Gejala Klinis Karsinoma Nasofaring Stadium Karsinoma Nasofaring

2.6 Stadium Karsinoma Nasofaring

Klasifikasi menurut American Joint Committee on Cancer

2.6.1 Tumor primer T

TX = tumor tidak dapat dinilai T0 = tumor tidak terlihat Tis = tumor in situ T1 = tumor terbatas di nasofaring T2 = tumor meluas ke jarigan lunak • T2a = tanpa perluasa ke parafaring • T2b = dengan perluasan ke parafaring T3 = tumor mengivasi struktur tulang danatau sinus paranasal T4 = tumor dengan perluasan intrakranial danatau terdapat keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbita atau ruang mastikator

2.6.2 Kelenjar getah bening regional N

NX = kelenjar getah bening tidak dapat dinilai N0 = tidak ada perluasan ke kelenjar getah bening N1 = metastasis kelenjar getah bening unilateral, ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula N2 = metastasis kelenjar getah bening bilateral, ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula N3 = metastasis kelenjar getah bening bilateral • N3a = ukuran lebih dari 6 cm • N3b = di dalam fossa supraklavikula

2.6.3 metastasis jauh M

MX = metastasis jauh tidak dapat dinilai M0 = tidak ada metastasis jauh M1 = terdapat metastasis jauh Stadium 0 Stadium I Stadium IIA Stadium IIB Stadium III Stadium IVa Stadium IVb Stadium IVc Tis T1 T2a T1 T2a T2b T1 T2a, t2b T3 T4 Semua T Semua T N0 N0 N0 N1 N1 N0, N1 N2 N2 N2 N0, N1, N2 N3 Semua N M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1

2.7 Diagnosis

Untuk anamesis, pada tahap awal penderita biasanya hanya megeluh gangguan telinga, hidung, atau kedua. Pada tahap ini biasanya elum dicurigai adanya KNF. Pada tahap lanjut akan semakin mudah utuk mencurigai KNF dengan adanya keluhan seperti benjolan di leher akibat pembesaran kelenjar getah bening, gejala kelainan saraf kranial atau gejala akibat metastase jauh. Beberapa cara diagnosis KNF menurut Brennan tahun 2006 yaitu : 1. Pemeriksaan klinis ukuran dan lokasi pembesaran kelenjar getah bening 2. Nasofarigoskopi indirek untuk menilai tumor primer 3. Pemeriksaan neurologis saraf kranial 4. CT scan dan MRI kepala dan leher. penggabungan MRI dengan deteksi plasma EBV DNA memberikan hasil yag lebih baik Liang et al, 2012 5. Radioterapi dada anteroposterior dan lateral untuk melihat apakah kanker sudah menyebar ke paru-paru 6. Sintigrafi tulang oleh Tc 99 difosfonat untuk melihat apakah kanker sudah meyebar ke tulang 7. Pemeriksaan darah lengkap 8. Urea, elektrolit, kreatinin, fungsi hati, Ca, PO4, alkalin fosfat 9. EBV viral Capsid antigen dan EBV DNA 10. Biopsi kelenjar getah bening atau atau tumor primer untuk pemeriksaan histologis. 2.8 Terapi 2.8.1 Radioterapi Tidak seperti kanker kepala dan leher yang lain, radioterapi adalah pengobatan utama pada KNF dibandigkan dengan pembedahan dikarenakan KNF bersifat sangat radiosensitif. Radioterapi adalah pengobatan utama untuk semua stadium KNF tanpa disertai metastasis jauh wei dan Kwong, 2010. Radioterapi diberikan dengan batas 1 cm dari daerah tumor primer yang terdeteksi MRI, dan kebawah munuju klavikula untuk mengikut sertakan kelenjar getah bening. Radioterapi terdiri dari 2 fase : • Fase pertama dengan dosis 30 Gy dalam 15 fraksi. Mata, otak, dan batang otak harus terlindungi. • Fase kedua dengan dosis 15 Gy dalam 7 fraksi. Mata dan batang otak harus dilindungi Brennan, 2006.

2.8.2 Kemoterapi

Kemoterapi induksi adalah alternatif pengobatan lain untuk KNF dengan stadium lanjut. Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi telah diterima kebanyakan ahli sebagai pengobatan KNF stadium lanjut. Jenis-jenis obat yang digunakan : 1. Anti metabolit : menghambat biosintesa purin dan pirimidin 2. Obat yang mengganggu struktur dan fungsi molekul DNA. 3. Alkilating agent : mengubah struktur DNA sehingga dapat menahan replikasi sel. 4. Golongan antibiotik : mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid molekul DNA sehigga dapat menyebabkan kegagalan replikasi DNA dan translasi RNA 5. Inhibitor mitosis : menahan pembelahan sel dan mengganggu filamen mikro pada kumparan mitosis. 6. Lai-lain

2.8.3 Pembedahan

Tindakan pembedahan pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa