22
Dari masalah yang dihadapi perempuan bekerja maka perlu diadakan pendekatan konseling feminis untuk lebih membebaskan pria dan perempuan
dalam mengekspresikan diri mereka sendiri sesuai kualitasnya, kesetaraan dalam hak suara dan gaji di tempat kerja. Dari perspektif konseling feminis bertujuan
untuk kesetaraan yang harus ditunjukkan laki-laki dan perempuan dengan memiliki relasional satu dengan yang lain seperti teori feminis dimana mendorong
laki-laki dan perempuan mengeksplorasi potensi mereka dan siap untuk menyongsong perubahan.
Adapun tujuan
konseling feminis
adalah mengatasi
ketidakseimbangan kekuatan, konselor membentuk kolaborasi kemitraan dengan konseli untuk mengatasi dan membahas yang dihadapi serta membantu
mengidentifikasi kekuatan sumber daya konseli serta membangun cara berpikir dengan paradigma baru, jauh dari ketidakadilan dan penindasan.
63
2.4. Dampak Pekerjaan Rentenir Terhadap Kehidupan Pribadi dan Orang Lain
Rentenir diibaratkan sebagai sosok yang dipandang sebelah mata namun dicari oleh masyarakat sebagai pilihan terakhir guna membantu
menghidupkan jalannya ekonomi masyarakat dengan cara peminjaman modal usaha. Ia diibaratkan sebagai lintah darat yang juga merugikan masyarakat sebagai
pengguna jasanya. Meskipun profesi rentenir sendiri dilihat tidak pantas namun hingga saat ini pelakunya tidak mungkin untuk dihentikan, karena masyarakat
63
Bready, Peggy-Amoon 2011, “Humanism, Feminism, and Multiculturalism Essential Elements of
Social Justice in Counseling, Education, and Advocacy”, Journal of Humanistic, Fall 2011 Vol.50, American Counseling Association, 2011, 137.
23
membutuhkannya. Hal seperti ini memberikan sebuah kekuatan tersendiri bagi bisnis rentenir untuk bisa hidup berdampingan di dalam masyarakat. Scott dan
Jerry mengatakan bahwa ada sebuah elemen utama dari relasi, yaitu adanya pertukaran atau „exchanges’. Di dalam kasus rentenir ini, ada sebuah pertukaran
yang diberikan oleh rentenir yaitu penyediaan jasa kredit ekonomi dengan profitprofit keuntungan sebagai sebuah exchanges yang diberikan atau diperoleh
dari nasabahnya.
64
Di satu sisi, dampak rentenir ini memberikan pertolongan kepada ekonomi lemah dalam hal penyediaan modal, tapi di sisi lain, rentenir ini membuat
masalah bagi nasabah itu sendiri karena bunga yang terlalu tinggi. Seperti yang terjadi di negara India, banyak perempuan India pedesaan yang bunuh diri massal
akibat tertipu oleh rentenir. Sehingga pada tahun 2010 pemerintah India, Andhra Pradesh membuat undang-undang untuk melindungi orang miskin dari rentenir
yang tidak bermoral. Undang-undang ini mengatur tentang organisasi rentenir untuk didaftarkan pada pemerintah dan perlindungan terhadap peminjam
nasabah dimana para rentenir membuat suku bunga secara merata.
65
Adapun alasan pemerintah membuat undang-undang ini adalah untuk melindungi nasabah
dari rentenir yang mempunyai citra negatif bahwa rentenir tidak bermoral dan dengan membuat suku bunga tinggi. Dan rentenir ini biasnya tersebar luas di
antara „kulit hitam terpinggirkan‟ dan masyarakat ekonomi rendah.
66
Faktor alasan masyarakat meminjam pada rentenir, yaitu: pertama, adanya kebutuhan yang sangat mendesak; kedua, kecenderungan untuk
64
Scott, James 1993, “Perlawanan Kaum Tani”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993, 7.
65
Kandaswamy, Deepa 2011, “Money-lenders Bilk Indian Woman”, Herizons Summer, 2011, 7.
66
Siyongwana, Pakama Q., Ibid, 851.
24
mengabaikan tanggung jawab dan kebutuhan-kebutuhan mendatang; ketiga, secara umum masyarakat kurang berpengetahuan tentang soal-soal keuangan. Bunga dari
pihak yang menyediakan kredit itu mencakup bunga yang tinggi dan jaminan yang agak riskan. Salah satu perdebatan penting tentang rentenir di pedesaan adalah
mereka memiliki kekuatan monopoli.
66
Hubungan antara rentenir dengan peminjam, biasanya cukup dekat karena proses pembayaran cicilan pinjaman dipungut sendiri oleh rentenir atau
orang suruhannya dan dilakukan setiap hari.
68
Bentuk hubungan sosial rentenir ini terhadap nasabahnya, antara lain, hubungan kepercayaan, hubungan saling ketergantungan, hubungan eksploitasi
dan pertentangan.
a. Hubungan Kepercayaan