II - 80 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu Di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Perkembangan produksi daging selama tahun 2009
– 2012 meningkat rata-rata 2,89 per tahun dari sebanyak 15.851 ton pada tahun 2009
menjadi sebanyak 17.222 ton pada tahun 2012. Sedang untuk produksi telur mengalami penurunan rata-rata 2,84 per tahun dari
sebesar 14.600 ton pada tahun 2009 menjadi sebanyak 13.116 ton pada tahun 2012 hal ini disebabkan karena adanya penurunan
populasi ternak ayam ras petelur rata-rata 2,79 per tahun. Untuk produksi susu meningkat rata-rata 8,5 dari sebanyak 5.104.460 liter
pada tahun 2009 menjadi sebanyak 6.452.000 liter pada tahun 2012.
3. Urusan Kehutanan
a Produksi dan Produktivitas Kehutanan
a Produksi dan Produktivitas Kehutanan
Kehutanan adalah suatu praktik untuk membuat, mengelola, menggunakan dan melestarikan hutan untuk kepentingan manusia.
Pengelolaan hutan sebaiknya diselaraskan dengan pengelolaan sumber daya alam yang lainnya, sehingga pemanfaatan sumber daya hutan
dapat terjalin dengan baik dan menguntungkan.Kehutanan bukan hanya berfungsi sebagai pelestari ekosistem, tetapi juga menghasilkan
sesuatu hal yang produktif. Perkembangan produksi hasil hutan di Kabupaten Jombang selama tahun 2009 - 2012 secara umum terlihat
pada grafik berikut:
Grafik 2.38
- 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 14,000
16,000 18,000
Daging ton Telur ton
Susu 000 liter 2009
15,851 14,600
5,104.46 2010
16,311 11,931
5,824.85 2011
17,640 12,207
5,591.61 2012
17,222 13,116
6,452.00 P
ro d
u ks
i
Perkembangan Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun 2009 - 2012
II - 81 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Perkembangan Produksi hasil hutan Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan produksi hasil hutan kayu tahun 2009
– 2013 meningkat rata-rata 2,8 per tahun dari sebesar 3.173,05 m
3
pada tahun 2009 menjadi sebesar 2.209,18 m
3
pada tahun 2013. Produksi hasil hutan kayu tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan
produksi tahun 2011 yaitu hanya tercapai 1.762,28 m
3
disebabkan karena rata-rata kepemilikan kayu rakyat belum mencapai umur layak
untuk ditebang sudah masa tebang pada jenis tanaman keras berumur pendek. Selain itu penurunan produksi hasil hutan secara
tidak langsung didukung oleh adanya peningkatan kemampuan sumber daya manusia secara administratif dan teknis dari
pelaksanaan Diklat tenaga teknis pengelolaan hutan produksi lestari Ganis PHPL di Kabupaten Jombang dan prioritas pengembangan
hutan rakyat
diarahkan pada
upaya-upaya pelestarian
dan perlindungan sumber daya alam dengan penekanan implementasi
pada tahapan mewujudkan sertifikasi hutan rakyat. Pencapaian target produksi hasil hutan rakyat ditempuh dengan
tetap memperhatikan aspek kelestarian hutan, dengan cara: 1.
Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan penanaman pohon pada lahan kritis, lahan kosong dan lahan kurang
produktif;
- ,500.00
1,000.00 1,500.00
2,000.00 2,500.00
3,000.00 3,500.00
4,000.00 4,500.00
5,000.00
2009 2010
2011 2012
2013 3,173.05
3,609.95 4,918.77
1,762.28 2,209.18
m 3
Produksi Hasil Hutan Kayu
Perkembangan Produksi Hasil Hutan Kayu Tahun 2009 - 2013
Produksi Hasil hutan Kayu
II - 82 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
2. Meningkatkan teknik budidaya tanaman kayu-kayuan dan
tanaman bawah tegakan yang berumur panjang dan pendek serta Multi Purphose Trees Species MPTS sesuai dengan fungsi
alam karakteristik masing-masing wilayah. 3.
Penguatan kelembagaan kelompok hutan rakyat melalui sertifikasi ecolabelling hutan rakyat
4. Penguatan SDM melalui Diklat tenaga teknis pengelolaan hutan
produksi lestari Ganis PHPL
b Luas Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif, bersifat tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah meskipun dikelola, produktivitasnya sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima
jauh lebih sedikit daripada biaya pengelolaannya. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara
lain sebagai berikut: a.
Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan. b.
Genangan air yang terus-menerus. c.
Erosi tanah dan masswasting yaitu gerakan masa tanah menuruni lereng yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan,
dan daerah yang miring. d.
Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
e. Masuknya material yang tak dapat diuraikan oleh bakteri misalnya
plastikdan dapat bertahan lama masuk ke lahan pertanian sehingga sangat mengganggu kelestarian kesuburan tanah.
Lahan kritis memiliki kondisi lingkungan yang sangat beragam tergantung pada penyebab kerusakan lahan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa kondisi lahan kritis menyebabkan tanaman tidak cukup mendapatkan air dan unsur hara, kondisi fisik tanah yang
tidak memungkinkan akar berkembang dan proses infiltrasi air hujan, kandungan garam yang tinggi akibat akumulasi garam sekunder atau
tanaman keracunan oleh unsur toksik yang tinggi. Lahan kritis ditandai oleh rusaknya struktur tanah, menurunnya kualitas dan
kuantitas bahan organik, defisiensi hara dan terganggunya siklus hidrologi, perlu direhabilitasi dan ditingkatkan produktivitasnya agar
II - 83 RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
lahan dapat kembali berfungsi sebagai suatu ekosistem yang baik atau menghasilkan sesuatu yang bersifat ekonomis bagi manusia.
Lahan Kritis yang tidak memberikan atau meningkatkan produktifitas lahan seharusnya di rehabilitasi agar menjadi lahan
potensial. Perkembangan luasan rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Jombang selama tahun 2009-2012 secara umum
menunjukan trend meningkat. Secara umum produksi hasil hutan sebagaimana terlihat pada grafik berikut:
Grafik 2.35 Perkembangan Luasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun
2009-2012
Sumber data: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Perkembangan luasan rehabilitasi hutan dan lahan selama
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan rata- rata 6,59 per tahun dari sebesar 2.066,5 Ha pada tahun 2009
menjadi sebesar 1.097,03 Ha pada tahun 2013 disebabkan oleh prioritas rehabilitasi hutan dan lahan tidak hanya pada aspek
penanaman vegetatif namun juga kepada pembangunan bangunan sipil teknis berupa dam penahan, dam pengendali, gully plug,
penyelamat tebing, sumur resapan, biopori, dan rorak.
4. Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral