Cakupan Semesta atau Universal Health Coverage

“Kalau menurut saya, seperti tadi, e ga usa ada kerjasama seperti itu, kita fokus pada bidang kita masing – masing kalau menurut saya. Tetapi jika masyarakat itu sendiri sudah tercover BPJS, dalam hal ini saya tidak ingin hanya sekedar mendapatkan untung tapi mengabaikan kepentingan daripada customer itu sendiri, karena saya sampai dengan saat ini, e sejujur jujurnya belum tau kalau seandainya di cover oleh dua perusahaan pemerintah satu dengan BPJS ini bagaimana dampaknya nanti. Maka untuk menghindari kesulitan daripada customer sendiri, saya biasanya ga jual itu kesehatan, saya paling jual asuransi kecelakaan dirinya, gitu lo. Makanya kalo menurut saya, e sebuah perusahaan itu mesti fokus pada bidangnya sendiri – sendiri. Kalau memang BPJS ya biarkan BPJS, ndak usah kita berkolaborasi lagi.” Informan P01 5.2.3 Persepsi Perusahaan Asuransi Kesehaan Swasta Yang Telah Memiliki Coordination of Benefit CoB dengan BPJS Kesehatan

A. Cakupan Semesta atau Universal Health Coverage

Responden menyatakan bahwa cakupan semesta atau universal health coverage UHC merupakan jaminan kesehatan yang diberikan oleh suatu negara kepada seluruh warga negaranya. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “…cakupan semesta itu berarti seluruh warga negara dari suatu populasi negara itu sudah mendapat penjaminan dari negara. …dalam hal ini kan pemerintah Republik Indonesia dalam amanat undang – undang dasar. Kemudian ini diterjemahkan lagi dengan undang – undang yang lain yang mendukung, eee jadinya negara juga menjamin kehidupan sosial dalam arti ini khususnya itu kesehatan.” Informan R3 Namun, sebagian besar responden masih tidak mengetahui dan belum pernah mendengar tentang cakupan semesta atau universal health coverage, seperti yang disampaikan dalam kutipan wawancara berikut: “Ga tau.” Informan R6 “Belum pernah mendengar.” Informan R5 Menurut definisi dari WHO 2014, UHC merupakan suatu keadaan yang bertujuan agar semua orang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan yang dibutuhkan tanpa harus mengalami kesulitan dalam membayar biaya pelayanan kesehatan tersebut. Responden menyatakan hal yang perlu dilakukan untuk mencapai UHC di Indonesia adalah salah satunya dengan BPJS Kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah yang perlu diimbangi dengan strategi menggunakan aparat desa sebagai salah satu perantara untuk mensosialisasikan dan mengajak seluruh masyarakat menjadi peserta BPJS Kesehatan. Kemudian diperlukan juga sosialisasi yang matang dari pemerintah kepada masyarakat, dan perusahaan – perusahaan untuk segera mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan. Perbaikan dan penambahan infrastruktur dan fasilitas pelayanan kesehatan juga perlu dilakukan. Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden: “Memang salah satunya sih BPJS itu sendiri. Kedua, cara menyaringnya…, bagaimana memang semua masyarakat itu semua dia masuk BPJS. Jadi kita menggunakan aparat desa yang ada, yang tingkat paling bawah.” Informan R2 “…perlu juga sosialisasi yang matang. Entah dia nanti kepada pesertanya, atau mungkin kepada instansi, karena sampai saat ini saya juga mendengar masih ada banyak instansi yang sepertinya masih ragu – ragu, terutama dari segi layanannya, kemudian apa kepesertaannya sendiri seperti apa.” Informan R3 “Ya kalo pemerintah menurut saya juga lebih gencar lagi untuk menambah jaringan pelayannya karena dengan jaringan pelayanan yang ada seperti saat ini sepertinya bisa jadi overload. Karena ee jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak kemudian belum berimbang dengan eee infrastruktur yang tersedia apalagi yang di daerah – daerah terpencil” Informan R3 Kondisi perusahaan asuransi swasta setelah adanya program JKN berdasarkan pernyataan dari responden cukup beragam. Sebagian besar responden menyatakan bahwa adanya program JKN ini merupakan hal yang sangat positif karena telah membantu untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi kesehatan. Terbukti berdasarkan data dari BPJS Kesehatan 2015b jumlah peserta JKN per tanggal 30 Oktober 2015 adalah 153.721.329 orang dari 238,5 juta penduduk Indonesia per tahun 2010 BPS, 2013, dimana masyarakat telah meyadari akan pentingnya asuarnsi jaminan kesehatan. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Justru BPJS ini mengedukasi masyarakat, ya jadi pemerintah saja mewajibkan orang menjadi peserta BPJS, …sehingga ini masyarakat semakin sadar bahwa kesehatan, asuransi kesehatan khususnya sangat dibutuhkan dan bagi kami sendiri, tentu ga masalah dengan penyadaran seperti itu.” Informan R4 Kemudian beberapa responden juga menggangap perusahaan asuransi swasta memiliki segmentasi pasar yang berbeda dengan JKN. Segmentasi pasar mereka adalah kelas menengah ke atas dan bagi yang telah memiliki BPJS tetapi menginginkan manfaat yang lebih dari BPJS dapat menggunakan produk asuransi kesehatan swasta, seperti kutipan wawancara berikut: “Kalo kita sebagai asuransi swasta ga masalah sih, karena kita beda pasar. …kelasnya nasabah nike kebetulan menengah ke atas untuk asuransi kesehatan.” Informan R1 “…segmennya nanti akan berbeda, ya jadi selain mungkin juga nanti bisa melengkapi, asuransi itukan gak harus dari satu tempat, mungkin dari satu tempat yang nanti belum dicover di satu tempat bisa dicover, ditempat kita, karena belum tentu satu asuransi bisa melindungi semuanya. Saya pikir positif ga ada masalah.” Informan R4 “Kalo saya pribadi sangat bagus. Dulu orang tidak kenal yang namanya asuransi, sekarang minimal dia udah tau. Nah dengan demikian kita ada program yang bisa adopsi dari BPJS itu sendiri.” Informan R2 Akan tetapi, tidak semua responden beranggapan demikian, salah seorang responden menyatakan bahwa bagi perusahaan asuransi yang memang bergerak atau fokus di bidang kesehatan, ada kecenderungan bahwa pangsa pasar asuransi kesehatan swasta akan berkurang. Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013, pemberi kerja pada BUMN, usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil harus sudah mendaftarkan karyawannya ke BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 1 Januari 2015, pemberi kerja pada usaha mikro mendaftarkan karyawannya ke BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 1 Januari 2016 dan pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja paling lambat tanggal 1 Januari 2019, dengan target seluruh penduduk Indonesia telah mejadi peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2019. Dimana kepesertaan JKN bersifat wajib dan mandatory sehingga seluruh masyarakat nantinya akan menjadi peserta BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan swasta nantinya tidak akan diminati. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Tetapi untuk asuransi yang bergerak di kesehatan, seperti kami, ini eee ada kecenderungan seolah – olah eee pangsa pasar kami sudah cukup banyak tergerus masuk ke BPJS, ee dalam hal ini BPJS Kesehatan, sementara kami sendiri juga akan bersaing dengan mereka.” Informan R3 Mengenai hal apakah yang perlu dilakukan asuransi swasta untuk turut serta dalam menyukseskan terwujudkan UHC di Indonesia, beberapa responden menanggapi dengan melakukan kerjasama dengan BPJS Kesehatan sehingga dapat berjalan secara beriringan. Salah seorang responden menyatakan bahwa tanpa dukungan dari perusahaan asuransi swasra pun dengan sendirinya UHC akan tercapai karena kepesertaan JKN bersifat wajib dan perusahaan asuransi swasta dapat membantu dalam hal sosialisasi saja. Berikut adalah kutipan wawancara dengan reponden: “Paling ya dalam bentuk kerjasama aja. Jadi ya mereka harus jalannya seiringan. Tidak tumpang tindih.” Informan R1 “eee, ya supportnya ya apa ya kalo saya bilang tanpa support perusahaan swasta - asuransi swasta pun sudah berjalan dengan sendirinya kalo saya ngeliatnya seperti itu. Jadi kita supportnya apa ya, suportnya bantu sosialiasi itu.” Informan R6

B. Coordination of Benefit CoB