 121,63 Km² dan memiliki 9 desa dan 48 dusun. Sedangkan Kecamatan Ploso merupakan kecamatan dengan wilayah yang terkecil dengan luas 25,96 Km² dan memiliki 13 Desa dan 50 Dusun.


(3)

B. Letak dan Kondisi Geografis 1) Posisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalur arteri primer Surabaya-Madiun-Yogyakarta dan jalan provinsi Malang-Jombang-Babat, serta dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap pembangunan. Ibukota Kabupaten Jombang berjarak 79 km dari Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang

terletak antara 7°20’48,60”-7°46’41,26” Lintang Selatan serta antara

112°03’46,57”-112°27’21,26” Bujur Timur.

2) Kondisi Kawasan Kabupaten Jombang

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 3 kawasan utama yaitu:

a) Kawasan Utara, berada di sebelah utara Sungai Brantas, merupakan bagian dari pegunungan kapur yang mempunyai fisiologi mendatar dan berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan.

b) Kawasan Tengah, berada di sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok untuk tanaman padi dan palawija karena memiliki sistem irigasi yang cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben.

c) Kawasan Selatan, berada di sebelah tenggara Kabupaten Jombang, merupakan tanah pegunungan yang cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam.

3) Topografi

Berdasarkan pola relief topografi, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:

a) Bagian Selatan, merupakan morfologi perbukitan vulkanik, yang meliputi sebagian Kecamatan Mojoagung, sebagian Kecamatan Bareng, serta Kecamatan Wonosalam, dengan puncaknya antara lain G. Gede-1 (1.629 m), G. Gentonggowok (1.942 m), G. Gede-2 (1.868 m), G. Watujuwadah (1.629 m), dan G. Tambakmerang (1.360 m);


(4)

b) Bagian Tengah, merupakan morfologi dataran aluvial. Satuan ini menempati sebagaian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang dicirikan oleh topografi datar dengan elevasi 21-100 meter dpal dan kemiringan lereng 0-2%, dimana terdapat aliran sungai besar yang permanen (perenial) seperti Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya. Kawasan ini telah berkembang sebagai pemukiman dan perkotaan yang pesat, terbentuk tanah-tanah yang tebal dan subur, serta terdapat lahan pertanian beririgasi teknis. Pada satuan ini elevasi berkisar antara 21 hingga 100 meter dpal;

c) Bagian Utara, merupakan perbukitan struktural lipatan, meliputi sebagian Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Plandaan. Satuan morfologi ini dicirikan oleh adanya pola kontur yang kasar, dengan kemiringan lereng 16-40%. Pola kontur tidak teratur, karena pengaruh proses erosi dan banyaknya puncak-puncak bukit rendah, seperti G. Selolanang (261 m), G. Guwo (231 m), G. Wadon (220 m), G. Resek (164 m), dan G. Pucangan (168 m).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari dataran rendah, yakni 95% wilayahnya memiliki ketinggian kurang dari 500 meter, sementara 4,38% memiliki ketinggian 500-700 meter, dan 0,62% memiliki ketinggian >700 meter. Sedangkan secara morfometri, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelas kemiringan lereng, yaitu:

a) Kelas kemiringan 0–2%, meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang, kecuali Kecamatan Wonosalam, Kudu dan Ngusikan; b) Kelas kemiringan 2–5%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Mojowarno, Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Jombang, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

c) Kelas kemiringan 15–40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

d) Kelas kemiringan >40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Plandaan.

Penyebaran kemiringan lahan di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:


(5)

Gambar 2.2.

Peta Penyebaran Ketinggian di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012 4) Geologi

a) Struktur dan Karakteristik

Geologi wilayah Kabupaten Jombang secara umum tersusun atas batuan dan endapan berumur kuarter. Struktur geologi yang kompleks terdapat di kawasan utara Sungai Brantas, sedangkan kawasan selatan Sungai Brantas lebih didominasi oleh hasil aktivitas vulkanisme.

Stratigrafi daerah Kabupaten Jombang bagian utara merupakan bagian dari stratigrafi Mandala Kendeng yang umumnya terdiri dari endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik yang merupakan endapan laut dalam, kemudian endapan laut menjadi semakin dangkal, sehingga terbentuk endapan non laut.

Urutan stratigrafi Kabupaten Jombang dari yang tertua sampai termuda adalah (1) Formasi Kalibeng Bawah; (2) Formasi Kalibeng Atas; (3) Formasi Pucangan; (4)Formasi Kabuh; (5) Formasi Notopuro; (6) Endapan Vulkanik Tua; (7) Endapan Vulkanik Muda; serta (8) Aluvium.


(6)

Satuan Aluvium mendominasi sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Jombang, Megaluh, Kesamben, Diwek, Peterongan, Tembelang, Sumobito, Gudo, Jogoroto, Perak dan Bandarkedungmulyo. Litologi satuan ini berupa endapan aluvial dan endapan sungai berupa material lepas dominan berukuran lempung sampai kerikil. Penyebaran geologi di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.3.

Peta Penyebaran Geologi di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012 b) Potensi

Jenis struktur geologi yang paling luas adalah 56.042,8 Ha, yaitu alluvium. Tanah tersebut bercirikan warnanya kelabu dan bersifat subur. Tanah aluvium cocok bagi tanaman padi, palawija, tembakau, tebu, kelapa dan buah-buahan. Dengan demikian, sebagian besar wilayah kabupaten jombang sangat berpotensi untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu, kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan dan litosol, grumosol kelabu tua,


(7)

alluvial kelabu, dan asosiasi litosol dan mediteran merah. Adapun sebaran jenis tanah yang mendominasi di wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

1. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang dan Ngoro;

2. Kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan, dan litosol tersebar di wilayah kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Sumobito, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, Kesamben, Kudu, Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan;

3. Tanah grumosol kelabu tua di wilayah Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan;

4. Alluvial kelabu terletak di Mojowarno, Bareng dan Mojoagung;

5. Asosiasi latosol dan mediteran merah tersebar di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Jombang, Megaluh, Kudu, Ngusikan dan Plandaan.

5) Hidrologi

Hidrogeologi wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi oleh sebaran litologi, topografi dan struktur geologi. Pembagian wilayah hidrogeologi secara umum tercermin dari kondisi satuan-satuan morfologinya. Kondisi topografi yang khas, dimana daerah Jombang secara umum merupakan lembah antar bukit (intermountain basin) yang dapat digunakan sebagai dasar perkiraan, bahwa aliran air bawah tanah akan mengalir dari perbukitan vulkan ke arah utara dan dari perbukitan struktural ke arah selatan. Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologinya, Kabupaten Jombang termasuk dalam wilayah Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto. Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto merupakan bagian dari Cekungan Air Bawah Tanah Brantas yang sebarannya berada di wilayah Sungai Brantas dengan luas sekitar 6.186 Km².

Hampir seluruh wilayah Kabupaten Jombang termasuk dalam DAS Brantas (99,2%), dan hanya sebagian kecil saja yang masuk DAS Bengawan Solo (0,8%). Sungai-sungai utama yang melintasi wilayah Kabupaten Jombang antara lain, Sungai Brantas, Sungai Konto, Sungai Jarak, Sungai Pakel, dan Sungai Gunting. Luasan wilayah DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut:


(8)

Tabel 2.2.

Luas DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang

DAS Sub DAS Luas

Ha %

Brantas Beng 7.923 6,8

Konto 14.402 12,4

Marmoyo 23.166 20,0

Ngotok-Ringkanal 43.352 37,4

Gunting 26.204 22,6

Bengawan Solo Solo Hilir 21 0,0

Lamongan 882 0,8

Jumlah 115.950 100,0

Sumber: BPDAS Brantas Tahun 2013

Kabupaten Jombang memiliki potensi sumber daya air untuk keperluan irigasi, yaitu sungai sepanjang 394,30 Km, saluran induk sepanjang 62,90 Km, saluran sekunder sepanjang 434,44 Km, saluran suplesi sepanjang 4,33 Km, serta saluran pembuang sepanjang 187,08 Km. Di samping itu, untuk memenuhi ketersediaan air, terdapat 20 embung dan 84 bendung.

6) Klimatologi

Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Wilayah Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka curah hujan rata-rata berkisar 1.800 mm/tahun dan temperatur antara 20 C - 32 C.

Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten Jombang termasuk memiliki tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.800 mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur, curah hujan sedikit lebih besar. Wilayah Kabupaten Jombang merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, serta dilalui juga oleh dua aliran sungai besar yang merupakan sub DAS Brantas, yaitu Sungai Konto dan Sungai Gunting.

7) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.


(9)

Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (6.514,42 Ha), kawasan sekitar waduk (32,26 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.307,97 Ha).

Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah (33.149,58 Ha), kawasan pertanian lahan kering (4.770,17 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (1.235,77 Ha).

C. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Jombang diarahkan pada penguatan 5 (lima) sektor unggulan, yaitu: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan, serta pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yang meliputi: Mojowarno, Mojoagung, Bandarkedungmulyo, Perak, Tembelang, dan Ploso.

1) Pertanian

Pada kawasan budidaya pertanian, penggunaan lahan di Kabupaten Jombang secara umum terdiri atas 2 bagian besar, yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Berdasarkan data pengolahan data yang bersumber dari dokumen RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 43,21% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada dan jenis pengairannya, maka dapat dikelompokkan bahwa 92,04% sawah berpengairan teknis, 2,70% sawah berpengairan ½ teknis, 4,08% sawah berpengairan tadah hujan, 1,19% sawah berpengairan non teknis.

Jumlah perwilayahan komoditas unggulan pada tahun 2013 telah mencapai pada 9 lokasi kecamatan sesuai dengan jenis komoditas unggulan masing-masing. Jumlah kemitraan agrobisnis yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2013 mencapai 188 unit.

Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian serta melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang


(10)

Lahan Pertanian Abadi, Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029 membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Kawasan tersebut selain sebagai sentra produksi pertanian juga diarahkan untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan. Tahapan identifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sudah dilaksanakan dan direncanakan alokasi lahan seluas 33.149,58 Ha sebagai lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas 31.569,36 Ha.

2) Perkebunan

Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Jombang dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di wilayah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam dua kelompok, yakni perkebunan tanaman tahunan seperti cengkeh, kopi, coklat, karet, dan perkebunan tanaman semusim, antara lain berupa tebu, panili, dan tembakau.

Pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Jombang masih di dominasi oleh komoditas tebu yang pada tahun 2013 ini produksinya sebesar 978.023,80 ton. Selain komoditas tebu, masih terdapat beberapa potensi perkebunan yang berada di Kabupaten Jombang, antara lain tembakau yang produksinya di tahun 2013 ini sebesar 47.402,47 ton, kakao dimana bentuk produksinya dalam bentuk biji kering dan mampu berproduksi hingga 141,3 ton.

3) Kehutanan

Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Hutan produksi yang ada di wilayah Kabupaten Jombang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Jombang dan KPH Mojokerto. Hutan konservasi yang ada berbentuk hutan wisata dan taman hutan raya. Sedangkan hutan lindung lebih diarahkan untuk fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan dalam upaya mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah. Selain ketiga fungsi hutan tersebut, juga


(11)

terdapat hutan rakyat yang pengelolaan dan pemeliharaannya berada di lahan milik masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang tahun 2012, bahwa kawasan hutan produksi di wilayah administrasi Kabupaten Jombang seluas 18.754,9 Ha, yang terbagi atas KPH Jombang seluas 14.900,7 Ha dan KPH Mojokerto seluas 3.854,2 Ha, Hutan lindung seluas 873,1 Ha. Sedangkan kawasan konservasi yang berbentuk hutan wisata seluas 11,4 Ha dan Taman Nasional (Tahura) seluas 2.864,70 Ha.

Perkembangan produksi hasil hutan, khususnya yang berasal dari hutan rakyat pada tahun 2013 mencapai 2.209 m³. Produksi hasil hutan rakyat yang berbentuk kayu mengalami perkembangan yang fluktuatif.

Dalam upaya konservasi hutan dan lahan, kegiatan pembangunan bidang kehutanan dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang berupa kegiatan penanaman vegetatif serta pembangunan sipil teknis. Pada tahun 2012, realisasi kegiatan vegetatif sudah terlaksana dengan capaian seluas 2.465,82 Ha dan kegiatan sipil teknis yang dilaksanakan berupa pembangunan dam penahan, dam pengendali, biopori, gully plug dan penyelamat tebing. 4) Peternakan dan Perikanan

Penyebaran pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kabupaten Jombang, yaitu:

1) Pengembangan ternak besar jenis sapi potong di Kecamatan Kudu, Kabuh, Bareng dan Plandaan. Sedangkan jenis sapi perah di Kecamatan Wonosalam, Ngoro, Diwek dan Mojoagung;

2) Ternak kecil (kambing dan domba) diarahkan di sisi utara Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Kesamben, Tembelang, Kudu, Plandaan, dan Ngusikan. Sedangkan di wilayah Selatan dikembangkan di Kecamatan Wonosalam;

3) Unggas (ayam petelur, ayam potong, itik) diarahkan tidak terlalu berdekatan dengan permukiman, yakni di Kecamatan Plandaan, Kudu, Ngusikan dan Kabuh.

Untuk pengembangan perikanan, yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Jombang adalah perikanan budidaya. Pengembangan kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Jombang dialokasikan pada kawasan sekitar sungai-sungai besar. Sementara ini


(12)

perkembangan perikanan budidaya, khususnya kolam, sebagian besar berada di Kecamatan Diwek dan Kecamatan Ngoro. Dalam upaya pengembangan perikanan budidaya, pembentukan kawasan perikanan diarahkan di wilayah Kecamatan Perak dan Bandarkedungmulyo.

5) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh

Kawasan strategis cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan melebihi dari daerah-daerah yang lain, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Kawasan strategis menjadi fokus pengembangan wilayah dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029. Berdasarkan RTRW Tahun 2009-2009, beberapa kecamatan yang masuk dalam pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh, diantaranya Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ploso, Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Kecamatan Mojowaro. Daerah-daerah tersebut dalam rencana pengembangannya secara fungsi pemanfaatan maupun penggunaan lahannya diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada wilayah yang ada disekitarnya dengan segala aspek potensi yang telah dimiiki. Rencana pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di dalam RTRW, yaitu:

1. Kawasan Ekonomi Khusus Mojowarno

a) Merupakan wilayah pengembangan kegiatan agrobisnis kabupaten. Agrobisnis tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan agrowisata.

b) Didukung dengan pengembangan fasilitas pergudangan, perbankan, pusat penelitian dan pelatihan pengembangan SDA khususnya disektor agrobisnis, dan pasar agribisnis Kabupaten Jombang.

2. Kawasan Ekonomi Terpadu Mojoagung

Merupakan kawasan untuk kegiatan ekonomi perdagangan, berupa pasar induk yang terpadu dengan keberadaanterminal penumpang, terminal cargo dan rest area.

3. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Bandarkedungmulyo dan Perak

Keberadaan kawasan ini sebagai respon keberadaan ruas Jalan Tol Surabaya-Bandarkedungmulyo, dimana interchange (simpang susun) pintu tol terletak di Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Tembelang. Pengembangan kawasan ini diarahkan untuk pengembangan industri manufaktur yang non polutif.


(13)

Pengembangan kegiatan industri menengah dan manufaktur akan didukung dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang dikembangkan di Perkotaan Perak dan Bandarkedungmulyo.

4. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Tembelang

Keberadaan exit tol yang berada di wilayah Kecamatan Tembelang akan memberikan dukungan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tembelang dan tarikan pada beberapa wilayah kecamatan disekitarnya. Kawasan strategis cepat tumbuh Tembelang merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan Kecamatan Tembelang pada masa mendatang dapat berfungsi sebagai pintu masuk Kabupaten Jombang yang merupakan pusat koleksi dan distribusi barang. Dengan pengembangan Perkotaan Tembelang sebagai kawasan strategis cepat tumbuh, maka Perkotaan Tembelang dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat pengembangan wilayah perkotaan Jombang yang fungsi utamanya adalah pusat kegiatan perumahan, perdagangan dan pemerintahan.

5. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Ploso

Peran dan fungsi utama perkotaan Ploso merupakan kawasan pertumbuhan baru di bagian utara Kabupaten Jombang. Oleh karena itu Kecamatan Ploso direncanakan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Perkotaan Ploso merupakan wilayah pengembangan kegiatan industri skala besar di Kabupaten Jombang dan pusat distribusi hasil perkebunan dan kehutanan.

Lokasi Perkotaan Ploso yang terdapat pada lahan yang kurang subur dan berdekatan dengan pusat kegiatan industri di Lamongan dan Tuban. Arahan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh Ploso adalah kawasan industri yang dilengkapi dengan pergudangan, permukiman industri, green belt dan ruang publik, pusat pengolahan limbah industri, frontage road untuk kawasan industri dan kegiatan perdagangan. Untuk memperlancar akses pada jalan kolektor primer direncanakan akan dibangun jembatan baru Ploso yang dapat membantu aksesibilitas distribusi barang dan jasa.


