TINJAUAN PUSTAKA PERAN SERTA PERUSAHAAN ASURANSI SWASTA DALAM PENCAPAIAN CAKUPAN SEMESTA DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA DENPASAR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di negara Indonesia dengan mayoritas warga bekerja di sektor informal dan formal, dengan realitas keberadaan sejumlah perusahaan asuransi sosial dan swasta yang telah beroperasi puluhan tahun lamanya, disarankan agar cakupan universal pelayanan kesehatan ditempuh dengan sistem pelayanan kesehatan ganda dual health care system. Sistem pembiayaan ganda terdiri atas dua komponen yang berjalan paralel, yaitu pembiayaan kesehatan untuk sektor formal dan sektor informal. Sistem ganda telah diterapkan pada kebijakan cakupan universal di Thailand sejak 2001 dan telah berhasil mencapai tujuan pembiayaan pelayanan kesehatan yang adil, dengan mencegah pengeluaran kesehatan katastrofik dan pemiskinan karena pembayaran pelayanan kesehatan secara ‘out-of-pocket’ Sreshthaputra dan Indaratna, 2001; Somkotra dan Lagrada, 2008. Dalam mengimplementasikan UU SJSN No.4 2004 dengan sistem pembiayaan ganda, metode untuk sektor formal tetap berjalan seperti selama ini, yaitu melalui skema Askes, Jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta. Hanya saja cakupan penerima manfaat asuransi perlu diperluas meliputi semua anggota keluarga, tidak hanya pekerja yang bersangkutan. Pemerintah perlu melakukan regulasi tentang besarnya premi dan regulasi tentang penyediaan pelayanan kesehatan. Untuk efisiensi administrasi perlu dilakukan pembatasan jumlah perusahaan asuransi. Tetapi perusahaan asuransi yang telah berpengalaman lama dan berkinerja baik dalam mengelola asuransi pada skala nasional tetap berfungsi sebagai pengelola asuransi kesehatan sosial, swasta, dan berjalan paralel dengan asuransi kesehatan nasional yang dikelola pemerintah. Pemerintah perlu memperkuat regulasi pada sisi pembiayaan maupun penyediaan pelayanan dalam sistem asuransi yang dijalankan, agar setiap warga benar-benar dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. Menurut UU RI No. 2 Tahun 1992, Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak pertanggungan mengikat diri kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggung. Asuransi komersial adalah asuransi berbasis kepada kepersertaan sukarela dan biasanya dikelola oleh badan usaha swasta yang bertujuan untuk mencari keuntungan profitable business. Pada asuransi komersial, pihak asuransi bertindak sebagai pedagang yang menawarkan dan menjual paket asuransi kepada masyarakat sebagai calon pembeli. Apabila paket yang ditawarkan sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat, maka paket tersebut akan dibeli dalam jumlah besar sehingga pihak penjual akan memperoleh laba yang besar pula. Namun sebaliknya, jika paket tersebut tidak diminati oleh masyarakat maka dengan sendirinya tidak akan laku dan nantinya akan menyebabkan kerugian bagi pihak asuransi. Tujuan utama dari penyelenggara asuransi komersial ini adalah untuk memenuhi permintaan perorangan yang berbeda-beda Thabrany, 2009. Berdasarkan data PPJK Depkes RI 2011-2012 menyatakan bahwa persentase penduduk Indonesia yang menggunakan jasa perusahaan asuransi swasta adalah 2.48 dan yang menggunakan jaminan perusahaan sebesar 6.51 Jamsosindonesia, 2015. Hampir sebagian besar perusahaan besar Indonesia menggunakan asuransi swasta dalam memberikan jaminan kepada para karyawan mereka. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa asuransi swasta juga berperan terhadap pencapaian cakupan semesta. Di era JKN ini pihak BPJS Kesehatan bersinergi dengan beberapa asuransi kesehatan untuk meningkatkan layanan kesehatan kepada peserta, mengingat terdapat beberapa jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Pasal 24 yang menyatakan bahwa peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan dan Pasal 27 Ayat 1 menyatakan bahwa peserta Jaminan Kesehatan Nasional dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan. Dan ayat 2 menyebutkan bahwa BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi kesehatan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat melakukan koordinasi dalam memberikan manfaat untuk Peserta Jaminan Kesehatan yang memiliki hak atas perlindungan program asuransi kesehatan tambahan. Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, bahwa sudah terdapat 49 perusahaan asuransi swasta yang sudah menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan, 2015.

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN