Coordination of Benefit CoB

“Paling ya dalam bentuk kerjasama aja. Jadi ya mereka harus jalannya seiringan. Tidak tumpang tindih.” Informan R1 “eee, ya supportnya ya apa ya kalo saya bilang tanpa support perusahaan swasta - asuransi swasta pun sudah berjalan dengan sendirinya kalo saya ngeliatnya seperti itu. Jadi kita supportnya apa ya, suportnya bantu sosialiasi itu.” Informan R6

B. Coordination of Benefit CoB

Berdasarkan pertanyaan dari respoden, ada beragam hal yang melatar belakangi perusahaan asuransi swasta bekerjasama melalui skema CoB dengan BPJS Kesehatan. Salah satunya adalah untuk mempermudah proses claim. Salah seorang responden beralasan terkadang ada fasilitas pelayanan kesehatan atau rumah sakit yang tidak bersedia memberikan surat keterangan rawat inap di rumah sakit, sehingga ketika perusahaan asuransinya telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka surat tersebut akan lebih mudah didapatkan. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap proses pelayanan atau claim yang cepat sehingga terjadi peningkatan kepuasan pelanggan. Dengan tidak dikeluarkannya surat tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Ketidakpuasan pasien dapat mempengaruhi tingkat kesetiaan pasien terhadap rumah sakit tersebut dan cenderung akan mencari fasilitas kehehatan lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eryanto 2011, yaitu terdapat hubungan yang positif antara mutu pelayanan rumah sakit dengan kesetiaan pasien dimana meningkat atau menurunnya satu unit mutu pelayanan akan diikuti kenaikan atau penurunan kesetian pasien sebesar 56. Berikut ini adalah kutipan wawancara terkait: “Pada dasarnya disini adalah masalah claim. Dengan kita bekerjasama, kalo BPJS sudah berani bayar, dengan surat dari BPJS saja, kita sudah siap bayar kok. Karena kadang – kadangkan data, dari rumah sakitnya itu kan eee tidak semua bisa dikasi ke kita.” Informan R2 Selain itu, salah seorang responden menyatakan bahwa alasan perusahaannya melakukan kerjasama dengan BPJS Kesehatan karena perusahaan asuransinya sebelumnya memiliki hubungan dengan PT. Askes yang sekarang telah berubah menjadi BPJS Kesehatan. kemudian adanya kesamaan sistem yang digunakan oleh perusahaan asuransi dan BPJS Kesehatan yaitu sistem managed care juga menjadi salah satu alasannya. Sistem managed care menurut Djuhaeni 2007 adalah suatu sistem pembiayaan pelayanan kesehatan yang disusun berdasarkan jumlah anggota yang terdaftar dengan kontrol mulai dari perencanaan pelayanan serta meliputi ketentuan kontrak dengan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk pelayanan yang komprehensif, penekanan agar peserta tetap sehat sehingga utilitasi berkurang, unit layanan harus memenuhi standar dan adanya program peningkatan mutu layanan. Berikut kutipan wawancaranya: “Pertama dari segi sejarahnya si ya, dari beridirinya kami itu kami sudah di lahirkan oleh ibu yang sama yaitu PT xxx. Kemudian mekanisme yang dilakukan untuk melayani di BPJS yaitu sistem manage care itu bisa disebut sebagai tulang punggungnya xxxx perusahaan asuransi kami.” Informan R3 Kemudian, beberapa responden menyatakan bahwa latar belakang adanya kerjasama CoB antara perusahaan asuransi mereka dengan BPJS Kesehatan adalah untuk dapat memberikan jaminan kepada peserta BPJS Kesehatan yang menginginkan manfaat lebih dari jaminan asuransi kesehatan dapat menggunakan asuransi kesehatan tambahan dari perusahaan asuransi swasta. Peserta CoB akan mendapatkan jaminan kesehatan sesuai haknya sebagai peserta BPJS Kesehatan, dan kelebihannya dapat ditanggung oleh asuransi swasta. Kemudian peserta CoB juga dapat menikmati pelayanan kesehatan di rumah sakit yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tetapi telah bekerjasama dengan asuransi swasta tambahan yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan, 2014. Berikut kutipan wawancaranya: “Karena xxxx juga punya produk yang sama seperti, produk asuransi kesehatan sendiri yang basenya rawat inap dan juga ada rawat jalan kan, nah sinkron dengan ini. Itu kalo kadang – kadang kita ga CoB dengan asurani dengan apa BPJS ini, maka si masyarakat yang sudah kadung punya yang ingin mendapatkan fasilitas lebih gitu ya, tidak bisa ngover kesitu makanya kita perlu CoB.” Informan R6 Responden menyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dengan adanya kerjasama CoB antara perusahaan asuransi swasta dengan BPJS Kesehatan ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi peserta dan perusahaan asuransi. Untuk peserta, mereka bisa