(14)

D. Wilayah Rawan Bencana 1) Banjir

Kawasan rawan bencana banjir berikut adalah wilayah yang secara historis merupakan wilayah banjir atau genangan yang ada di Kabupaten Jombang:

1. Kecamatan Plandaan, meliputi Desa Plandaan, Tondowulan, Sumberjo, Jipurapah, Pojoklitih, Bangsri, Gebangbunder dan Kampungbaru;

2. Kecamatan Ngusikan, meliputi Desa Kedungbogo, Ketapangkuning, dan Keboan yang berasal dari luapan sungai Marmoyo;

3. Kecamatan Kudu, meliputi Desa Katemas, Sidokaton, Bakalanrayung, Made, Kepuhrejo, Sumberteguh dan Kudubanjar yang berasal dari luapan sungai. Marmoyo dan menimbulkan tanah longsor;

4. Kecamatan Ploso, meliputi Desa Ploso, Rejoagung, Jatigedong, Gedongombo, Losari, Pagertanjung, Bawangan, dan Tanggungkramat akibat luapan sungai Marmoyo dan sungai Brantas;

5. Kecamatan Kesamben, meliputi desa Pojokrejo, Jombok, Carangrejo, Watudakon, Kedungmlati, Podoroto, Jombatan, Kedungbetik, dan Pojokkulon;

6. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Kalikejambon, Kedunglosari, Kedungotok, Mojokrapak, Pesantren, Tembelang, Sentul dan Gabusbanaran serta pernah terjadi angin puyuh/puting beliung; 7. Kecamatan Megaluh, meliputi Desa Balongsari, Sumbersari, Ngogri

dan Sidomulyo;

8. Kecamatan Peterongan, meliputi Desa Ngrandulor, Bongkot, Tengaran, Sumberagung, Dukuhklopo, Kebontemu, Morosunggingan, Tugusumberjo, dan Peterongan;

9. Kecamatan Jombang, meliputi Desa Jombang, Sumberjo, Banjardowo, Plosogeneng, Pulolor dan Dapurkejambon;

10.Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Karangdagangan, Tinggar, Banjarsari, Gondangmanis, dan Barongsawahan;

11.Kecamatan Sumobito, meliputi Desa Brudu, Badas, Nglele, Sebani, Segodorejo, Kedungpapar, Sumobito, Budug, Kendalsari, Talunkidul dan Madiopuro;


(15)

12.Kecamatan Mojoagung, meliputi Desa Kademangan, Mancilan, Miagan, Betek, Karobelah, Mojotrisno, Janti, Gambiran Dan Kedunglumpang,

13.Kecamatan Gudo, meliputi Desa Gudo, Pucangro, Bugasur Kedaleman, Plumbon Gambang, Godong dan Krembangan;

14.Kecamatan Jogoroto, meliputi Desa Jogoroto, Ngumpul, Jarakkulon, Sawiji dan Mayangan;

15.Kecamatan Mojowarno, meliputi Desa Karanglo, Gondek, Mojojejer, Selorejo, Catakgayam dan Grobogan.

16.Kecamatan Diwek di Desa Keras. 2) Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana yang berupa gerakan tanah/tanah longsor/erosi berada di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Kecamatan Plandaan. Beberapa bagian wilayah di kecamatan tersebut mempunyai kelerengan diatas 40% dengan luas sekitar 7.753,6 Ha.

3) Puting Beliung

Wilayah di Kabupaten Jombang yang secara historis merupakan wilayah yang pernah terkena bahaya angin puting beliung adalah: 1. Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Mojokambang

(Dusun Mojotengah, Kemendung, Krembung, Wonorejo)

2. Kecamatan Perak, meliputi Desa Plosogenuk (Dusun Sukorejo), Desa Kalangsemanding dan Desa Glagahan.

3. Kecamatan Ngoro, meliputi Desa Genukwatu (Dusun Genukwatu dan Godong), Desa Sugihwaras (Dusun Cermenan ), Desa Gajah (Dusun Gandan), Desa Ngoro (Dusun Pandean dan Ngoro Kidul), Desa Kauman (Dusun Kauman dan Genggeng), Desa Rejoagung (Dusun Genggeng.

4. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Gabusbanaran, Desa Sentul dan Desa Pesantren.

4) Gempa Bumi

Kawasan rawan bencana berupa gempa tektonik terjadi akibat adanya patahan Ploso yang walaupun sudah lama tidak aktif, namun perlu diwaspadai berada di wilayah Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ngusikan, sebagian Kecamatan Megaluh dan Bandarkedungmulyo.


(16)

E. Demografi

Kondisi demografi Kabupaten Jombang berdasarkan perkembangan jumlah penduduk yang tercatat sepanjang tahun 2009-2012 menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 226.165 jiwa. Kenaikan penduduk tertinggi terjadi pada periode tahun 2011-2012 yang sebanyak 104.444 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,62% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jombang rata-rata berada pada kisaran 4-5%. Perkembangan jumlah penduduk secara detail disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.3.

Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jombang

No Tahun Jumlah Laki-laki

Jumlah

Perempuan Jumlah Penduduk

1 2009 611.765 601.342 1.213.107

2 2010 636.773 625.962 1.262.735

3 2011 671.563 659.804 1.331.367

4 2012 722.832 709.979 1.432.811

5 2013 726.118 713.154 1.419.137

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2013 *. Tribulan I 2013

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1) Pertumbuhan PDRB

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jombang pada kurun waktu 2009-2013 selalu dalam trend yang positif dan terus naik, baik berdasarkan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Pertumbuhan PDRB ADHK pada tahun 2009 sebesar 5,962,262,390.000 meningkat menjadi 6,327,278,130,000 pada tahun 2010, pada tahun 2011 meningkat menjadi 6,759,495,410,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi 7,226,418,360,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 7,746,278,090,000. PDRB ADHB juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2009 sebesar 12,519,634,460,000, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 14,060,872,140,000, pada tahun 2011 meningkat menjadi sebesar 15,945,609,060,000, pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 18,045,848,600,000, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi sebesar 20,770,318.25.


(17)

Peningkatan PDRB terbesar berada ada periode tahun 2012-2013, yaitu sebesar 519,859,730,000 untuk ADHB dan sebesar 2,724,469.65 untuk ADHK. Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.1.

Perkembangan PDRB ADHK dan ADHB Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara

Capaian PDRB ADHB secara lebih rinci didukung oleh 9 sektor lapangan usaha,yaitu: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,serta jasa-jasa lainnya. Capaian PDRB Kabupaten merupakan agregat dari kontribusi sektor-sektor lapangan usaha. Sumbangan atau kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha berdasarkan PDRB ADHB tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.4.

Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

No. Sektor / Sub Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013**

1. Pertanian 29,91 28,87 28,36 28,08 27,47

2. Pertambangan dan

Penggalian

1,42 1,41 1,32 1,24 1,15

3. Industri Pengolahan 12,14 11,85 11,64 11,60 11,58

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,03 0,97 0,94 0,91 0,88

5. Bangunan 2,55 2,50 2,54 2,48 2,45

5962,262.39

6327,278.13

6759,495.41

7226,418.36

7746,278.09

12519,634.46

14060,872.14

15945,609.06

18045,848.60

20770,318.25

,0.00 5000,000.00 10000,000.00 15000,000.00 20000,000.00 25000,000.00 30000,000.00

2009 2010 2011 2012* 2013** ADHB ADHK


(18)

No. Sektor / Sub Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013**

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

34,29 35,92 36,91 37,54 38,41

7. Pengangkutan dan

Komunikasi

3,76 3,82 3,79 3,77 3,81

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

3,69 3,85 3,95 4,11 4,22

9. Jasa-Jasa 11,21 10,81 10,55 10,29 10,04

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013

Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB ADHB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase kontribusi 34,29 pada tahun 2009, 35,92 pada tahun 2010, 36,91 pada tahun 2011, 37,54 pada tahun 2012 dan 38,41 pada tahun 2013. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi paling rendah adalah listrik, gas dan air bersih dengan persentase kontribusi sebesar 1,03 pada tahun 2009, 0,97 pada tahun 2010, 0,94 pada tahun 2011, 0,91 pada tahun 2012 dan 0,88 pada tahun 2013.

Dalam perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha dalam PDRB ADHB terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya mengalami penurunan. Secara besaran/nilai capaian dari sektor pertanian pada periode tahun 2009 sampai tahun 2013 menunjukkan peningkatan, namun secara kontribusi mengalami penurunan. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian peningkatannya lebih lambat dibanding sektor lapangan usaha lainnya, sehingga kontribusinya juga mengalami penurunan. Namun demikian, pada tahun 2013 pertumbuhan sektor pertanian menguat, demikian juga tiga sektor besar lainnya (Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-Jasa).

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selalu tumbuh subur, sehingga dapat dikatakan bahwa keyakinan sebagian pakar bahwa sektor ini yang paling luwes sekaligus paling cepat berubah, terutama untuk yang kecil dan informal, makin menemukan buktinya. Mudah sekali orang masuk pasar sektor ini, sehingga banyak pakar yang memuji perdagangan kecil informal merupakan bumper ketika terjadi krisis ekonomi yang baru lalu karena keluwesannya menyerap pengangguran dan tenaga kerja tak terdidik. Andil penting sektor ini dalam perekonomian Kabupaten Jombang tak dapat diingkari siapapun.


(19)

2) Perkembangan PDRB Perkapita

Indikator PDRB perkapita dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat suatu daerah. PDRB Perkapita adalah indikator makro yang secara agregat dihitung dari PDRB (ADHB) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan masyarakat dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB Perkapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang berlaku dipasar. Dengan demikian, maka pengaruh inflasi menjadi cukup dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah.

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Jombang pada tahun 2011 dan 2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.5.

PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012

No. Uraian Tahun 2011*)

(Rp. 000)

Tahun 2012**)

(Rp. 000)

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB)

16.007.787.360 18.045.848.60 0

2. Penduduk Pertengahan Tahun 1.209.501 1.217.560

3. PDRB Per Kapita 13.235,034 14.821,321

4. Rata-Rata PDRB Perkapita per

bulan

1.102,920 1.235,110

5. Pertumbuhan (%) 13,18 11,98

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013, diolah *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Sedangkan perkembangan pendapatan per kapita dengan pendekatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.2.

Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2008-2012

9497,677 10411,474

11693,937 13235,034

14821,321


(20)

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 diolah *) 2011 adalah angka sementara

**) 2012 adalah angka sangat sementara

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa selama lima tahun terakhir ini, PDRB Perkapita ADHB mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2008, PDRB Perkapita ADHB sebesar Rp.9.497.677,- meningkat menjadi Rp.10.411.474,- pada tahun 2009, tahun 2010 menjadi Rp.11.693.937,- dan meningkat menjadi Rp.13.235.034,- pada tahun 2011. Tahun 2012, pendapatan per kapita telah mencapai Rp.14.821.321 atau meningkat sebesar 11,98%.

3) Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju inflasi yang tidak terkendali dapat memicu penurunan daya beli masyarakat, terutama oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki tabungan. Selain itu, tingginya laju inflasi juga memberikan dampak semakin melebarnya tingkat distribusi pendapatan di masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat investasi produktif. Hal ini karena tingginya tingkat ketidakpastian (mendorong investasi jangka pendek) dan tingginya bunga. Secara makro, dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat.

Laju inflasi harus dikendalikan agar tercipta kondisi perekonomian yang stabil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dalam kurum waktu 2009-2013 secara terperinci adalah sebesar 5,21% pada tahun 2009, sebesar 5,83% pada tahun 2010, sebesar 6,15% pada tahun 2011, sebesar 5,92% pada tahun 2012 (angka sementara) dan sebesar 7, 31% pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Secara rinci disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara 5.21 5.83

6.15 5.92 6.81

0 2 4 6 8


(21)

Beberapa sektor yang menyebabkan menguatnya inflasi pada tahun 2012, diantaranya:

1. Naiknya kontribusi sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB;

2. Turunnya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa.

Sedangkan pada tahun 2013, inflasi mengalami lonjakan cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM, depresiasi nilai rupiah, kenaikan suku bunga bank, kenaikan tarif dasar listrik, serta momentum tahunan, seperti hari raya, pergantian musim, yang memicu lonjakan permintaan akan barang dan jasa sehingga harga mengalami kenaikan.

Lonjakan yang cukup signifikan membutuhkan regulasi kebijakan moneter yang cukup kuat dan efektif. Penguatan harga komoditas pokok yang dipengaruhi supply dari luar negeri sangat dipengaruhi keberhasilan dalam penguatan nilai rupiah. Selain itu, kemampuan dasar untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar merupakan upaya prioritas dalam rangka pengendalian dan stabilisasi inflasi.

B. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Urusan Pendidikan

a) Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yakni pada komponen indeks pendidikan bersama dengan angka rata-rata lama sekolah. IPM adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Angka melek huruf (AMH) adalah angka yang menunjukkan tingkat kemampuan baca tulis penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. AMH Kabupaten Jombang mengalami peningkatan dari 92,86 pada tahun 2009 menjadi 94,35 pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 1,49. Perkembangan AMH Kabupaten Jombang tahun 2009 sampai tahun 2013 tersaji dalam grafik berikut:


(22)

Grafik 2.4.

Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Pertumbuhan AMH pada periode tahun 2009-2011 menunjukkan peningkatan linier dan mengalami lonjakan pada tahun 2012. Perkembangan yang signifikan pada tahun 2012 merupakan suatu indikasi bahwa program dalam upaya peningkatan angka melek huruf yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya, berjalan cukup efektif. Capaian AMH kabupaten merupakan agregat capaian AMH kecamatan. Perkembangan capaian AMH sampai dengan tahun 2012 untuk masing-masing kecamatan tersaji pade grafik berikut:

Grafik 2.5

Angka Melek Huruf per Kecamatan Tahun 2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf tertinggi secara berurutan terdapat di Kecamatan Gudo, Jombang dan Peterongan, sedangkan untuk yang terendah mulai dari Kecamatan

92 92.5 93 93.5 94 94.5

2009 2010 2011 2012 2013

92.86 92.89 92.92

93.79


(23)

Kabuh, Ngusikan dan Megaluh. Bila dilihat angka melek huruf kabupaten yang sebesar 93,79, maka terdapat jarak yang cukup besar dengan angka yang ada di kecamatan terendah, yakni Kabuh. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk memacu peningkatan angka melek huruf khususnya di kecamatan-kecamatan yang angkanya masih di bawah 90,00.

b) Angka Rata-rata Lama Sekolah

Komponen lainnya dari indeks pendidikan adalah rata-rata lama sekolah atau mean years of schooling (MYS). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT).

Angka rata-rata lama sekolah (MYS) di Kabupaten Jombang dalam tiga tahun terakhir ada peningkatan. Pada tahun 2010 angka rata-rata lama sekolah adalah sebesar 7,40 tahun, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 7,40 tahun berarti tidak ada kenaikan. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 7,47 atau mengalami peningkatan sebesar 0,95 % dari tahun 2010, dan menjadi 7,67 pada tahun 2013.

Peningkatan angka rata-rata lama sekolah di tahun 2013 menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Namun demikian peningkatan ini perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, baik sarana prasarana maupun mutu pendidikan di Kabupaten Jombang. Perkembangan angka-angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.6.

Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2013

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013

1 Perak 8,73 8,73 7,77 8,96

2 Gudo 8,85 8,85 8,93 8,93

3 Ngoro 6,36 6,36 7,22 7,32

4 Bareng 6,58 6,68 6,53 6,72

5 Wonosalam 5,47 5,47 5,61 6,18

6 Mojoagung 7,32 7,32 6,67 7,41


(24)

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013

8 Diwek 7,70 7,70 7,23 7,98

9 Jombang 10,26 10,26 10,35 10,32

10 Peterongan 8,09 8,09 8,81 9,21

11 Sumobito 7,17 7,17 7,82 8,24

12 Kesamben 6,31 6,31 7,47 7,20

13 Tembelang 6,47 6,47 6,64 6,52

14 Ploso 6,71 6,71 6,07 6,71

15 Plandaan 6,02 6,02 6,82 6,03

16 Kabuh 4,65 5,56 5,52 6,92

17 Kudu 5,56 5,56 6,41 6,12

18 Bandarkedungmulyo 6,76 6,76 6,77 7,21

19 Jogoroto 7,75 7,75 8,16 7,96

20 Megaluh 7,15 7,15 5,61 7,42

21 Ngusikan 6,61 6,61 6,37 6,66

Kabupaten Jombang 7,40 7,40 7,47 7,67

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui perkembangan angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan selama periode 3 (tiga) tahun terakhir. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, perkembangan angka rata-rata lama sekolah pada semua keamatan mengalami peningkatan. Sedangkan kecamatan yang mengalami fluktuasi capaian adalah Kecamatan Perak, Bareng, Mojoagung, Mojowarno, Diwek, Jombang, Kesamben, Tembelang, Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, Jogoroto, Megaluh dan Ngusikan.

Pencapaian rata-rata lama sekolah yang belum begitu besar diantaranya disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD maupun yang tidak sekolah. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM ini. Program pendidikan dasar 9 tahun masih perlu dipacu disamping terus digalakkan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C.

c) Angka Partisipasi Kasar (APK)

Indikator pendidikan selanjutnya yang juga sangat mendukung tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan


(25)

SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK Kabupaten Jombang dalam kurun waktu tahun 2009-2012 tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung stabil dan untuk tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk tingkat SMA secara konsisten mengalami peningkatan. Perkembangan APK tahun 2009-2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.7.

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) KabupatenJombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

124.810 125.712 126.653 127.556 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120.460

1.3. APK SD/MI 103,78 104,97 105,89 105,89

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTS

66.028 65.231 64.220 67.445 2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APK SMP/MTs 102,56 102,12 101,33 103,25

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

54.155 54.662 56.595 60.588

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APK SMA/MA/SMK 93,05 94,74 98,95 99,25

Sumber: Dinas Pendidikan,Tahun 2013

Meskipun terjadi stagnasi APK pada tingkat SD, namun APK pada tingkat SMP dan SMA masih secara kontinyu dan signifikan. Hal ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat


(26)

akan pentingnya arti pendidikan. Jika ditinjau per kecamatan, APK per kecamatan di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.8.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jombang Tahun 2012 Menurut Kecamatan

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APK Jumlah murid usia 13-15 th Jumlah penddk usia 13-15 th APK Jumlah murid usia 16-18 th Jumlah penddk usia 16-18 th APK

1 Bandarkdm 4.524 5.075 89,14 1.404 1.736 80,88 815 2.248 36,25 2 Perak 5.328 4.969 107,22 3.476 3.414 101,82 4.694 2.723 172,38 3 Gudo 5.060 5.452 92,81 1.412 2.168 65,13 741 2.649 27,97 4 Diwek 10.723 9.795 109,47 7.206 5.763 125,04 6.594 4.761 138,50 5 Ngoro 11.198 7.976 140,40 3.832 4.181 91,65 3.089 3.708 83,31 6 Mojowarno 9.125 9.294 98,18 3.154 3.350 94,15 849 4.458 19,04 7 Bareng 4.713 5.690 82,83 2.139 2.221 96,31 674 2.845 23,69 8 Wonosalam 3.238 3.487 92,86 1.293 1.496 86,43 415 1.786 23,24 9 Mojoagung 8.282 8.271 100,13 4.259 4.243 100,38 5.407 3.948 136,96 10 Somobito 7.690 8.075 95,23 3.198 3.436 93,07 1.465 3.796 38,59 11 Jogo Roto 7.085 6.909 102,55 3.876 3.968 97,68 2.097 2.699 77,70 12 Peterongan 6.284 5.768 108,95 4.623 3.774 122,50 4.593 2.867 160,20 13 Jombang 15.174 8.862 171,23 11.405 9.009 126,60 21.621 6.447 335,37 14 Megaluh 3.538 3.510 100,80 1.737 1.839 94,45 339 1.530 22,16 15 Tembelang 5.230 4.914 106,43 2.838 3.457 82,09 1.160 1.927 60,20 16 Kesamben 5.858 6.302 92,95 3.928 2.339 167,94 924 3.115 29,66 17 Kudu 2.678 2.916 91,84 1.426 1.498 95,19 1.167 1.715 68,05 18 Ploso 3.443 3.850 89,43 1.647 2.166 76,04 2.711 2.353 115,21 19 Kabuh 3.335 3.719 89,67 1.417 1.681 84,30 631 2.204 28,63 20 Plandaan 3.057 3.429 89,15 1.461 1.773 82,40 362 2.045 17,70 21 Ngusikan 1.993 2.197 90,71 1.714 1.810 94,70 240 1.222 19,64

Jumlah 127.556 120.460 105,89 67.445 65.322 103,25 60.588 61.046 99,25 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

d) Angka Pendidikan yang Ditamatkan

Perkembangan angka pendidikan yang ditamatkan sampai dengan akhir tahun 2012, menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan TK/RA sebesar 87.920 orang, tingkat pendidikan SD/MI sebesar 490.618 orang, tingkat pendidikan SMP/MTs sebesar 259.742 orang, tingkat pendidikan SMA/MA sebesar 261.186 orang, tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebesar 43,646 orang dan untuk yang lain-lain sebesar 32,950 orang.


(27)

e) Angka Partisipasi Murni

Indikator pendidikan lainnya yang sangat mempengaruhi tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

APM Kabupaten Jombang pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan, di tingkat SD (usia 7-12 tahun) pada 2009 sebesar 92,39, baru kemudian pada tahun 2010 naik menjadi 94,16, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 95,37, sedangkan di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 95,57.

Sedangkan untuk tingkat SMP (usia 13-15 tahun) pada tahun 2009 sebesar 78,74 meskipun di tahun 2008 sebesar 83,95, sehingga mengalami penurunan. Akan tetapi di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 80,75, dan pada tahun 2011 turun menjadi 78,03, sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 85,04.

Untuk tingkat SMA (usia 16-18 tahun) menunjukkan tren yang menggembirakan karena secara terus menerus mengalami peningkatan. Tahun 2009 sebesar 68,18 sedangkan pada tahun 2010, naik lagi menjadi sebesar 69,85, dan meningkat lagi menjadi 73,27 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75,27.

Peningkatan APM pada tingkat SMA ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan disamping juga peran aktif pemerintah dalam menyediakan fasilitas sekolah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya. Perkembangan APM tahun 2009 sampai dengan 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.9.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

111.113 112.761 114.078 115.124 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun


(28)

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1.3. APM SD/MI 92,39 94,16 95,37 95,57

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTs

50.688 51.581 49.456 55.551

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APM SMP/MTs 78,74 80,75 78,03 85,04

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

39.677 40.301 41.909 45.947

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APM SMA/MA/SMK 68,18 69,85 73,27 75,27

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

Jika ditinjau per kecamatan, perkembangan APM di KabupatenJombang pada tahun 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.10.

Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jombang

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APM Jumlah murid usia 13-15 th Jumlah penddk usia 13-15 th APM Jumlah murid usia 16-18 th Jumlah penddk usia 16-18 th APM

1 Bandarkdm 4.113 5.075 81,04 1.344 1.736 77,42 805 2.248 35,81 2 Perak 4.823 4.969 97,06 2.615 3.414 76,60 4.036 2.723 148,22 3 Gudo 4.600 5.452 84,37 1.403 2.168 64,71 737 2.649 27,82 4 Diwek 9.624 9.795 98,25 5.639 5.763 97,85 2.928 4.761 61,50 5 Ngoro 10.114 7.976 126,81 3.272 4.181 78,26 1.932 3.708 52,10 6 Mojowarno 8.031 9.294 86,41 2.555 3.350 76,27 773 4.458 17,34 7 Bareng 4.251 5.690 74,71 1.833 2.221 82,53 626 2.845 22,00 8 Wonosalam 2.946 3.487 84,49 1.299 1.496 86,83 546 1.786 30,57 9 Mojoagung 7.476 8.271 90,39 3.392 4.243 79,94 4.030 3.948 102,08 10 Somobito 6.984 8.075 86,49 2.548 3.436 74,16 1.165 3.796 30,69 11 Jogoroto 6.430 6.909 93,07 3.282 3.968 82,71 1.613 2.699 59,76 12 Peterongan 5.622 5.768 97,47 3.524 3.774 93,38 3.321 2.867 115,84 13 Jombang 13.588 8.862 153,33 9.057 9.009 100,53 16.261 6.447 252,23 14 Megaluh 3.236 3.510 92,19 1.471 1.839 79,99 402 1.530 26,27 15 Tembelang 4.821 4.914 98,11 2.293 3.457 66,33 1.082 1.927 56,15 16 Kesamben 5.369 6.302 85,20 3.151 2.339 134,72 776 3.115 24,91


(29)

No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah murid usia 7-Jumlah penddk usia

7-APM Jumlah murid usia

13-Jumlah penddk usia

APM Jumlah

murid usia 16-Jumlah penddk usia 16-APM

17 Kudu 2.421 2.916 83,02 1.098 1.498 73,30 1.057 1.715 61,63 18 Ploso 3.092 3.850 80,31 1.509 2.166 69,67 2.426 2.353 103,10 19 Kabuh 3.004 3.719 80,77 1.323 1.681 78,70 680 2.204 30,85 20 Plandaan 2.810 3.429 81,95 1.433 1.773 80,82 440 2.045 21,52 21 Ngusikan 1.769 2.197 80,52 1.510 1.810 83,43 311 1.222 25,45

Jumlah 115.124 120.460 95,57 55.551 65.322 85,04 45.947 61.046 75,27 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

2) Urusan Kesehatan a) Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.

Perkembangan angka harapan hidup selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 0,75 tahun, dari sebesar 71,18 tahun pada 2010 menjadi 71,29 tahun pada 2011 kemudian meningkat lagi menjadi 71,93 tahun pada 2012. Capaian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 pada tahun 2013, sehingga menjadi 71,92. Peningkatan tersebut bisa merupakan dampak dari peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan angka harapan hidup tahun 2010-2012 seperti digambarkan pada grafik sebagai berikut:

Grafik 2.7.

