Temuan Baru Persepsi untuk Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan melalui Skema COB

ketersediaan obat perlu diperbaiki dan ditingkatkan agar tidak terjadi keluhan mengenai masalah ketersediaan obat. Birokrasi antara BPJS Kesehatan dengan penyedia pelayanan kesehatan juga perlu diperjelas sehingga peserta dan penyedia layanan kesehatannya sendiri benar – benar mengerti dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dalam mencari pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “…yang penting aturannya jangan sering berubah – ubah. Kemudian masalah infrastruktur bukan bangunan fisik ya, jadi misalnya kaya penyedian obat atau segala macem itu tolong diclearkan dulu, karena sebagian besar kendala dengan BPJS itu kan salah satunya di obat.” Informan R3 “Eee, mungkin kalo sarannya sih birokrasinya di eee providernya sendiri ya karena mungkin dari apa yang diinfokan BPJS terkadang pesertanya ini kurang memahami atau lebih banyak ke peserta dan provider itu aja sih.” Informan R5

C. Temuan Baru

Setelah melakukan wawancara kepada beberapa responden, peneliti menemukan bahwa peserta perusahaan asuransi swasta yang juga telah menjadi peserta BPJS Kesehatan ataupun menjadi peserta CoB antara BPJS Kesehatan dengan asuransi swasta lebih cenderung untuk menggunakan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi swasta untuk mendapatakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Menurut pendapat beberapa responden, hal ini dapat disebabkan oleh pemahaman peserta yang masih kurang menganai prosedur pelayanan kesehatan atau ketidakpedulian dan adanya rasa tidak mau tahu peserta tentang prosedur pelayanan BPJS yang dianggap terlalu berbelit – belit dan membutuhkan waktu yang lama. Peserta merasa lebih nyaman menggunakan prosedur dari asuransi swasta karena perusahaan asuransi swasta tidak menerapkan sistem rujukan berjenjang dan tidak adanya batasan jenis – jenis penyakit yang bisa di tangani di pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua atau lanjutan. Berikut adalah kutipan wawancara terkait dengan hal tersebut: “Kembali lagi ke masalah kenyamanan atau ee ketidakpahaman peserta, tapi bisa juga ketidakmautahuan dari peserta. Meraka bisa dibilang mungkin ada yang sudah tau yang namanya alur BPJS, …tapi mereka yang namanya mau cari gampangnya, yang ee yang keinginannya segera dilayani, mereka inginnya instant, jadi mereka tinggal sudah pake aturan xxxx saja yang lebih simple.” Informan R3 “Sistemnya sama dengan BPJS hanya saja kamikan tidak terlalu mendetail sampe ke masalah regionalisasi wilayah kemudian ada batasan – batasan penyakit yang bisa dilayani di rumah sakit ataupun di klinik, pembagian seperti itu yang berbeda dengan BPJS, sehingga mereka merasa lebih simple, lebih nyaman dengan asuransi swasta.” Informan R3 “Tapi penggunaannya lebih cenderung dia ke yang private, karena mereka kan juga bayar, sayang aja kan, gitu. Dan ee apa ya, untuk pelayanan kan lebih, qualitynya kan lebih, langsung dilayani, cepet ga pake rujukan, lebih banyak disitu.” Informan R6 Berdasarkan hasil wawancara, responden juga menyatakan bahwa responden tidak mengetahui bagaimana proses kerjasama serta persyaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk kerjasama CoB antara perusahaan asuransinya dengan BPJS Kesehatan. Karena untuk urusan kerjasama dengan pihak luar seperti BPJS Kesehatan baik dalam bentuk CoB atau lainnya dilakukan dan diputuskan oleh kantor pusat perusahaan asuransi di Jakarta. Kantor agency perusahaan asuransi di daerah seperti di Kota Denpasar hanya menjalankan program yang telah ditetapkan oleh kantro pusat. Wewenang yang dimiliki kantor pusat untuk mengambil keputusan untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa pemusatan atau centralization berkaitan dengan penyebaran daya power dan wewenang authority pada perusahaan asuransi kesehata swasta tersebut ada pada kedudukan tinggi dalam organisasi yang menjadikan perusahaan tersebut sebagai centralized organizations Munandar, 2004. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Mohon maaf sebelumnya saya nggak bisa jawab lebih jauh. Karena memang yang mengurus masalah kerjasama dengan BPJS itu di kantor pusat kami di Jakarta, karena kami kan menerima informasi bahwa ini sudah kerjasama Cob dengan BPJS itu aja sih.” Informan R3 Beberapa responden juga menyatakan bahwa peserta CoB antara BPJS Kesehatan dan perusahaan asuransinya adalah peserta dari perusahaan – perusahaan yang ingin mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan tambahan sehingga perusahaan tersebut mendapaftarkan karyawannya menjadi peserta asuransi kesehatan CoB CoB antara BPJS Kesehatan dan perusahaan asuransi. Belum ada peserta perorangan atau pekerja bukan penerima upah yang menjadi peserta CoB. Responden beralasan belum adanya program CoB untuk individu karena perusahaan asuransi melihat bahwa pemerintah mewajibkan perusahaan untuk mengikutsertakan seluruh karyawannya menjadi peserta BPJS Kesehatan. Hal ini menyebabkan perusahaan asuransi swasta yang ingin mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan tambahan akan mencari perusahaan asuransi swasta yang telah bekerjasama dengan pemerintah. Berikut adalah kutipan wawancara yang menyatakan hal tersebut: “Sementara ini CoB yang terjadi ya update terakhir, ini kan masih proses ya, update terakhir kan masih corporate yang banyak pake, jadi kalo person to person masih masih belum.” Informan R4 “Belum ada kerjasama CoB untuk yang individual, jadi kita baru yang corporate saja. Masih sifatnya corporate. Karena BPJS kan mengharuskan setiap perusahaan untuk punya itu gitu lo.” Infroman R6 Kemudian untuk proses pengajuan peserta CoB oleh perusahaan – perusahaan tidak bisa dilakukan di kantor agency daerah perusahaan asuransi swasta. Hal – hal yang terkait dengan kerjasama CoB antara BPJS dan perusahaan asuransi swasta diurus oleh kantor pusat perusahaan asuransi di Jakarta. Responden menyatakan bahwa untuk pengajuan peserta CoB oleh perusahaan harus diajukan ke kantor pusat di Jakarta karena kantor agency asuransi swasta daerah tidak memiliki aktuaris yang bertugas untuk merumuskan jumlah premi yang harus dibayarkan oleh perusahaan yang ingin menjadi peserta CoB. Hal tersebut disampaikan dalam kutipan wawancara berikut: “Khusus untuk yang corporate itu semua Jakarta. Bahkan even kalo kita mau mau sosialisasi ada nasabah pingin disini ya semuanya proposal, segala macam dari Jakarta. Karena kalo asuransi kesehatan group itu, …ada sisi lain yang perlu kaya penawaran rate kan gitu ya, karena kan sifatnya kalo kumpulan itu kan subsidi silang. Uniknya kan ini harus disatukan dalam bentuk satu premi kan ya, premi kumpulan, merumuskan itu kan perlu ada aktuaris, nah aktuarisnya belum ada di Denpasar semua masih Jakarta.” Informan R6 “Ok, eee jadi yang kita minta adalah ok keinginan nasabah kaya apa? Nah sementara agent – agentnya yang disini ya bersertifikat kan gitu ya disertifikasi langsung juga dari Jakarta, cuma dia sebagai door opener aja, mengenalkan saja setelah itu dia adalah data collect gitu kan ya data yang diperlukan tadi diajukan ke Jakarta, Jakarta bikin proposal nah nanti sosialiasi proposal itu bisa lewat agent itu atau orang dari jakartanya kesini, per telpon juga bisa, kalo diperlukan hadir dia akan hadir” Informan R6 Peneliti juga menemukan kasus dimana responden tidak mengetahui bahwa perusahaannya sudah bekerjasama melalui skema CoB dengan BPJS Kesehatan. Responden menyatakan bahwa responden tidak mendapatkan informasi resmi dari kantor pusat perusahaan asuransinya di Jakarta. Padahal, berdasarkan daftar 51 perusahaan asuransi swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehtan BPJS Kesehatan, 2015a data terlampir pada lampiran 1, perusahaan asuransi responden telah menjalin kerjasama melalui skema CoB dengan BPJS Kesehatan. Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden: “Saya tidak tahu. Setau saya semua informasi yang terkait dengan hal – hal seperti itu biasanya di emailkan, tapi setau saya saya ga pernah liat deh. Mungkin saya katakan mungkin belum diinfokan.” Informan R7 Namun, menurut pernyataan responden, banyak peserta asuransi kesehatan di perusahaannya yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan mengajukan excess claim BPJS Kesehatan ke perusahaan asuransinya. Berdasarkan informasi dari responden, pengajuan excess claim memang dapat dilakukan tanpa adanya kerjasama resmi atau secara tertulis dengan BPJS Kesehatan asalkan peserta yang mengajukan excess claim dapat memenuhi seluruh persyaratan administrasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi swasta. Hal ini disampaikan dalam kutipan wawancara berikut: “Ada, cukup banyak ternyata.” Informan R7 “Eee karena mungkin dalam hal prakteknya sendiri di lapangan, memang kalau mengenai excess claim itu bisa, bisa bisa dilakukan gitu loh mbak walaupun maaf ini dalam tanda kutip eee tidak ada kerjasama lah misalnya secara BPJS atau CoB tadi, tetep bisa dilakukan gitu loh. Yang penting syarat – syaratnya sudah terpenuhi.” Informan R7

D. Keterbatasan Penelitian