31
nasabah bersembunyi, mengelak atau sengaja menundatidak membayar cicilan atau bunga kredit, terjadi kesalahpahaman mengenai perhitungan hari pembayaran
kredit. Demikian pula halnya dengan nasabah mereka menyatakan tidak pernah terjadi pertikaian yang menjurus pada tindakan fisik atau kekerasan.
77
e. Hubungan Sosial-Budaya
Di Jawa profesi rentenir sangat popular, yaitu yang menawarkan pinjaman jangka pendek tanpa jaminan, tetapi memiliki tingkat bunga yang relatif
tinggi sekitar 20-30 dan mereka juga berusaha untuk menjaga hubungan kredit dengan nasabah-nasabahnya melalui hubungan inter-personal maupun kultural
78
. Hubungan antar rentenir dan nasabah bersifat kompleks, kadang-kadang tidak
hanya menunjukkan transaksi ekonomi semata, akan tetapi juga melibatkan aspek sosial-budaya.
79
Menurut Heru Nugroho, alasan mengapa kredit rentenir lebih atraktif, bukan semata-mata prosedur arogansi administratif lembaga finansial
formal terhadap orang-orang lapis bawah, tetapi terletak pada persoalan budaya ekonomi masyarakat. Perilaku ekonomi rentenir berkaitan dengan budaya lokal.
Dalam praktik mereka selalu membangun citra diri lewat penguatan kapital budaya. Seperti menolong nasabah yang susah, bersifat dermawan, menyumbang
aktivitas keagamaan karena sumbangan yang diberikannya bisa membantu rentenir untuk menjaga dan memperkuat hubungannya dengan nasabahnya.
80
77
Yoserizal, Yessi, Ibid, 11-12.
78
Labat, Alyssa Block, Walter E. 2012, “Money Does Not Grow on Trees: An Argument for
Usury”, Journal of Business Ethics, 106:383-387, Agust 2012, 1.
79
Sosrodiharjo, Soedjito, 1978, “Aspek Sosial Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan”,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1987, 67-70.
80
Nugroho, Heru 1996, “Praktek Rentenir dan Ekspansi Pasar”, Kompas No.013 Tahun Ke-32,
1996, 4.
32
Semakin tinggi kapital budaya yang dimiliki oleh rentenir, maka citranya semakin baik sehingga praktik-praktiknya tidak banyak terusik oleh citra buruk warisan
tradisi. Biaya-biaya sosial dalam rangka peningkatan kapital budaya dihitung secara rasional sebagai biaya ekonomi dalam menopang praktiknya.
81
Rentenir harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan peminjam dengan jujur, jika tidak maka akan sulit bagi mereka untuk meminjam dengan
efektif. Rentenir harus mampu menghitung berapa lama rentenir bisa memenuhi permintaan nasabah. Rentenir harus mampu memberikan pinjaman kepada
nasabah karena sekali nasabah kecewa akan sulit untuk mendapat kesempatan kembali, dia akan beralih mencari rentenir lainnya.
82
Rentenir memperoleh manfaat atau laba dari nasabah. Nasabah kesulitan modal, maka rentenir
memberikan pinjaman dengan menetapkan bunga yang lebih tinggi.
83
Faktanya, masyarakat kecil pedagang golongan bawah dengan modal yang relatif kecil
sebagai sasaran utama rentenir sering tidak menghiraukan bunga tinggi yang ditawarkan. Mereka hanya memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan
dengan adanya penambahan modal usaha.
84
Dari pendapat di atas, alasan nasabah meminjam kepada rentenir adalah hanya karena prosesnya mudah namun bunganya sangat tinggi, sehingga
dampak rentenir terhadap kehidupan nasabah adalah mencekik dengan suku bunga
81
Nugroho, Heru, Ibid, 4.
82
Katzt, Robert D. 2012, “An Entrepreneur’s Lender”, The Secured Lender, December 2012, 1-2.
83
Kolasinski, Adam C., Freed, V.; and Mattghew C. Ringgenberg 2013, “A Multiple Lender
Approach to Understanding Supply and Search in the Equity Lending Market”, The Journal of Finance Vol.LXVIII No.2, April 2013, 5.
84
Hamka, Aldrin Ali Danarti, Tyas, Ibid, 7.
33
yang tinggi, sedangkan bagi rentenir itu sendiri memberikan keuntungan yang dapat menambahi kekayaannya.
2.5. Definisi Konseling Feminis