banyak dipilih karena selain telurnya yang enak , telur ayam ras petelur ini juga lebih murah ketimbang telur bebek.
Ayam Ras Pedaging adalah jenis ayam yang dipelihara dalam kurun waktu 30-40 hari untuk dikonsumsi, sehingga ayam ini sangat menguntungkan apabila
dibudidayakan sebagai penghasil daging. Jenis ayam pedaging yang biasanya dibudidayakan di Indonesia antara lain CP 707, Starbro, Hybro.
2.3.3 Sejarah Perkembangan Ayam Broiler
Ayam broiler atau lebih dikenal dengan ayam ras pedaging merupakan ayam jenis unggulan yang merupakan hasil persilangan dari ayam-ayam yang
memiliki kemampuan cepat bertumbuh dengan ayam produktivitas yang tinggi. Ayam broiler sendiri mulai populer di Indonesia pada tahun 1980-an pada saat
pemerintah mencanangkan program BIMAS ayam, yaitu program pengembangan ayam ras secara besar-besaran. Ada tiga masa perkembangan ayam broiler
sebelum akhirnya mendapatkan hati konsumen seperti sekarang ini. Perkembangan ayam ras dimulai pada masa prapelita 1950 dimana
pemerintah mencanangkan sebuah program Rencana Kesejahtraan Istimewa RKI atau lebih sering disebut dengan plan kasimo. Yaitu suatu program yang
dibiayai oleh pemerintah pusat untuk pembangunan ternak-ternak diberbagai provinsi. Pada saat penggalangan pembangunan ternak-teknak tersebut , ayam ras
merupakan salah satu ternak yang dibudidayakan. Menurut suharno, semenjak program tersebut mulai berjalan masyarakat secara perlahan mengenal ayam
impor, antara lain leghorn, white rock, rhode island red RIR, new hamshire, noord holland blauw, austrolop, minorca, dan vantress. Dan seiring berjalannya
waktu hanya ada tiga jenis ayam yang bertahan sampai tahun 1960, yaitu ayam leghorn putih, RIR, dan autrolop. Namun , berangsur-angsur ayam tersebut ikut
juga menghilang dari pasaran. Perkembangan ayam ras tersebut mulai mengalami kendala pada masa
selanjutnya sehingga pemerintah pusat mengalihkan pembangunan peternakan ini kepada pemerintah daerah, namun pemerintah daerah kewalahan dan tidak
sanggup karena usaha peternakan membutuhkan dana yang cukup besar sehingga pada tahun 1961 usaha peternakan mulai jatuh pada perusahaan swasta yang
memiliki modal besar. Para pengusaha swasta ini pun mulai mengimbor ayam ras jenis baru seperti hyline, hanson, H N, dan babrock.
Pada saat pemerintah mulai mencanangkan program Pembangunan Lima Tahun Pelita, ayam broiler merupakan salah satu usaha yang ikut menjadi
program yang diperhatikan oleh pemerintah. ayam broiler merupakan ayam yang memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan ayam jenis lain sehingga
pemerintah lebih memperhatikannya. Perhatian pemerintah terhadap ayam ras dibuktikan dengan adanya program bimbingan massal Bimas pada tahun 1976
yang dimulai di Bogor dan DIY. Untuk 2 tahun anggaran tahun 1972-1974 program ini menyediakan 444 paket kredit yang nilainya 58,940 juta rupiah.
Dengan berhasilnya program bimas pada kota DIY dan Bogor, program kredit dilanjutkan kepada daerah lain baik diwilayah jawa maupun luar jawa.
Program ini menguntungkan petani sehingga dilanjutkan dengan bimas broiler mulai tahun 1980. Para peternak kecil pun dianggap layak mendapatkan paket
program ini dengan memberikan 500 ekor ayam periode atau 2.500 ekor ayam tahun tiap periode terdiri dari 7-8 minggu. Paket-paket tersebut juga termasuk
biaya kandang, pengadaan bibit, pengadaan pakan, vaksin dan lain-lain dengan total nilai kredit sebesar Rp. 1.000.000.00paket. Kredit tersebut dulunya
disalurkan oleh bank BRI dan dan jalan lain untuk memperlancar program ini juga didirikan KPPU Koperasi Produksi Peternakan Unggas yang ikut berperan
dalam kelancaran produksi ternak. Meskipun keuntungan yang diperoleh peternak cukup bagus, program
bimas ini menemui sejumlah maslah dilapangan terutama sejak memasuki pelita III banyak peternak mandiri yang lahir dari unsur wiraswasta murni tanpa
bantuan kredit yang menyebabkan kekurangan bahan baku pakan, dan pada saat pakan naik sedangkan jual daging dan telur mengalami penurunan dipasaran. Para
peternak mulai mengeluh kepada pemerintah terhadap kendala-kendala yang mulai mereka hadapi pada Februari 1981. Sebagai jawaban atas keluhan peternak
maka pemerintah menerbitkkan Keppres No. 501981 pada tangga 2 November 1981 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras. Inti dari materi keppres
tersebut adalah sebagai beriku : a
Perorangan badan hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam petelur hanya diperkenankan mempunyai jumlah ayam petelur dewasa
sebanyak-banyaknya 5.000 ekor, sedangkan ayam pedaging maksimal 750 ekor minggu.
b Perorangan badan hukum yang memiliki ayam petelur ras pedaging
melebihi jumlah yang ditentukan diatas harus menguranginya secara bertahap.
c Untuk menjamin tersedianya produksi telur dan daging ayam dilakukakn
usaha-usaha sebagai berikut 1.
