yang baik atas kata-kata yang dihasilkan secara lisan. Akan tetapi, juga harus dapat menghasilkan bahasa yang koheren bertalian secara logis dalam keadaan
yang berbeda-beda dari komunikasi lisan yang terjadi. Proses komunikasi berbicara dan menyimak dapat dikatakan
berjalan dengan optimal dan berhasil jika pembicara dapat mengutarakan hal-hal yang hendak disampaikan gagasan dari pikiran mereka secara tepat dengan cara
yang dapat dipahami oleh pendengar dengan mudah. Barnes dalam Bygate, 1976 memaparkan perbedaan yang tajam antara „pembelajaran eksploratori‟ dan
„pembelajaran final draft‟ yang sangat aplikatif dalam kegiatan pembelajaran dan pengajaran bahasa di kelas.
„Pembelajaran eksploratori‟ merupakan pembelajaran yang menitikberatkan fokus pada pemahaman setiap aspek dari topik secara merata.
Selain itu, merencanakan tugas tanpa terlampau sering melakukan kesalahan. Pembelajaran ini mengharapkan para peserta didik untuk bereksperimen dengan
aspek-aspek yang telah dipelajari agar dapat mengetahui hal-hal yang kerap muncul sebagai bagian-bagian yang terpenting atau yang paling menarik bagi
mereka. Di sisi lain, „pembelajaran final draft‟ merupakan pembelajaran yang
menitikberatkan fokus pada penghindaran atas terjadinya kesalahan dan menghasilkan penampilan performance yang sempurna dari permulaan.
Pembelajaran ini mengharapkan para peserta didik untuk memahami beragam hal dengan cepat sebelum mengetahui penggunaan konsep yang ada terkait dengan
topik pembicaraan. Selain itu, diharapkan pula para peserta didik dapat mengantisipasi perbedaan-perbedaan dalam hal ini dapat berupa perbedaan antara
bahasa pertamabahasa sumber dan bahasa keduabahasa tujuan tertentu sebelumnya sehingga tidak perlu mengulang dari awal lagi. Peserta didik juga
diwajibkan lebih cekatan dan efisien dalam memastikan hal-hal yang perlu ditambahkan atau hal-hal yang perlu dilakukan secara cepat dan rapi dalam
mendukung performa berbicara.
2.3.1.3 Teori Pengaturan Kelas dan Kemampuan Lisan Oral Skills
Latihan dalam keterampilan lisan berbicara mewajibkan para pihak yang terlibat dalam proses komunikasi pembicara dan pendengar untuk
merundingkan makna dan mengelola interaksi secara bersama-sama. Terdapat sebuah hubungan antara tingkat kebebasan untuk berunding dan jumlah orang-
orang yang terlibat Bygate, 2008: 96. Secara keseluruhan, pengajar perlu juga memperhatikan dan mencermati bagaimana langkah-langkah keterampilan
berbicara ditempuh dan dipelajari. Hal yang terpenting adalah pengajar harus mampu mengatur kelas agar peserta didik dapat mendengar dengan baik setiap
ujaran yang diucapkan oleh pengajar.
2.3.1.4 Teori Kesalahan Berbahasa
Sebagai tenaga pendidik bahasa, terutama bahasa asing, seorang pengajar wajib mengetahui dan memahami pengertian kesalahan berbahasa. Hal
ini sangat wajar sekaligus krusial. Artinya, merupakan hal yang mustahil jika seorang pengajar menyebutkan bahwa seorang peserta didik melakukan kesalahan
dalam konteks berbicara jika sang pengajar tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang konsep kesalahan berbahasa yang memadai. Jika tidak menjadi
seorang pengajar bahasa sekalipun, seseorang juga dapat mengetahui jenis kesalahan yang kemungkinan terjadi jika ia ingin mempelajari landasan tentang
jenis kesalahan berbahasa terutama dalam penggunaan bahasa kedua dan asing secara lebih intensif.
Sesungguhnya kesalahan berbahasa merujuk kepada beberapa pengertian yang beragam, tetapi kebanyakan orang menganggap bahwa hal
tersebut sama secara keseluruhan, artinya tidak ada perbedaan sama sekali. Anggapan ini wajib diubah oleh seorang pengajar bahasa. Itulah sebabnya
pengertian kesalahan berbahasa wajib dipahami sebelum mengajarkan atau membahas bahasa kedua atau bahasa asing.
Corder dalam Indihadi, 2011: 2--3 mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis kesalahan dalam berbicara, yang dijabarkan sebagai berikut.
1 Lapses merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan kalimat selesai dinyatakan
selengkapnya. Untuk konteks bahasa lisan, kesalahan ini diistilahkan sebagai „slip of the tongue‟, sementara untuk bahasa tulis diistilahkan sebagai „slip of
the pen ‟. ɜesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh
penuturnya. 2 Error merupakan kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau
aturan tata bahasa breaches of code. Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang
lain sehingga berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur.