108 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor : Per.07MenIv2008 1 Selain pelayanan penempatan tenaga kerja yang dilakukan oleh
pemerintah dan lembaga swasta berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, pelayanan penempatan tenaga kerja dapat dilakukan di
lembaga satuan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, dan pelatihan.
2 Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, adalah pelayanan penempatan khusus bagi para lulusan, para siswa yang putus sekolah dan
siswa yang masih aktif. 3 Lembaga yang melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
2, disebut bursa kerja khusus harus menyampaikan laporan kegiatan penempatan secara tertulis kepada instansi yang bertanggungjawab di
bidang ketenagakerjaan kabupatenkota.
Hasil kegiatan
dibuat laporan
secara tahunan
sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang berisi anggaran dan data statistik. Selain laporan, pengawasan juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Dinas Tenaga Kerja
dengan melakukan obervasi langsung dan auditing diberbagai kegiatan BKK SMK N 6 Yogyakarta.
D. Hambatan-hambatan yang Ditemui
Penelitian yang berjudul Manajemen Bursa Kerja Khusus BKK di SMK N 6
Yogyakarta ini memiliki keterbatasan penelitian antara lain:
1. Kurang tersalurnya jurusan Tata Busana di lapangan pekerjaan yang ada karena
banyaknya garment atau pabrik pakaian jadi sehingga menyulitkan alumni untuk mengembangkan karirnya.
Kendala BKK di SMK N 6 Yogyakarta yaitu pada perencanaan. Salah satu jurusan mengalami penurunan sehingga lulusan kurang maksimal dalam
memperoleh pekerjaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua BKK yang menyatakan bahwa:
109 “…..kecantikan nomor satu, lalu AP, UPW baru busana karena jenuh agak
kurang, anak busana kelihatannya jenuh karena bekerjanya pada di SPG. Kalau di garment pada tidak mau, itu salah satu kendalanya, saya juga tidak
tau mereka jenuh. SPG ya ada yang di mall” Perencanaan BKK mengalami kendala yaitu ketidaksesuaian jurusan lulusan
dengan pekerjaaan yang didapatkan. Pada jurusan tata busana mengalami kejenuhan dan faktor lingkungan yang kurang mendukung yaitu banyaknya pabrik
pakaian jadi. Hal tersebut juga dibuktikan melalui data penelusuran tamatan bahwa jurusan tersebut sebagian besar lulusan tidak bekerja pada bidang
keahliannya. Salah satu proses perencanaan yaitu menganalisis lingkungan, oleh karena itu BKK SMK N 6 Yogyakarta membutuhkan analisis secara lebih
mendalam guna memperoleh keadaan lingkungan. Selain itu juga ketidaktepatan pekerjaan lulusan dengan keahlian atau
jurusan yang ditempuh selama di sekolah dengan pekerjaan yang dilakukan. Contohnya pada bagian jurusan Patiseri, lulusan sebagian besar bekerja di bidang
kecantikan atau lebih tepatnya berada di salon dan jurusan Tata Busana menjalani pekerjaan sebagai SPG di pusat perbelanjaan
2. Pengawasan alumni kepada mitra kerja yang kurang ketat sehingga adanya
pelanggaran yang dilakukan alumni kepada mitra kerja. Pengawasan terhadap lulusan dalam bekerja selalu dilakukan pemantauan,
namun BKK tidak setiap saat memonitor lulusannya selama masih kontrak kerja. Jika terdapat lulusan yang membuat masalah maka menyebabkan pihak BKK dan
mitra kerja ataupun penyedia layanan kerja harus bertanggunggjawab. Hal tersebut dikemukakan oleh ketua BKK yang menyatakan bahwa:
110 “……seperti kalau ada anak-anak yang tidak krasan kemarin dua minggu
sudah bekerja disana itu sudah tidak krasan malah buat foya-foya. Akhirnya difasilitasi sampai kemarin sampai di Dinas Tenaga Kerja tapi
Alhamdulillah sudah tak masalah.” Salah satu kegiatan pengawasan yaitu observasi langsung. Menurut Sondang
P. Siagian 2007:137, observasi langsung yaitu mengamati secara langsung penyelenggaraan kegiatan tersebut. BKK SMK N 6 Yogyakarta melakukan
pengawasan melalui PJTKI atau jasa layanan. Jadi BKK tidak melakukan pengawasan secara langsung terkait keberlangsungan kegiatan tersebut.
111
E. Keterbatasan Penelitian