Teori Production Skill Teori Linguistik – Fonetik

utama pembicara telah tersampaikan. Di samping itu, Bygate juga menjabarkan bahwa faktor waktu juga memengaruhi cara bagaimana pembicara menggunakan bahasanya dalam memaparkan sesuatu yang hendak diutarakannya. Jika tersedia waktu yang lebih panjang, maka pembicara dapat mempersiapkan hal-hal yang hendak dikatakan dengan lebih baik dan mantap lagi. Sebaliknya, jika waktu yang tersedia tidak memungkinkan pembicara untuk mempersiapkan bahan yang hendak diutarakan, maka kecenderungan hal-hal yang akhirnya diucapkan menjadi tidak beraturan dapat menjadi lebih besar. Oleh karena itu, terdapat dua strategi bagi seseorang untuk menjadi pembicara yang andal dan gagasan dapat tersampaikan dengan lebih optimal. Pertama, pembicara dapat menerapkan beragam hal untuk memudahkan menghasilkan ujaran yang tepat. Hal yang dimaksud dapat berupa gerakan tangan, ekspresi wajah facial expressions, dan kata konjungsi yang tepat. Kedua, pembicara harus menyesuaikan diri dengan berlatih berbicara secara teratur dan lebih sering agar dapat mengatasi kesulitan yang sering ditemukan dalam konteks berbicara, terutama di depan umum. Hal ini disebabkan oleh para pembicara pada umumnya memiliki sedikit waktu untuk merencanakan, mengatur, dan menyampaikan pesan yang hendak diutarakan. Dengan demikian, mereka kerap menggunakan frasa-frasa tertentu beserta artinya yang besar kemungkinan tidak begitu dimengerti oleh lawan bicara atau pendengarnya.

2.3.1.2 Teori Keterampilan Berinteraksi dalam Metodologi Bahasa Lisan

Bygate 2008: 22 memaparkan bahwa dalam berinteraksi secara lisan, baik pembicara maupun pendengar, tidak hanya wajib menjadi „pengolah‟ yang baik atas kata-kata yang dihasilkan secara lisan. Akan tetapi, juga harus dapat menghasilkan bahasa yang koheren bertalian secara logis dalam keadaan yang berbeda-beda dari komunikasi lisan yang terjadi. Proses komunikasi berbicara dan menyimak dapat dikatakan berjalan dengan optimal dan berhasil jika pembicara dapat mengutarakan hal-hal yang hendak disampaikan gagasan dari pikiran mereka secara tepat dengan cara yang dapat dipahami oleh pendengar dengan mudah. Barnes dalam Bygate, 1976 memaparkan perbedaan yang tajam antara „pembelajaran eksploratori‟ dan „pembelajaran final draft‟ yang sangat aplikatif dalam kegiatan pembelajaran dan pengajaran bahasa di kelas. „Pembelajaran eksploratori‟ merupakan pembelajaran yang menitikberatkan fokus pada pemahaman setiap aspek dari topik secara merata. Selain itu, merencanakan tugas tanpa terlampau sering melakukan kesalahan. Pembelajaran ini mengharapkan para peserta didik untuk bereksperimen dengan aspek-aspek yang telah dipelajari agar dapat mengetahui hal-hal yang kerap muncul sebagai bagian-bagian yang terpenting atau yang paling menarik bagi mereka. Di sisi lain, „pembelajaran final draft‟ merupakan pembelajaran yang menitikberatkan fokus pada penghindaran atas terjadinya kesalahan dan menghasilkan penampilan performance yang sempurna dari permulaan. Pembelajaran ini mengharapkan para peserta didik untuk memahami beragam hal dengan cepat sebelum mengetahui penggunaan konsep yang ada terkait dengan topik pembicaraan. Selain itu, diharapkan pula para peserta didik dapat mengantisipasi perbedaan-perbedaan dalam hal ini dapat berupa perbedaan antara