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Jika dilihat masing-masing kecamatan, maka AHH tertinggi tahun 2013 adalah di Kecamatan Jombang sebesar 74,35 tahun disusul Kecamatan Kudu sebesar 74,20 dan Ploso sebesar 73,40.

71.18 71.29

71.93

70.5 71 71.5 72


(30)

Sedangkan AHH terendah terdapat di Kecamatan Wonosalam sebesar 64,88 diikuti Megaluh sebesar 67,31 dan Ngusikan sebesar 67,67. Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa akses menuju layanan kesehatan yang lebih mudah terjangkau berdampak terhadap Angka Harapan Hidup. Kecamatan Jombang, Kecamatan Gudo, Kecamatan Peterongan dan Kecamatan Mojoagung, yang secara kewilayahan termasuk di kawasan perkotaan, tentunya akses hingga sarana kesehatan lebih terjangkau daripada kecamatan-kecamatan yang memiliki Angka Harapan Hidup lebih rendah. Untuk lebih lengkapnya berikut ditampilkan data AHH di setiap Kecamatan di Kabupaten Jombang:

Grafik 2.8.

Angka Harapan Hidup per Kecamatan di Kabupaten Jombang Tahun 2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

b) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu.

Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Jombang menunjukkan angka yang kurang stabil setiap tahunnya. Dari data yang tersedia pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 yaitu sebesar 10,2. Kekhawatiran mulai muncul ketika memasuki tahun 2011 terjadi peningkatan kematian bayi yang

60 62 64 66 68 70 72 74 76

Plandaan Kudu Ploso Kesamben Bandarkedungmulyo Gudo Wonosalam Mojowarno Sumobito Diwek Jombang 73.2 67.67 74.2 71.78 73.4 67.31 71.19 67.91 72.54 71.27 69.32 69.22 64.88 73.12 72.32 73.22 72.13 69.45 69.94 71.16 74.35


(31)

signifikan di Kabupaten Jombang. Peningkatan tersebut di tunjukkan dengan data yang tersedia yang mencapai angka 14,5 pada tahun 2011. Peningkatan drastis tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Jombang pada umumnya dan Dinas Kesehatan pada khususnya. Dengan berbagai langkah strategis akhirnya pada tahun 2012 angka kematian bayi akhirnya dapat diturunkan kembali pada angka 12,11. Namun capaian pada tahun 2013 mengalami tekanan menjadi 14,25.

Upaya menekan angka kematian bayi ditempuh melalui peningkatan pelayanan terhadap kesehatan bayi. Upaya tersebut dilaksanakan dengan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan berat badan secara rutin, dan pemberian makanan tambahan di Posyandu. Keberhasilan dalam penurunan angka kematian bayi seharusnya terus dijaga agar angka kematian bayi dapat terus ditekan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut grafik angka kematian bayi kabupaten Jombang dibandingkan dengan pencapaian Provinsi Jawa Timur:

Grafik 2.9.

Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2013 c) Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Jombang dari tahun 2009-2012 cenderung fluktuatif, hal itu bisa dilihat dari angka kematian ibu pada tahun 2009 sebesar 69 meningkat menjadi 78,8 pada tahun 2010 dan di tahun 2011 juga mengalami peningkatan sebesar 128,5 dan mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar

2009 2010 2011 2012 2013

Jombang 10.3 10.2 14.5 12.11 14.25 Jawa Timur 31.41 29.99 29.24 26.95

#REF! 1

0 5 10 15 20 25 30 35

Ax

is

T

it

le


(32)

102,99. Hal itu terjadi karena sebagian besar penyebab kematian berasal dari penyakit penyerta, misalnya jantung, gagal ginjal, sesak dan lain-lain, hanya sebagian kecil akibat langsung dari proses kehamilan dan persalinan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI, diantaranya melalui peningkatan monitoring selama kehamilan (ANC) yang lebih optimal dan melakukan konsultasi sedini mungkin setiap kelainan yang ditemukan di luar kasus Obgyn kepada dokter spesialis terkait, serta minimal satu kali konsultasi ke dokter umum selama kehamilan. Lebih lengkapnya berikut data angka kematian ibu Kabupaten Jombang di bandingkan dengan Provinsi jawa Timur.

Grafik 2.10

Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Jombang dibanding Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013 d) Status Gizi Masyarakat

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat status gizi masyarakat. Perkembangan prosentasebalita gizi buruk di Kabupaten Jombang selama tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun, yakni pada tahun 2010 sebesar 0,04%, tahun 2011 sebesar 0,04%, tahun 2012 sebesar 0,03%, dan tahun 2013 sebesar 0,02%. Perkembangan persentase balita gizi buruk sebagaimana tersaji pada grafik berikut:

Grafik 2.11


(33)

Tahun 2010-2012

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013

e) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin

Sesuai dengan semangat otonomi daerah dimana berusaha mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Begitu juga dalam urusan kesehatan, pemerintah daerah berupaya mempermudah dan meningkatkan akses pelayanan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat, tidak terkecuali warga miskin. Pemerintah Pusat maupun pemerintah provinsi berupaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, begitu juga halnya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Jombang. Berikut data kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Jombang:

Tabel2.11

Perkembangan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Kategori

Jumlah Kepesertaan

2009 2010 2011 2012 2013

(Tribulan I)

Jamkesmas 255.130 255.130 255.130 255.130 517.348

Jamkesda 57.332 57.332 57.332 57.332 57.332

SPM - 4.064 8.329 9.600 2.081

Total 312.462 316.526 320.791 322.062 576.761

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013

C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1) Urusan Seni Budaya

a) Jumlah Grup Kesenian

Untuk menopang pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan adanya upaya untuk menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat. Kelompok seni dan budaya yang berperan

0 0.01 0.02 0.03 0.04

2010

2011

2012

0.04

0.04


(34)

sebagai penyelenggara kesenian memberikan dukungan dalam pelestarian seni dan budaya.

Perkembangan jumlah kelompok kesenian pada kurun 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 jumlah grup kesenian ada di Kabupaten Jombang sebanyak 458 kelompok, pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 457 kelompok, tahun 2010 sebanyak 440 kelompok, tahun 2011 sebanyak 391 kelompok, tahun 2012 sebanyak 490 kelompok, dan tahun 2013 meningkat menjadi 503 kelompok. Perkembangan kelompok seni dan budaya secara rinci dapat disampaikan bahwa pada tahun 2009 menurun sejumlah 1 kelompok, menurun 17 kelompok pada tahun 2010, menurun drastis sejumlah 49 kelompok pada tahun 2011, naik drastis di tahun 2012 sebanyak 99 kelompok, dan naik sebanyak 13 kelompok pada tahun 2013.

b) Jumlah Gedung Kesenian

Jumlah gedung kesenian saat ini di Kabupaten Jombang masih belum tersedia, sehingga perlu adanya pengadaan gedung kesenian untuk menjaga dan melestarikan kesenian daerah. Keberadaan gedung kesenian diharapkan dapat menjadi media segenap lapisan masyarakat dalam mengaktualisasi kebudayaan daerah dan sekaligus menjadi sarana dalam pengenalan maupun pelestarian seni dan budaya daerah.

Berdasarkan data peningkatan jumlah grup kesenian di Kabupaten Jombang, seharusnya kedepan mampu mendukung peningkatan dan eksistensi grup kesenian dengan memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung, salah satunya adalah penyediaan gedung kesenian. Dengan tersedianya gedung kesenian diharapkan pelestarian kesenian dan kebudayaan lokal dapat berkembang dengan baik.

c) Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya

Sampai dengan tahun 2012, penyelenggaraan festival seni dan budaya dilaksanakan di 4 tempat, yaitu GOR Kabupaten Jombang, stadion, alun-alun, dan pendopo kabupaten. Dengan dukungan tempat penyelenggaraan tersebut diharapkan akan semakin meningkatkan jumlah kegiatan seni dan budaya yang dilaksanakan. Untuk menopang pelestarian seni dan budaya perlu upaya menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat.


(35)

Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak peninggalan arkeologi (purbakala). Hal ini dikarenakan Kabupaten Jombang pada masa lalu memiliki peranan yang penting sebagai daerah pemukiman, pusat keagamaan, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian dari masa ke masa.

Letak Kabupaten Jombang yang berada di daerah aliran Sungai Brantas dan ujung timur Pegunungan Kendeng membawa Kabupaten Jombang sebagai tempat hunian manusia purba masa prasejarah. Pada masa selanjutnya, peninggalan-peninggalan penguasa seperti Mpu Sindok dan Airlangga ada di Jombang. Pada masa Majapahit Kabupaten Jombang merupakan bagian dari ibukota Majapahit, sebagai salah satu pintu masuk ibukota Majapahit.