mendapatkan double claim yaitu hal – hal yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan dapat ditanggung oleh perusahaan asuransi swasta. Kemudian jika melihat dari sisi perusahaan asuransi swasta, salah seorang responden menyatakan tidak ada manfaatnya. “Kalo nasabah pasti ada, karena dia ada hal – hal yang ga dicover sama BPJS, dicover sama asuransi kita. Kalo dari pihak ini, gak ada.” Informan R1” Tetapi sebagian besar responden menyatakan bahwa dengan adanya CoB ini, maka akan mempermudah claim sehingga mempermudah pelayanan yang akan meningkatkan kepercayaan peserta. Kerjasama ini juga dapat menambah jumlah peserta di perusahaan asuransi swasta karena secara otomatis, perusahaan asuransi yang menginginkan manfaat lebih dari yang diberikan oleh BPJS Kesehatan karena mereka wajib mengikuti BPJS Kesehatan akan mencari perusahaan swasta yang telah bekerjasama dengan BPJS sehingga mereka dapat menikmati pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krishna D Rao, Varduhi Petrosyan, Edson Correia Araujo Diane McIntyre mengenai perkembangan UHC di negara Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan pada tahun 2013. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan permintaan terhadap asuransi kesehatan swasta di Brasil dan Rusia walaupun negara tersebut telah memiliki jaminan kesehatan sosial. Hal ini dikarenakan oleh meningkatnya kemakmuran masyarakat di negara tersebut dan adanya anggapan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan melalui asuransi kesehatan sosial masih rendah. Kemudian perusahaan asuransi tidak akan terlalu terbebani dengan biaya pelayanan kesehatan peserta CoB karena biaya pelayanan dibagi antara BPJS Kesehatan dengan perusuhaan asuransi kesehatan swasta. Berikut adalah kutipan wawanracanya: “Mempermudah claimnya, jadi pelayanan kita jauh lebih mudah juga, berarti kepercayaannya itu eeee lebih tinggi.” Informan R2 “Menambah kepesertaan kami. Biaya pelayanan kesehatan bisa dishare, bisa dibagikan antara BPJS Kesehatan dengan kami sehingga itu nanti ada beban biaya pelayanan kesehatan yang bisa diserap oleh BPJS dan ada yang diserap oleh kami asuransi swasta. Jadi untuk beban biaya pelayanan kesehatan tidak full dibebankan kepada asuransi swasta juga tidak dibebankan full kepada eee BPJS Kesehatan.” Informan R3 “Jadi bisa melengkapi apa yang tidak dipunyai BPJS kita bisa ngelengkapi, dan itu selling pointnya, dan kita terbantu dari sisi sosialisasi ya, anggap kaya promosi. Karena dengan diwajibkannya punya, perusahaan punya BPJS, mau nggak mau kalo dia pingin mendapatkan katakanlah quality gitu ya, dia akan ngelirik, ooo sudah saatnya saya punya selain BPJS, punya perusahaan asuransi lain.” Informan R6 Setelah adanya kerjasama CoB, responden mengakui adanya peningkatan jumlah peserta di perusahaan asuransi mereka, walaupun untuk data yang pasti dan akurat belum bisa didapatkan. Hal ini dikarenakan dengan adanya program JKN ini meningkatkan kesadaran masyrakat akan pentingnya asuransi kesehatan dan dengan diwajibkan seluruh masyarakat menjadi peserta BPJS Kesehatan termasuk seluruh karyawan dan staff di perusahaan – perusahaan, maka mereka yang menginginkan manfaat pelayanan kesehatan yang lebih akan mencari asuransi kesehatan tambahan ke perusahaan asuransi swasta. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Oh iya banyak. Eee mungkin dari perusahaan sendiri mempunyai budget lebih jadi dia eee kalo di BPJS kelasnya kelas 1 nah mungkin VIP, dia punya budget lebih dia naikkan ke VIP, seperti itu.” Informan R5 “Hmm, so far saya ga tau signifikan apa nggak nya ya, tapi ya terjadi ada. Karena awareness nya orang kan mulai terbangun. Ada sih data cuma ga disini, di pusat di Jakarta gitu” Informan R6 Dalam mempromosikan produk kesehatannya, perusahaan asuransi swasta berdasarkan hasil wawancara dengan responden, menyatakan bahwa mereka menjelaskan kepada calon peserta bahwa perusahaan asuransi mereka telah memiliki kerjasama CoB dengan BPJS Kesehatan, hal ini merupakan salah satu nilai jual yang dimiliki perusahaan asuransi swasta dalam menawarkan produknya terutama produk asuransi kesehatan. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Dalam promosi asuransi kesehatan kami ini, kami juga jelaskan bahwa sudah ada coordination of benefit, koordinasi manfaat dengan BPJS Kesehatan. karena memang tujuan dari beberapa peserta yang saat ini belum bergabung dengan kami itu pasti bertanya saya sudah punya BPJS apakah bisa digabungkan? Ya jadi kami juga ikut mempromosikan bahwa kami bisa, kami punya kerjasama juga dengan BPJS nah tinggal nanti mengikuti mekanismenya yang dikeluarkan oleh BPJS” Informan R3 “Tentu, tentu saja. Karena itu juga menjadi nilai tambah buat kami ya, bahwa kita telah bekerjasama dengan eee pemerintah, apabila sebuah perusahaan sudah bekerjasama dengan pemerintah kan artinya akan memiliki nilai jual.” Informan R4 Untuk hambatan atau tantangan yang dihadapi oleh peresahaan asuransi swasta selama menjalani kerjasama CoB dengan BPJS Kesehatan, sebagian besar responden menyatakan bahwa tidak atau belum ada hambatan atau tantangan yang dirasakan. Namun salah seorang responden menyatakan bahwa perusahaan asuransinya merasa bahwa sosialisasi yang diberikan kepada peserta, provider, pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik dan dokter keluarga belum sepenuhnya paham mengenai alur dalam pelayanan kesehatan yang diberikan BPJS Kesehatan dan perusahaan asuransinya. Kemudian peserta CoB lebih memilih untuk menggunakan alur pelayanan kesehatan perusahaan asuransi swasta dan tidak mengikuti aturan yang telah ditetapkan BPJS Kesehatan. Sehingga koordinasi manfaat antara perusahaan asuransi swasta tidak dapat berjalan dengan maksimal yang dapat menyebabkan beban atau biaya pelayan kesehatan peserta CoB akan sepenuhnya menjadi tanggungan dari perusahaan asuransi swasta. Berikut adalah kutipan wawancara terkait dengan hal tersebut: “Enggaklah. Eee gini lo, kalo untuk kerjasama sama xxxx, itu sih ga pernah ada masalah, karena mereka pun sudah tau, dari nasabah kalo misalnya dia kurang dia minta surat apa. Cooperative, nggih.” Informan R1 “Kalo hambatan sama tantangan sih belum ada ya.” Informan R5 “Kadang bagi kami sendiri mmm untuk menjelaskan atau mensosialisasikan alur dari BPJS ataupun alur dari kami, …untuk menjelaskan itu kepada peserta, provider, eh provider kesehatan kami, ke rumah sakit, ke klinik, ke dokter keluarga itu rupanya masih ada yang belum dipahami dengan 100 dengan optimal.” Informan R3 “Tapi untuk hambatan dari luar memang sih adanya dari peserta – peserta itu yang sudah membeli premi CoB kepada kami, …tapi mereka sepertinya ee lebih lebih cenderung menggunakan prosedurnya kami. …dengan kondisi seperti itu, koordinasi manfaat antara xxxx dengan BPJS belum berjalan sempurna. …efeknya kedepannya nanti biaya – biaya pelayanan pasti akan menjadi bebannya kami.” Informan R3 Untuk mengatasi hambatan atau tantangan tersebut, responden menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki strategi dan trik masing – masing. Salah satunya perusahaan asuransi dapat membuat produk asuransi kesehatan baru yang bisa bersinergis dengan BPJS Kesehatan. Sosialasi juga dilakukan baik kepada peserta, penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit, dokter, Puskesmas, seperti kutipan wawancara berikut ini: “Tapi untuk mengatasi hambatan tantangan ini, saya rasa masing – masing perusahaan punya trik sendiri ataupun dia menciptakan produk baru yang bisa lebih sinergis.” Informan R3 “Sosialisasi atau bimbingan itu pasti. Hanya saja kan ee tetep mungkin dari kami ada kurangnya, karena dari sekian banyak itu, sekian banyak rumah sakit atau sekian banyak dokter keluarga, Puskesmas mungkin ada yang yah bisa dibilang human error kami ga bisa salahkan juga ya. Tapi yang pasti dari kamipun juga ada untuk yang namanya penyuluhan, sosialisasi, pendekatan secara personal itu pasti ada.” Informan R3 Saran yang diberikan oleh responden terkait dengan kerjasama CoB ini adalah agar BPJS Kesehatan ataupun pemerintah tidak terlalu sering merubah suatu peraturan. Kemudian masalah ketersediaan obat perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar tidak terjadi keluhan mengenai masalah ketersediaan obat. Birokrasi antara BPJS Kesehatan dengan penyedia pelayanan kesehatan juga perlu diperjelas sehingga peserta dan penyedia layanan kesehatannya sendiri benar – benar mengerti dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dalam mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “…yang penting aturannya jangan sering berubah – ubah. Kemudian masalah infrastruktur bukan bangunan fisik ya, jadi misalnya kaya penyedian obat atau segala macem itu tolong diclearkan dulu, karena sebagian besar kendala dengan BPJS itu kan salah satunya di obat.” Informan R3 “Eee, mungkin kalo sarannya sih birokrasinya di eee providernya sendiri ya karena mungkin dari apa yang diinfokan BPJS terkadang pesertanya ini kurang memahami atau lebih banyak ke peserta dan provider itu aja sih.” Informan R5

C. Temuan Baru