Tinjauan tentang Pembiayaan TESIS S351208022 ITA TRESNAWATI

commit to user 19 mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu na‟siah. b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan. c. Gharar, yaitu transaksi yang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah; d. Haram, yaitu transaksi yang obyeknya dilarang dalam syariah; atau e. Zalim , yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya

2. Tinjauan tentang Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Bank Syariah dalam kegiatan penyaluran dana melakukan investasi karena prinsip yang dilakukan adalah prinsip penanaman danaatau penyertaan dan disebut pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukan dan layak memperolehnya. 15 Salah satu tugas pokok bank adalah penyaluran pembiayaan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit . 16 Kegiatan bank di bidang pemberian fasilitas pembiayaan adalah fungsi utama dari bisnis perbankan, yakni fungsi menyalurkan dana kepada mereka yang memerlukannya setelah menerima pengumpulan dana dari para deposan penyimpan dana. Fungsi ini juga memberikan return atau penghasilan yang paling besar sebanding dengan risiko yang dihadapi perbankan. 17 15 Zaenul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alvabet, Jakarta, 2002, hlm. 217 16 Muhammad Syafi‟i Antonio.,Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press. Jakarta. 2001, hlm. 160 17 Gunarto Suhardi, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum. Kanisius. Yogyakarta. 2003, hlm. 75 commit to user 20 Risiko yang dihadapi perbankan dalam penyaluran pembiayaan antara lain adalah tidak dilunasinya pembayaran kewajiban oleh nasabah yang akan menimbulkan kerugian bagi bank dan berdampak pada perekonomian negara sehingga memerlukan perhatian secara seksama sebagaimana dikemukakan oleh George G. Kaufman “ Bank depository institutions failures are widely perceved to have greater adverse effects or economy and thus are considered more important than the failure of other types of business firms”. 18 Menurut Pasal 1 butir 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1 Transaksi bagi hasildalam bentuk mudharabah dan musyarakah . 2 Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik . 3 Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah , salam dan istisna. 4 Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh 5 Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah , tanpa imbalan, atau bagi hasil. Menurut Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya 18 George G.Kaufman, “Bank Failures Systemick Risk an Bank Regulation”, Artikel pada The Cato Jurnal, Vol.16, 2009, hlm.1 commit to user 21 sebelum menyalurkan dana. Untuk memperoleh keyakinan bank dalam hal penyaluran dana, maka Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.

b. Unsur-unsur dalam Pembiayaan

Menurut Kasmir, unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut: 19 1 Kepercayaan Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun barang dipercaya akan benar-benar dapat diterima kembali oleh pihak pemilik dana dalam jangka waktu yang telah ditentukan. 2 Kesepakatan Pembiayaan didasarkan atas suatu kesepakatan yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. 3 Jangka waktu Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. masa pengembalian pembiayaan . 4 Risiko Suatu risiko muncul karena ada tenggang waktu pengambilan jangka waktu. Semakin panjang jangka waktu suatu pembiayaan maka semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. 5 Balas Jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa dalam bentuk bagi hasil dan biaya administrasi pembiayaan.

c. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Dalam konteks kegiatan ekonomi, setiap usaha apapun itu tidak pernah lepas dari tujuan untuk mencari keuntungan, namun karena di dalam pembiayaan terkandung unsur resiko, maka usaha mencari 19 Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed. Revisi. Grasindo. Jakarta, 2012, hlm. 84-85 commit to user 22 keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian mengingat dana yang disalurkan dalam pembiayaan adalah dana dari masyarakat. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan penyaluran pembiayaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat penyimpan dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bagi hasil tanpa khawatir kehilangan dana tersebut. 20

d. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah

Sesuai Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 735PBI2005 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 113PBI2009 tentang Bank Umum Syariah serta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, produk-produk pembiayaan bank syariah adalah antara lain: 1 Murabahah Murabahah adalah pembiayaan dimana pihak bank syariah menyediakan dana untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabahumat. Secara operasional, praktik murabahah adalah jual beli barang sebesar harga perolehan atau harga jual harga beli ditambah biaya transportasi, PPN dan sebagainya ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. 2 Mudharabah Mudharabah adalah pembiayaan untuk masyarakat yang memiliki keahlian tetapi tidak memiliki modal, dimana bank syariah bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha. Bank syariah sebagai shohibul maal pemilik modal memberikan pembiayaan modal usaha pada masyarakat mudhorib untuk dikelola secara baik. Rasio keuntungan disepakati bersama antara pihak bank syariah 20 Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Gramedia. Jakarta, 2002, hlm. 167 commit to user 23 dengan nasabah. Apabila terjadi kerugian dari proyek yang dijalankan nasabah, masing-masing pihak secara berimbang menanggung kerugian tersebut. 3 Musyarakah Musyarakah adalah pembiayaan modal kerja atau investasi dimana bank syariah menyediakan sebagian dari modal usaha keseluruhan, dan dalam proses manajemen, pihak bank syariah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha. Pembiayaan musyarakah ini didasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan porsi penyertaan. 4 Bai‟ Bitsaman Ajil Bai‟ Bitsaman Ajil adalah perjanjian jual beli dengan suatu akad sebagaimana terjadi dalam prinsip murabahah tetapi pembayaran sejumlah harga beli oleh nasabah dilakukan secara angsuran. 5 Bai‟ as -Salam Bai‟As -Salam adalah pembiayaan dimana nasabah memesan barang melalui bank syariah. Jenis barang dan harganya telah ditentukan dan nasabah melunasi harga barang tersebut pada saat akad nasabah telah menitipkan uang tunai pada bank syariah, kemudian pihak bank syariah menyediakan barang yang dipesan pada waktu jatuh tempo. 6 Bai‟ al Istisna Bai‟ al Istisna yaitu kontrak order yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu. 7 Ijarah Ijarah adalah perjanjian sewa barang antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang dengan membayar sewa sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. commit to user 24 8 Hawalah Hawalah adalah pembiayaan yang terjadi apabila seseorang memiliki pembiayaan kepada orang lain kemudian yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada bank syariah untuk membayar hutangnya tersebut dan status hutang beralih kepada bank syariah. 9 Rahn Rahn adalah gadai yang dilakukan secara sukarela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan. Rahn berlaku untuk semua harta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. 10 Qardhul Hasan Qardhul Hasan adalah kebijakan pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada nasabah tanpa pungutan bagi hasil. Dalam hal ini nasabah hanya dibebani tanggung jawab mengembalikan pembiayaan sejumlah yang diterimanya dari bank syariah tanpa tambahan apapun, dan membayar biaya administrasi. Imbalan kepada bank syariah atas dasar kerelaan peminjam.

e. Prosedur Pembiayaan

Prosedur pembiayaan merupakan suatu metode yang harus ditempuh untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan. Setiap pejabat bank yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat, meliputi prosedur persetujuan pembiayaan, prosedur administrasi, serta prosedur pengawasan pembiayaan. 21 Adapun prosedur atau mekanisme penyaluran pembiayaan di bank syariah secara umum adalah sebagai berikut: 22 1 Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan dengan ketentuan sebagai berikut: 21 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syaria h. Azkia. Tangerang. 2009, hlm. 253 22 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syaria h. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2014, hlm. 202-238 commit to user 25 a Memberikan kejelasan tentang platform pembiayaan yang dimohon; b Memberikan kejelasan tentang rencana penggunaan dana; c Memberikan kejelasan tentang rencana jangka panjang waktu pelunasan; d Memberikan kejelasan tentang rencana jaminan atas pembiayaan yang dimohon; e Memberikan laporan keuangan perusahaan minimal dua tahun terakhir; f Memenuhi ketentuan umum administrasi. 2 Penerimaan berkas permohonan oleh petugas bank syariah, sedapat mungkin permohonan pembiayaan tersebut diajukan dalam bentuk tertulis. 3 Berkas pemohon kemudian dipelajari sampai didapatkan suatu kesimpulan bahwa permohonan tersebut layak untuk ditindak lanjuti. 4 Survei lapangan. 5 Melakukan analisis pembiayaan, yaitu suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menilai informasi, data-data serta fakta di lapangan sehubungan diajukannya permohonan pembiayaan oleh seseorang. 6 Realisasi penyaluran pembiayaan.

f. Jaminan dalam Pembiayaan

Jaminan dalam suatu pembiayaan diperlukan sekali terutama untuk menghindari resiko kerugian apabila debitur tidak mengembalikan melunasi pembiayaan yang diterimanya. Selain jaminan berupa keyakinan atas kemampuan debitur untuk melunasi pembiayaannya, bank juga mengutamakan agunan atau jaminan dalam penyaluran pembiayaan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 ayat 23 menyatakan: “agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan commit to user 26 nasabah debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaa n berdasarkan prinsip syariah”. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan, Pasal 24 ayat 1 menyebutkan bahwa “Bank Umum tidak memberi kredit tanpa jaminan kepada siapapun”. Berdasarkan pengertian tersebut, nilai dan legalitas jaminan yang dikuasai oleh bank atau yang disediakan nasabah debitur harus cukup untuk menjamin fasilitas pembiayaan dalam bank syariah yang diterima nasabahdebitur. 23 Berdasarkan Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, agunan adalah jaminan tambahan baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan kepada Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas. Secara umum, jaminan kredit atau pembiayaan diartikan sebagai penyerahan kekayaan, atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu pembiayaan. 24 Sementara itu kegunaan jaminan adalah untuk: 25 1 Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali pembiayaannya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 2 Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya. 23 Thomas Suyatno, dkk. Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 2003, hlm. 88 24 Ibid ., hlm. 139 25 Ibid . commit to user 27 3 Memberi dorongan kepada debitur tertagih untuk memenuhi perjanjianakad pembiayaan. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. g. Akad Pembiayaan Akad Pembiayaan adalah hal terpenting yang harus dibuat dalam suatu perjanjian pada bank syariah sebagai bukti adanya kesepakatan antara para pihak. Akad menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah kesepakatan tertulis antara Bank atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang memuat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah. Pelaksanaan akad harus memenuhi rukun dan syarat sesuai hukum Islam. Menurut jumhur mayoritas fukaha , rukun akad terdiri dari : 26 1. Pernyataan untuk mengikatkan diri sighat al-aqad 2. Pihak-pihak yang berakad 3. Obyek akad Syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad menurut para ulama fikih, antara lain : 27 1. Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mempu bertindak menurut hukum 2. Obyek akad diakui oleh syara‟ 3. Akad itu tidak dilarang oleh syara‟ 4. Akad yang dilakukakan memenuhi syarat khusus sesuai akad 5. Akad itu bermanfaat 6. Ijab tetap utuh sampai terjadi Kabul 7. Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majelis 8. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara‟ 26 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 103 27 ibid, hlm. 108 commit to user 28

3. Tinjauan tentang Pembiayaan Bermasalah