Meningkatkan usaha ayam ras yang sudah ada untuk mencapai skala usaha peternakan kecil yang maksimal
2. Mendorong terbentuknya peternakan-peternakan ayam ras baru dengan
melalui bimas dan non bimas. Sekalipun telah ada keppres ini, ternyata keadaan tidak semulus yang
diharapkan dengan terjadinya pelanggaran sehingga Menteri Pertanian RI menerbitkan SK Mentan No. TN. 406Kpts51984 tanggal 28 mei 1984. Mentan
mengatur pola kerjasama antara perusahaan peternak sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Kerjasama ini kemudian populer dengan sebutan Perusahaan inti
Rakyat PIR. Ternyata PIR juga tidak dapat meredam apa yang terjadi dilapangan
sehingga keppres No.501981 dicabut dan diganti denga keppres No. 221990. Keppres baru tersebut memaparkan tentang kebijakan pembinaan usaha ayam
broiler. Sejak Keppres No.221990 diterbitkan muncul peternakan-peternakan dengan skala besar yang dikelola dengan cara modern, baik dalam hal
pembudidayaan maupun dalam hal pemasaran. Perkembangan tersebut dapat dilihat dengan peningkatan populasi ayam broiler pertahunnya 10.
Perkembangan ayam ras ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur yang merupakan sumber protein hewani yang sangat
murah. Pada bulan Juli 1997, kondisi ekonomi Indonesia mengalami krisis yang
membawa perubahan besar di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut bedampak pada usaha perunggasan yang ada di Indonesia. Pada saat krisis tersebut harga pakan
meningkat sementara harga daging dan telur turun secara terus-menerus karena berkurangnya minat beli masyarakat. Dan keadaan semakin tidak terkendali saat
terjadi kerusuhan dan perubahan peta plitik dan pergantian pemerintahan pada tahun 1998.
Banyak peternakan yang gulung tikar dan cuti dari aktivitas agribisnis peternakan, sehingga mengakibatkan harga pakan dan DOC pun turun dan
populasi ayam broiler pada saat itu hanya tersisa 500.000 ekor perhari. Para produsen bibit ayam DOC pun ikut terkena imbasnya. Kemerosotan srbrsar 70
tersebut cuku sulit karena terjadi hanya dalam hitungan bulan, yakni akhir tahun 1997 sampai awal 1998.
Dalam upaya penyelamatan bisnis ayam broiler dari guncangan krisis menjadi bahan diskusi oleh beberapa kalangan diantaranya Fakultas Peternakan
IPB dan Forum Masyarakat Peternakan Indonesia Masterindo , sementara itu pemerintah melakukan upaya penyelamatan dengan crash program impor bungkil
kedelai dan tepung ikan dengan subsidi nilai tukar. Tujuan subsidi tersebut untuk membantu pabrik pakan mendapatkan bahan baku yang murah sehingga akan
dapat dijangkau oleh peternak. Namun usaha pemerintah ini dinilai tidak megenai sasaran.
Titik balik industri perunggasan dimulai pada akhir tahun 1998. Setelah mengalami kemerosotan pada saat krisis, harga produk ungga merosot tajam naik
keatas sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar bagi peternak. Hal tersebut membangkitkan kembali gairah bisnis ayam broiler. Inovasi produk
peternakan juga mendapat hati konsumen seperti chicken nugget karya Sierad produce ditahun 1998. Dengan terjadinya titik balik bisnis ayam broiler ternyata
mengubah pola bisnis yang sebelum krisis dengan pola kemitraan dan pola mandiri menjadi pola kemitraan yang bervariasi tanpa campur tangan pemerintah
seperti sebelum terjadinya krisis. Pola kemitraan ini dikembangkan antara lain oleh PT Charoen Pokphand Group, Japfa Group, Sierad Group,dan Wonokoyo
Group. Umur Keppres No.221990 ternyata sama dengan Keppres No. 501981.
Tahun 2000, presiden BJ Habibie menandatangani Keppres No. 852000 yang menyatakan tidak berlakunya lagi Keppres No.221990. Dengan pencabutan
Keppres, masyarakat kembali mengikuti UU No. 61967 dan PP No. 161977. Dan stelah lama berusaha untuk diperbaiki, pada tahun 2009 disempurnakanlah
DPR. UU No. 18 tahun 2009 mengganti UU No. 61967.
2.3.4 Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler