Psikologi Remaja di Sekolah

41 4. 51-75 5. 6. 76-100 ≥101 1. Orangtuawali murid dipanggil ke sekolah. 2. Skorsing 6 hari 4. Membuat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai diketahui orangtua wali murid dan wali kelas. Peserta didik mengundurkan diri diketahui orangtua atau dikembalikan pada orangtua. Dikonferensikasuskan yang dihadiri oleh wali kelas, guru BK, tim Ketertiban, semua wakil kepala sekolah dan Kepala sekolah. Surat pernyataan difotocopi sesuai kebutuhan. Diberikan data-data lengkap sesuai pembinaan

G. Psikologi Remaja di Sekolah

Remaja merupakan masa transisi dari periode anak ke dewasa. Pendefinisian masyarakat di indonesia sangatlah sulit seperti dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah Indonesia 42 terdiri dari berbagai macam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Menurut Sarlito Wirawan 2005: 14 Sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut. 1. Usia sebelas tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak. 2. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri. 3. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa. Bagi anak yang sudah sekolah, lingkungan yang setiap hari di kunjunginya selain lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah menduduki bangku SMA umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa sebagian waktunya banyak dihabiskan di sekolah, tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar. Pengaruh sekolah tentunya diharapkan memberi dampak positif terhadap perkembangan jiwa remaja, karena sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan sekolah mengajarkan norma-norma dan nilai- nilai yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu sekolah juga mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para peserta didiknya, akan tetapi sekolah sama halnya dengan keluarga, fungsi sekolah 43 sebagai pembentuk karakter peserta didik yang disiplin, tanggung jawab, dll. Dalam proses pembelajaran penyampaian materi kepada peserta didik sangat penting. Menurut Sarlito Wirawan 2005: 125 Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi peserta didik remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran tersebut. Materi pelajaran yang disajikan guru membosankan, terlalu sulit, tidak ada kemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari dan juga cara guru memilih metode mengajar yang tidak membuat peserta didik aktif. Menurut Rosleny Marliani 2016: 245 usaha yang dapat dilakukan sekolah untuk memotivasi, memberikan bimbingan, dan kegiatan melalui kegiatan kelompok sebagai sarana untuk mengembangkan sifat kebersamaan dan memenuhi kebutuhan diikutsertakannya dalam kelompok. Dengan demikian faktor utama yang berpengaruh perkembangan remaja di sekolah adalah guru. Faktor pertama dan utama dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan adalah guru. Dari pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa baik atau buruknya mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk bisa profesional, kreatif dan inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menyajikan suatu pembelajaran yang menarik yang disukai peserta didik dan membuat peserta didik aktif. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan salah satu faktor yang empengaruhi psikologi remaja di sekolah terkait pembelajarannya 44 adalah penyampaian materi kepada peserta didik. Faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi peserta didik remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran tersebut. Namun ada usaha yang dapat dilakukan pihak sekolah yaitu dengan memberikan motivasi, bimbingan, dan kegiatan melalui kegiatan kelompok sebagai sarana untuk mengembangkan sifat kebersamaan dan memenuhi kebutuhan diikutsertakannya dalam kelompok.

H. Kerangka Berpikir