commit to user 19
mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu
na‟siah. b.
Maisir,
yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
c.
Gharar,
yaitu transaksi yang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat
transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah; d.
Haram,
yaitu transaksi yang obyeknya dilarang dalam syariah; atau e.
Zalim
, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya
2. Tinjauan tentang Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Bank Syariah dalam kegiatan penyaluran dana melakukan investasi
karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman danaatau penyertaan dan disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan
dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak memperolehnya.
15
Salah satu tugas pokok bank adalah penyaluran pembiayaan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan
defisit unit
.
16
Kegiatan bank di bidang pemberian fasilitas pembiayaan adalah fungsi utama dari bisnis perbankan, yakni fungsi menyalurkan dana
kepada mereka yang memerlukannya setelah menerima pengumpulan dana dari para deposan penyimpan dana. Fungsi ini juga memberikan
return
atau penghasilan yang paling besar sebanding dengan risiko yang dihadapi perbankan.
17
15
Zaenul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alvabet, Jakarta, 2002, hlm. 217
16
Muhammad Syafi‟i Antonio.,Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta. 2001, hlm. 160
17
Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum. Kanisius. Yogyakarta. 2003, hlm. 75
commit to user 20
Risiko yang dihadapi perbankan dalam penyaluran pembiayaan antara lain adalah tidak dilunasinya pembayaran kewajiban oleh nasabah
yang akan menimbulkan kerugian bagi bank dan berdampak pada perekonomian negara sehingga memerlukan perhatian secara seksama
sebagaimana dikemukakan oleh George G. Kaufman “
Bank depository institutions failures are widely perceved to have greater adverse effects
or economy and thus are considered more important than the failure of
other types of business firms”.
18
Menurut Pasal 1 butir 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1
Transaksi bagi hasildalam bentuk
mudharabah
dan
musyarakah
. 2
Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik
.
3
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah
,
salam
dan
istisna.
4 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh
5 Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk
ijarah
untuk transaksi multijasa.
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah
, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah harus
mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya
18
George G.Kaufman, “Bank Failures Systemick Risk an Bank Regulation”, Artikel pada The Cato Jurnal, Vol.16, 2009, hlm.1
commit to user 21
sebelum menyalurkan dana. Untuk memperoleh keyakinan bank dalam hal penyaluran dana, maka Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah wajib
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.
b. Unsur-unsur dalam Pembiayaan
Menurut Kasmir, unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut:
19
1 Kepercayaan
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang dipercaya akan benar-benar dapat diterima
kembali oleh pihak pemilik dana dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
2 Kesepakatan
Pembiayaan didasarkan atas suatu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani
hak dan kewajibannya. 3
Jangka waktu Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan. masa pengembalian pembiayaan . 4
Risiko Suatu risiko muncul karena ada tenggang waktu pengambilan jangka
waktu. Semakin panjang jangka waktu suatu pembiayaan maka semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya.
5 Balas Jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya administrasi pembiayaan.
c. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Dalam konteks kegiatan ekonomi, setiap usaha apapun itu tidak pernah lepas dari tujuan untuk mencari keuntungan, namun karena di
dalam pembiayaan terkandung unsur resiko, maka usaha mencari
19
Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed. Revisi. Grasindo. Jakarta, 2012, hlm. 84-85
commit to user 22
keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian mengingat dana yang disalurkan dalam pembiayaan adalah dana dari
masyarakat. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
penyaluran pembiayaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat penyimpan dana di bank dapat
memperoleh kembali simpanannya berikut bagi hasil tanpa khawatir kehilangan dana tersebut.
20
d. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah
Sesuai Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 735PBI2005 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 113PBI2009
tentang Bank Umum Syariah serta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, produk-produk pembiayaan bank
syariah adalah antara lain: 1
Murabahah Murabahah
adalah pembiayaan dimana pihak bank syariah menyediakan dana untuk membeli barang yang dibutuhkan
nasabahumat. Secara operasional, praktik murabahah adalah jual beli barang sebesar harga perolehan atau harga jual harga beli ditambah
biaya transportasi, PPN dan sebagainya ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.
2
Mudharabah Mudharabah
adalah pembiayaan untuk masyarakat yang memiliki keahlian tetapi tidak memiliki modal, dimana bank syariah
bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha. Bank syariah sebagai
shohibul maal
pemilik modal memberikan pembiayaan modal usaha pada masyarakat
mudhorib
untuk dikelola secara baik. Rasio keuntungan disepakati bersama antara pihak bank syariah
20
Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Gramedia. Jakarta, 2002, hlm. 167
commit to user 23
dengan nasabah. Apabila terjadi kerugian dari proyek yang dijalankan nasabah, masing-masing pihak secara berimbang menanggung
kerugian tersebut. 3
Musyarakah Musyarakah
adalah pembiayaan modal kerja atau investasi dimana bank syariah menyediakan sebagian dari modal usaha
keseluruhan, dan dalam proses manajemen, pihak bank syariah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha.
Pembiayaan musyarakah ini didasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan porsi penyertaan.
4 Bai‟ Bitsaman Ajil
Bai‟ Bitsaman Ajil adalah perjanjian jual beli dengan suatu akad sebagaimana terjadi dalam prinsip murabahah tetapi pembayaran
sejumlah harga beli oleh nasabah dilakukan secara angsuran. 5
Bai‟ as
-Salam
Bai‟As
-Salam
adalah pembiayaan dimana nasabah memesan barang melalui bank syariah. Jenis barang dan harganya telah
ditentukan dan nasabah melunasi harga barang tersebut pada saat akad nasabah telah menitipkan uang tunai pada bank syariah, kemudian
pihak bank syariah menyediakan barang yang dipesan pada waktu jatuh tempo.
6 Bai‟ al Istisna
Bai‟ al Istisna yaitu kontrak order yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang
tertentu. 7
Ijarah Ijarah
adalah perjanjian sewa barang antara pemilik barang dengan
penyewa yang
memperbolehkan penyewa
untuk memanfaatkan barang dengan membayar sewa sesuai dengan
perjanjian kedua belah pihak.
commit to user 24
8
Hawalah Hawalah
adalah pembiayaan yang terjadi apabila seseorang memiliki pembiayaan kepada orang lain kemudian yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada bank syariah untuk membayar hutangnya tersebut dan status hutang beralih kepada bank syariah.
9
Rahn Rahn
adalah gadai yang dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan.
Rahn
berlaku untuk semua harta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
10
Qardhul Hasan Qardhul Hasan
adalah kebijakan pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabah tanpa pungutan bagi hasil. Dalam hal
ini nasabah hanya dibebani tanggung jawab mengembalikan pembiayaan sejumlah yang diterimanya dari bank syariah tanpa
tambahan apapun, dan membayar biaya administrasi. Imbalan kepada bank syariah atas dasar kerelaan peminjam.
e. Prosedur Pembiayaan
Prosedur pembiayaan merupakan suatu metode yang harus ditempuh untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Setiap pejabat bank
yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi prosedur persetujuan pembiayaan,
prosedur administrasi, serta prosedur pengawasan pembiayaan.
21
Adapun prosedur atau mekanisme penyaluran pembiayaan di bank syariah secara umum adalah sebagai berikut:
22
1 Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan ketentuan
sebagai berikut:
21
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syaria h. Azkia. Tangerang. 2009, hlm. 253
22
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syaria h. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014, hlm. 202-238
commit to user 25
a Memberikan kejelasan tentang platform pembiayaan yang
dimohon; b
Memberikan kejelasan tentang rencana penggunaan dana; c
Memberikan kejelasan tentang rencana jangka panjang waktu pelunasan;
d Memberikan kejelasan tentang rencana jaminan atas pembiayaan
yang dimohon; e
Memberikan laporan keuangan perusahaan minimal dua tahun terakhir;
f Memenuhi ketentuan umum administrasi.
2 Penerimaan berkas permohonan oleh petugas bank syariah, sedapat
mungkin permohonan pembiayaan tersebut diajukan dalam bentuk tertulis.
3 Berkas pemohon kemudian dipelajari sampai didapatkan suatu
kesimpulan bahwa permohonan tersebut layak untuk ditindak lanjuti. 4
Survei lapangan. 5
Melakukan analisis pembiayaan, yaitu suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menilai informasi, data-data serta fakta di lapangan
sehubungan diajukannya permohonan pembiayaan oleh seseorang. 6
Realisasi penyaluran pembiayaan.
f. Jaminan dalam Pembiayaan
Jaminan dalam suatu pembiayaan diperlukan sekali terutama untuk
menghindari resiko kerugian apabila debitur tidak mengembalikan melunasi pembiayaan yang diterimanya. Selain jaminan berupa
keyakinan atas kemampuan debitur untuk melunasi pembiayaannya, bank
juga mengutamakan agunan atau jaminan dalam penyaluran pembiayaan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat 23 menyatakan: “agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan
commit to user 26
nasabah debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaa
n berdasarkan prinsip syariah”. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan, Pasal
24 ayat 1 menyebutkan bahwa “Bank Umum tidak memberi kredit tanpa
jaminan kepada siapapun”. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh bank atau yang disediakan nasabah
debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas pembiayaan dalam bank syariah yang diterima nasabahdebitur.
23
Berdasarkan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, agunan adalah jaminan tambahan baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh
pemilik agunan kepada Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah guna
menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas. Secara umum, jaminan kredit atau pembiayaan diartikan sebagai
penyerahan kekayaan, atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu pembiayaan.
24
Sementara itu kegunaan jaminan adalah untuk:
25
1 Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar
kembali pembiayaannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.
2 Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan
untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.
23
Thomas Suyatno, dkk. Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 88
24
Ibid ., hlm. 139
25
Ibid .
commit to user 27
3 Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi
perjanjianakad pembiayaan. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak
kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. g.
Akad Pembiayaan
Akad Pembiayaan adalah hal terpenting yang harus dibuat dalam suatu perjanjian pada bank syariah sebagai bukti adanya kesepakatan
antara para pihak. Akad menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah kesepakatan
tertulis antara Bank atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang memuat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip
Syariah. Pelaksanaan akad harus memenuhi rukun dan syarat sesuai hukum
Islam. Menurut
jumhur
mayoritas
fukaha
, rukun akad terdiri dari :
26
1. Pernyataan untuk mengikatkan diri
sighat al-aqad
2. Pihak-pihak yang berakad 3. Obyek akad
Syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad menurut para ulama fikih, antara lain :
27
1. Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mempu bertindak menurut hukum
2. Obyek akad diakui oleh syara‟ 3. Akad itu tidak dilarang oleh syara‟
4. Akad yang dilakukakan memenuhi syarat khusus sesuai akad 5. Akad itu bermanfaat
6. Ijab tetap utuh sampai terjadi Kabul 7. Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majelis
8. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara‟
26
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 103
27
ibid, hlm. 108
commit to user 28
3. Tinjauan tentang Pembiayaan Bermasalah