Upaya pelestarian yang telah dilakukan oleh Kabupaten Jombang sebagai langkah awal dalam perlindungan secara fisik adalah dengan melakukan inventarisasi dan registrasi benda budaya yang ada bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur pada tahun 2010. Hasil inventarisasi dan registrasi benda budaya tercatat terdapat 21 buah benda budaya tidak bergerak dan 159 benda budaya bergerak, tersebar di 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Jombang, Kecamatan Diwek, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Perak, Kecamatan Bareng, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Ploso dan Kecamatan Kesamben.

Benda budaya tidak bergerak terdiri dari 1 buah Lapas (Jombang), 3 buah Menara air (Ringin Contong, Peteongan dan Mojoagung), 4 buah Candi (Pundong, Sumber Boto, Ngrimbi dan Tampingmojo), 2 buah Gereja (Kristen Jawi Wetan Ngoro dan Kristen Jawi wetan Mojowarno), 1 buah Gua (Made), 5 buah Situs (Jladri, Grobogan, watumiring, Watukucur, Mbah Hadi Mulyo, 2 buah Pabrik Gula (Tjoekir dan Djombang Baru), 1 buah Rumah Sakit Kristen (Mojowarno), 1 buah Gardu (Papak) dan 1 buah Stasiun KA (Jombang). Sedangkan benda budaya bergerak terdiri atas arca (batu dan terakota), anak timbangan batu, basi porselin, bata, cermin kuningan, cupu porselin, fosil kerang, Fr. arca batu, Fr. pipisan, Fr. pipisan batu, Fr. yoni batu, gelang tangan, perunggu, genta perunggu, guci porselin,


(36)

kelat bahu perunggu, kepala arca logam, kowi terakota, lampu perunggu, lemari buku kayu, lonceng besi, lumping batu, mangkuk porselin, mata tombak besi, meja kenap kayu dan meja mimbar kayu, piring porselin, tangkai cermin logam, tombak besi, topeng, topeng perunggu, tugu (batu dan menturo), tutup cupu porselin, umpak batu, yoni batu dan tempat lampu (blencong).

2) Urusan Kepemudaan dan Olah Raga

a) Jumlah Pemuda Berprestasi Pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional

Jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional dari Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2009-2013 tribulan I sebanyak 120 orang, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 5 orang, 2010 sebanyak 10 orang, 2011 sebanyak 40 orang, 2012 sebanyak 65 orang, dan tahun 2013 sebanyak 101 orang. Untuk lebih meningkatkan prestasi pemuda di masa datang diperlukan upaya pembinaan yang lebih terfokus pada bidang unggulan yang teridentifikasi berpotensi meraih prestasi di tingkat nasional.

Perkembangan jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional selama periode 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.12

Jumlah Pemuda Berprestasi pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional Tahun 2009-2012

Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013

b) Jumlah Cabang Olahraga yang Berprestasi di Tingkat

Provinsi/Nasional

Indikator ini mengukur tingkat keberhasilan pembinaan olahraga di Kabupaten Jombang dengan menghitung jumlah cabang olahraga yang berprestasi di tingkat provinsi/nasional. Perkembangan prestasi

0 20 40 60 80

2009 2010 2011 2012

5 10

40


(37)

cabang olahraga yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

Grafik 2.13

Jumlah Cabang Olahraga Berprestasi Tingkat Provinsi/Nasional Tahun 2009-2013

Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013 b) Lapangan Olahraga

Sampai dengan tahun 2012, jumlah lapangan olahraga sebanyak 932 buah terdiri dari lapangan volley sebanyak 388 buah, lapangan sepak bola sebanyak 349 buah, lapangan basket sebanyak 91 buah, lapangan bulutangkis sebanyak 79 buah dan kolam renang sebanyak 25 buah.

Dengan ketersediaan jumlah lapangan olahraga yang ada tersebut, maka yang perlu untuk ditingkatkan adalah peningkatan kualitas lapangan olah raga sesuai standar nasional, serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dengan tersedianya lapangan olahraga yang memenuhi standar, maka diharapkan mampu mendukung peningkatan potensi dan prestasi olahraga di Kabupaten Jombang.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

A. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Urusan Pendidikan

a) Angka Partisipasi Sekolah

APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Perkembangan APS di Kabupaten Jombang dapat dilihat dalam dua tabel sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 12

2009 2010 2011 2012 2013

4 5 4

6


(38)

Tabel 2.12

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) KabupatenJombangTahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

123.252 123.144 121.239 122.192 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120.460

1.3. APS SD/MI 102,49 102,83 101,36 101,44

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTS

64.953 66.196 63.920 66.139

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APS SMP/MTs 100,89 103,63 100,86 101,22

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

42.344 43.490 46.686 50.516

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APS SMA/MA/SMK 72,76 75,38 81,62 82,75

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan angka partisipasi sekolah pendidikan dasar untuk SD/MI cenderung fluktuasi. Memperhatikan perkembangan mulai tahun 2009 yang sebesar 102,49, tahun 2010 sebesar 102,83 dan menjadi 101,36 tahun 2011, akan tetapi di tahun 2012 ada kenaikan meski tidak signifikan menjadi 101,44. Untuk tingkat SMP/MTs juga mengalami perkembangan yang fluktuasi, yakni dari sebesar 100,89 pada tahun 2009, turun menjadi sebesar 103,63 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 100,86, tapi kemudian mengalami kenaikan menjadi 101,22 pada tahun 2012. Selanjutnya perkembangan angka partisipasi sekolah tingkat SMA/MA/SMK setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 82,75 di tahun 2012.

Sedangkan perkembangan APS menurut kecamatan di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut:


(39)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kecamatan di Kabupaten JombangTahun 2012

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penddk usia 7-12 th APS Jumlah murid usia 13-15 th Jumlah penddk usia 13-15 th APS Jumlah murid usia 16-18 th Jumlah penddk usia 16-18 th APS

1 Bandarkdm 4.269 5.075 84,12 1.342 1.736 77,30 1.333 2.248 59,30 2 Perak 5.073 4.969 102,09 3.414 3.414 100,00 3.114 2.723 114,36 3 Gudo 4.805 5.452 88,13 1.350 2.168 62,27 806 2.649 30,43 4 Diwek 10.468 9.795 106,87 7.144 5.763 123,96 4.794 4.761 100,69 5 Ngoro 10.943 7.976 137,20 3.770 4.181 90,17 3.035 3.708 81,85 6 Mojowarno 8.870 9.294 95,44 3.092 3.350 92,30 1.140 4.458 25,57 7 Bareng 4.458 5.690 78,35 2.077 2.221 93,52 625 2.845 21,97 8 Wonosalam 2.983 3.487 85,55 1.231 1.496 82,29 315 1.786 17,64 9 Mojoagung 8.027 8.271 97,05 4.197 4.243 98,92 1.992 3.948 50,46 10 Somobito 7.435 8.075 92,07 3.136 3.436 91,27 2.913 3.796 76,74 11 Jogoroto 6.830 6.909 98,86 3.814 3.968 96,12 2.510 2.699 93,00 12 Peterongan 6.029 5.768 104,52 4.561 3.774 120,85 3.018 2.867 105,27 13 Jombang 14.910 8.862 168,25 11.339 9.009 125,86 8.790 6.447 136,34 14 Megaluh 3.283 3.510 93,53 1.675 1.839 91,08 563 1.530 36,80 15 Tembelang 4.975 4.914 101,24 2.776 3.457 80,30 8.898 1.927 461,75 16 Kesamben 5.603 6.302 88,91 3.866 2.339 165,28 1.251 3.115 40,16 17 Kudu 2.423 2.916 83,09 1.364 1.498 91,05 785 1.715 45,77 18 Ploso 3.188 3.850 82,81 1.585 2.166 73,18 2.907 2.353 123,54 19 Kabuh 3.080 3.719 82,82 1.355 1.681 80,61 572 2.204 25,95 20 Plandaan 2.802 3.429 81,71 1.399 1.773 78,91 617 2.045 30,17 21 Ngusikan 1.738 2.197 79,11 1.652 1.810 91,27 538 1.222 44,03

Jumlah 122.192 120.460 101,44 66.139 65.322 101,22 50.516 61.046 82,75 Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Jika dilihat per kecamatan, APS cenderung tinggi untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan, dan sebaliknya untuk wilayah kecamatan yang pinggiran cenderung rendah. Hal ini bisa dipahami dengan banyaknya fasilitas pendidikan di wilayah perkotaan baik secara jumlah maupun mutu.


(40)

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK per jumlah penduduk usia pendidikanSD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Untuk mengetahui rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah tersaji pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.14

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 834 832 822 824

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120,460

1.3. Rasio 144,20 143,94 145,51 146,00

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 240 243 237 241

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65,322

2.3. Rasio 268,24 262,87 267,41 271

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah gedung sekolah 176 181 178 181

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61,046

3.3 Rasio 330,66 318,77 321,33 337

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat kecenderungan rasio ketersediaan sekolah menunjukkan tren yang semakin menurun, utamanya tahun 2011, akan tetapi pada tahun 2012 mengalami kenaikan disemua jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin terfasilitasinya kegiatan pendidikan melalui peningkatan jumlah sarana gedung sekolah di Kabupaten Jombang. Jika dibandingkan dengan standar nasional, maka pada tahun 2012 rasio ketersediaan sekolah untuk tingkat SD sebesar 1:146 atau masih dibawah standar nasional yang sebesar 1:170. Untuk tingkat SMP rasio ketersediaan sekolah sebesar 1:271 atau masih dibawah standar nasional yakni


(1)

Sumber : Disporabudpar Kabupaten Jombang

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 1) Urusan Pertanian

a) Nilai Tukar Petani

Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur hasil pembangunan sektor pertanian adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan rasio indeks harga yang diterima oleh petani dengan indeks harga yang dibayar oleh petani. Tahun dasar yang digunakan di dalam perhitungan NTP ini adalah tahun 2007. Perkembangan realisasi capaian NTP sampai dengan tahun 2012 adalah sebesar 104,16 atau naik dari NTP tahun 2011 yang hanya sebesar 97,87. Perkembangan capaian nilai NTP pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.40

Perkembangan Nilai Tukar Petani Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012


(2)

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Secara umum, capaian indikator tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada tahun 2012 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebagai tahun dasar maupun dibandingkan dengan tahun 2011. Jika ditinjau lebih mendalam, ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani pada tahun 2012 mampu mencukupi kebutuhan petani baik untuk proses produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan pokoknya sehari-hari.

Meskipun NTP tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Jombang masih terus berupaya meningkatkan NTP hingga mencapai 115 di akhir tahun 2018 sebagaimana tertuang

dalam dokumen RPJMD tahun 2014-2018. Upaya tersebut

dilaksanakan melalui kebijakan-kebijakan sektor pertanian yang terintegrasi dengan sektor lainnya. Salah satu upaya dalam rangka mendorong peningkatan NTP antara lain melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem usaha tani, penumbuhan dan penguatan peran lembaga pertanian di perdesaan sekaligus peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani serta upaya perlindungan kepada petani terhadap persaingan usaha yang tidak sehat.

Secara umum, kebijakan Pemerintah Kabupaten Jombang yang telah diupayakan dalam rangka peningkatan NTP pada periode tersebut antara lain:

1) Dari sisi indeks yang diterima, upaya yang dilakukan antara lain:

a) Peningkatan produksi dan produktivitas hasil pertanian;

b) Peningkatan efektifitas dan efisiensi sistem usaha tani sehingga dapat menurunkan biaya produksi;

103.29

98.12 97.87

104.16

94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105

2009 2010 2011 2012

NTP Kabupaten Jombang 2009 - 2012Nilai Tukar Petani


(3)

c) Penumbuhan dan penguatan peran lembaga pertanian di perdesaan sekaligus peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani;

d) Perlindungan kepada petani terhadap persaingan usaha yang tidak sehat;

e) Stabilisasi harga produk pertanian;

2) Dari sisi indeks yang dibayar, upaya yang dilakukan antara lain

melalui penurunan biaya produksi dengan subsidi pupuk dan penurunan pengeluaran konsumsi dengan kebijakan-kebijakan antara lain biaya pendidikan murah, biaya kesehatan murah serta stabilisasi harga pangan.

B. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 1) Urusan Pekerjaan Umum

a) Ketaatan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Berdasarkan data hasil evaluasi pemanfaatan lahan yang telah dilakukan pada tahun 2013, bahwasannya rencana penggunaan lahan yang direncanakan dalam dokumen Rencana Tatat Ruang Wilayah Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 32,70% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada, berdasarkan jenis pengairannya, maka 92,04% berpengairan teknis, 2,70% sawah ½ teknis, 4,08% sawah tadah hujan, 1,19% sawah non teknis.

Untuk menjamin keberlangsungan produksi pertanian, maka Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Langkah lain yang ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, yaitu dengan mulai menginvetarisir lahan pertanian tanaman pangan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Hal ini selaras dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang menerbitkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Abadi. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, Kabupaten Jombang berencana mengalokasikan lahan seluas 40.676 Ha sebagai


(4)

lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas 31.569,36 Ha.

b) Luas wilayah produktif (Ha)

Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (1.212 Ha), kawasan sekitar waduk (26,0 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.271,97 Ha).

Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah (40.676 Ha), kawasan pertanian lahan kering (14.284,90 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (2.122,30 Ha).

c) Luas Wilayah Industri

Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Jombang

berkembang cukup pesat dimana pada beberapa lokasi telah

dimohonkan untuk kegiatan industri terutama di Wilayah

Pengembangan Ploso. Kawasan peruntukan industri di Wilayah Pengembangan Ploso pada tahun 2029 direncanakan seluas 899,87 Ha. Di Wilayah Pengebangan Ploso telah berdiri industri dengan luasan 60 Ha di Desa Jatigedong Kecamatan Ploso yang dimiliki oleh PT. Plant Cheil Jedang Indonesia (CJI) Sedangkan potensi pengembangan lahan untuk kegiatan industri yang telah direncanakan oleh 2 (dua) perusahaan yaitu PT. Java Fortis Corporindo dan PT. Kawasan Jombang luasnya mencapai 2.000 Ha. Kawasan yang telah dibebaskan untuk kegiatan industri pada Wilayah Pengembangan Ploso ini luasnya mencapai 800 Ha dimana masing-masing perusahaan mengajukan ijin seluas 400 Ha untuk tahap pertama.

Gambaran kawasan industri dan potensi pengembangan kawasan industri yang berada di WP Ploso adalah sebagai berikut:


(5)

1) Rencana Pengembangan Kawasan Industri oleh PT. Java Fortis Corporindo:

o Rencana pengembangan 1.200 Ha;

o Izin tahap pertama seluas 400 Ha, meliputi: Kecamatan Ploso dan Kabuh;

o Gambaran lokasi yang telah dibebaskan, yaitu:

Kecamatan Ploso (Desa Jatigedong);

Kecamatan Kabuh (Desa Karangpakis, Desa Sumberingin, Desa Sumbergondang, Desa Genengan Jasem)

2) Rencana Pengembangan Kawasan Industri oleh PT. Kawasan Jombang:

o Rencana Pengembangan 800 Ha

o Izin tahap pertama seluas 400 Ha meliputi wilayah Kec. Kabuh dan Kudu

o Gambaran lokasi yang telah dibebaskan berada di :

 Kecamatan Kabuh (Desa Munungkerep, Desa Genengan Jasem, Desa Kauman);

 Kecamatan Kudu (Desa Katemas, Desa Sidokaton dan Desa Bendungan)

d) Luas Wilayah Kebanjiran

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut dan terjadi luapan. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya.

Wilayah yang paling berpotensi terjadi banjir di Kabupaten Jombang terdapat di Kecamatan Mojoagung, karena wilayah tersebut menjadi pertemuan tiga sungai, yaitu S. Gunting, S. Catakgayam dan


(6)

S. Jiken. Secara historis, hampir 50% dari jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang pernah mengalami banjir.

e) Luas Wilayah Perkotaan

Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalan arteri primer Surabaya-Solo-Jakarta dan jalan kolektor primer Malang-Jombang-Babat. Selain itu, Kabupaten Jombang juga dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap konstruksi, sebagai bagian dari jalan tol Trans Jawa. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk dalam kawasan Wilayah Pengembangan Germakertosusila Plus, dan Perkotaan Jombang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL),yakni kawasan perkotaan yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup lokal (skala kabupaten atau beberapa kecamatan)

Luas wilayah Kabupaten Jombang 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta 1.258 dusun/lingkungan. Dari 21 Kecamatan tersebut terdapat beberapa kecamatan dengan wilayah perkotaan, yaitu: Kecamatan Jombang (36,40 Km²), Kecamatan Diwek (47,70 Km²) Kecamatan Perak (29,05 Km²), Kecamatan Peterongan (29,47 Km²), Kecamatan Mojoagung (60,18 Km²), Kecamatan Tembelang (32,94 Km²) dan Kecamatan Ploso (25,96 Km²).