mengenai pemasaran ayam broiler miliknya dan dari mana DOC akan dibeli. Dengan sistem kerjasama PIR ini juga peternakan paka lagan memiliki kontrak
pemebelian seluruh ayam Pak Lagan, sehingga apabila terjadi penurunan harga dipasaran maka harga penjualan dari kandang milik Pak Lagan adalah harga yang
sesuai kontrak yang berlaku, dan apabila terjadi kenaikan harga dipasaran dan harga kontrak terjadi selisih maka peternakan milik Pak Lagan akan mendapat
tambahan nilai bonus penjualan. Peternakan ayam broiler milik Pak Lagan juga memiliki pemasukan
tambahan dari penjualan kotoran ayam dan ayam mati selama ini. Kotoran ayam yang dihasilkan oleh peternakan Pak Lagan dalam satu periode mampu
menghasilkan sekitar 600 goni, dimana pergoninya akan dihargai dengan Rp. 10.000 dan ayam mati perkilo dihargai dengan Rp. 1500.
b. Identifiksi Kelemahan
Pada peternakan milik Pak Lagan ini juga memiliki beberapa kelemahan yang dapat mengurangi kerja optimal proses produksi yang pertama adalah dari
segi DOC yang kadang begitu sampai kandang sudah lemas dan stress karena lamanya diperjalanan dan panasnya cuaca, apabila DOC sudah dari awal
mengalami suatu masalah maka begitu sampai dikandang akan kurang aktif dan sehat, DOC yang seperti ini biasanya menyebabkan mortalitas yang tinggi karena
tidak mampu bertahan. Apabila DOC sudah stress , DOC tersebut akan malas makan dan minum dan hanya tidur dan akhirmnya dehidrasi dan mati. Pada
peternakan Pak Lagan beberapa kali pernah mengalami ini, pemasok DOC mengantar DOC kebeberapa wilayah pada cuaca panas dan terakhir
mengantarkannya ke peternakan Pak Lagan. Makanan ternak atau pakan juga merupakan kelemahan pada peternakan
milik Pak Lagan ini karena peternak mandiri tidak leluasa memilih pakan yang dia mau untuk peternakannya. Pakan ayam broiler pada peternakan ayam milik Pak
Lagan pada dua periode yang peneliti teliti bermasalah pada pakan ayam yang berusia siap panen atau menggunakan pakan kasar. Pada pakan kasar ini ayam
broiler seringkali hanya mengais-ais dan mematuk-matuk makanan tapi tidak dimakan, pada dua periode yang peneliti teliti ini pakan kasar untuk ayam
finishing biasanya harus dicampur pada pakan untuk anak ayam barulah ayam- ayam tersebut makan. Karena nafsu makan yang tidak ada pada pakan kasar ini
ayam-ayam broiler tersebut mengalami penurunan berat badan, dan apabila berlanjut maka akan merugikan pihak peternak mandiri.
Kurangnya tenaga bantu pada saat-saat tertentu pada peternakan ayam broiler milik Pak Lagan ini. Pada saat bibit ayam datang biasanya pekerja akan
kewalahan karena proses pembagian kerja pada 10.000 ekor ayam broiler yang harus segera dikeluarkan dari kotak sangatlah banyak. Pada awal masuknya ayam
harusnya ada yang mengangkat ayam kekandang, mengeluarkan dari kotak, menimbang apakah ayam broiler sesuai dengan berat standard, dan mengatur
suhu, tempat paka, minum dan menyiapkan air gula merah. Dengan banyaknya kerja pada masa awal mengakibatkan kewalahannya pekerja kandang.
Tenaga bantu juga sangat diperlukan saat masa pengurangan dan panen tiba, dengan pengurangan dan panen banyak bidang yang diperlukan untuk
bekerja. Pada saat panen harus ada tukang tangkap ayam minimal dua orang agar proses panen cepat dan ayam yang dikandang tidak stress, lalu harus ada satu
orang yang mencatat hasil timbangan setiap kali ditimbang, karena penimbangan ayam dilakukan dengan ukuran yang diminta pengecer. Ayam-ayam tersebut nanti
akan dimasukkan kedalam goni dengan jumlah 8-10. Maka setiap kali timbang ayam akan dihitung dimana nanti ayam akan dijumlah berapa kilo yang diangkut
dan berapa ekor. Pada posisi ini juga harus ada teliti dan telaten agar tidak terjadi kesalahn jumlah, posisi tukang hitung timbangan juga berasal dari peternak. Pada
proses penelitian ini, peneliti juga turut bekerja pada posisi tukang tangkap dan lebih sering menjadi tukang mencatat hasil timbangan. Selain yang disebut diatas
dari kandang jugalah tukang timbangnya, tukang timbang tidak boleh merangkap kadi tukang tangkap karena hanya akan memperlama proses panen. Pada kedua
kegiatan tersebutlah Pak Lagan seringkali kewalahan dalam menjalani prosesnya.
c. Identifikasi Peluang