10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penulis akan menulis landasan-landasan teori yang akan menolong penulis dalam memahami Bab II ini, yaitu mengenai definisi rentenir, definisi
konseling feminis, karakteristik rentenir, dinamika kehidupan para rentenir perempuan, dampak pekerjaan rentenir terhadap kehidupan pribadi dan orang lain.
2.1. Definisi Rentenir
Rentenir berasal dari kata „rente‟ yang berarti bunga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, rentenir berarti: orang yang mencari nafkah
dengan membungakan uang, tukang riba, pelepas uang moneylenders. Dari pengertian ini, maka dapat dilihat bahwa kata „rente‟ tidak jauh berbeda dengan
makna riba, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam. Institusi yang memperoleh profit melalui penarikan bunga disebut sebagai lembaga rente,
seperti bank, koperasi dan lembaga perkreditan lainnya. Individu yang memperoleh profit melalui penarikan bunga disebut rentenir.
30
Istilah „pelepas uang‟ moneylenders atau rentenir menurut Dale W. Adams adalah individu yang
memberikan pinjaman kredit berjangka pendek, tidak menggunakan jaminan yang pasti, bunga relatif tinggi dan selalu berupaya melanggengkan hubungan kredit
30
Siboro, Ilas Korwati 2015, “Rentenir Analisis Terhadap Fungsi Pinjaman Berbunga Dalam
Masyarakat Rokan Hilir Kecamatan Bagan Sinembah Desa Bagan Batu”, Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, Jom Fisip Vol.2, 2015, 4.
11
dengan nasabahnya. Profesi ini sebagian besar beroperasi di pasar-pasar, desa atau juga berkunjung dari rumah ke rumah secara aktif.
31
2.2. Karakteristik Rentenir
Pada dasarnya aktivitas perkreditan yang dikelola rentenir dapat dikategorikan sebagai sektor informal yang bergerak untuk mencari bunga dan
sifat rentenir itu tergolong dalam pekerjaan ekonomi gelap.
32
Inilah salah satu karakteristik dari negara-negara dunia ketiga, sebagaimana dilukiskan Robert P.
Clark dalam bukunya „Power and Policy in the Third Word‟, yang mengungkapkan salah satu laporan pemerintah di kota Lima, Peru tahun 1987
yang memperkirakan bahwa sepertiga dari angkatan kerja kota telah memasuki ekonomi gelap. Meskipun begitu, apa yang diketahui oleh semua orang adalah
pedagang-pedagang yang bergerak di sektor informal tersebut beroperasi secara ilegal.
33
Rentenir di Eropa pun bekerja secara diam-diam, sehingga hampir tidak ada data mereka.
34
Sementara itu Hernando De Soto juga mengungkapkan keberhasilan peran sektor informal di Peru selama 40 tahun terakhir ini. Aktivitas sektor
informal telah menjadi tempat bagi 48 penduduk Peru, yang giat dalam
31
Adams, Dale W. 1989, “Taking a Fresh Look of Informal Financial”, Economics and Sociology
Occational paper No.1592, Study in Rural Finance Series, Agricultural Finance Program, Department of Agricultural Economics and Rural Sociology, The Ohio State University, Juli 17,
1989, 2-3.
32
Soegiarto, Heru N. Moeljarto, Vidhyandika 1994, “Debitur Potensial di Pedesaan Jawa,
Kasus Penerimaan Masyarakat Terhadap Aktivitas Pe lepas Uang”, Dalam Prisma, Jakarta:
LP3ES, 1994, 56.
33
Clark, Robert P. 1991, “Power and Policy in the Third World”, New York: MacMillan Publishing
Company, Fourth Edition, 1991, 172.
34
Schrader, Heiko, “Moneylenders and Merchant Bankers in India and Indonesia”, International
Sosiology, Vol.9 No.4 Jun 1994, 4.
12
perekonomian dan 61,2 jam kerja diabadikan pada kegiatan-kegiatan informal yang memberikan sumbangan sebesar 30,9 pada produk domestik bruto PDB
yang tercatat dalam neraca pendapatan negara. Diperkirakan aktivitas rentenir ini akan terus berkembang, dan pada tahun 2000 akan menghasilkan 61,3 dari PDB
yang tercatat dalam neraca pendapatan. Sementara itu, peranan sektor informal di bidang keuangan sebagai pengamat empiris, yang dilakukan.
35
Si Dam Kim, memperlihatkan bahwa di Korea, pasar kreditrentenir perkotaan juga didominasi
oleh apa yang disebutnya sebagai „informal credit markets‟.
36
Seseorang yang merasa dirinya memiliki kelebihan materi dari segi finansial, maka berpotensi untuk mengkultuskan dirinya sebagai pihak yang
superior, sehingga di sisi lain ada keyakinan dalam dirinya bahwa ada orangorang di sekitarnya dan pihak-pihak lain yang dianggapnya sebagai pihak yang interior
dan membutuhkan kucuran dana cepat dan mudah. Dalam hal ini pihak rentenir yang eksis di tengah-tengah masyarakat yang bias dikatakan sebagai pihak
superior dengan mudah memberikan pinjaman uang kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana.
37
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh rentenir juga mampu menjadikan masyarakat ketergantungan terhadap transaksi hutang-piutang
berbunga tersebut. Sehingga setiap membutuhkan uang, tanpa pikir panjang, masyarakat langsung mendatangi rentenir dan meminjam uang kepadanya. Bunga
yang besar biasanya dipikirkan belakangan, yang terpenting adalah dana langsung cair dan segera dapat dipergunakan. Biasanya rentenir menawar-nawarkan modal
35
De Soto, Hernando 1992, “Masih Ada Jalan Lain, Revolusi Tersembunyi di Negara Dunia
Ketiga”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992, 14.
36
Kim, Si Dam 1986, “Some Issue in the Study of Informal Credit Market”, Resources Paper for
the ADB Workshop, 1986, 15.
37
Siboro, Ilas Korwati 2015, Ibid, 11.
13
kepada pedagang-pedagang kecil seperti di pasar kaki lima pedagang sayur, ikan, daging, dll., asongan, maupun usaha-usaha kecil lainnya. Apabila masyarakat
memiliki masalah mendadak dengan keuangan mereka seperti berobat ke rumah sakit, biaya pulang kampung dan kebutuhan modal untuk usaha mereka, maka
mereka akan mencari rentenir untuk memperoleh uang dengan cepat.
38
Bank daerah tidak dapat menolong mereka, karena meminjam uang di bank daerah harus ada agunan dan usaha bank ini bersifat besar-besaran.
39
Usaha pedagang kecil tidak pernah mendapat perhatian pemerintah dalam bentuk
bantuan pinjaman modal dengan bunga rendah, di samping itu tidak memiliki barang untuk dijadikan agunan untuk meminjam uang ke pemerintah. Pemerintah
sebenarnya sudah menyalurkan dana kepada masyarakat dengan dana mikro tanpa agunan, tetapi di lapangan pihak perbankan tidak ada yang meminjamkan dananya
tanpa agunan dengan kekawatiran pinjaman yang diberikan kepada masyarakat tidak kembali yang menjadi tunggakan abadi yang berakibat pimpinan bank yang
bertanggung-jawab. Dengan kata lain, semua dana tersebut dipinjamkan kepada masyarakat dengan agunan dan agunan ini yang sangat sulit dipenuhi pedagang
kecil, di samping itu, bank pemerintah jika memberikan pinjaman jutaan atau paling sedikit 5 juta rupiah, padahal pedagang kecil hanya butuh pinjaman
berkisar 50.000 – 200.000 rupiah; dan juga daerah tertentu bank pemerintah
mencoba memberikan pinjaman tanpa agunan, tetapi dirasakan tidak mencapai sasaran yang dikehendaki, maka untuk menjalankan usahanya pedagang kecil
38
Siboro, Ilas Korwati 2015, Ibid, 11.
39
Subadio, Maria Ulfah; dan Ihroni, T.O. 1986, “Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia:
Bunga Rampai Tulisan- tulisanEditor”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, ISBN
979-420-036-0, 1986, 68.
14
mendapat pinjaman lewat rentenir.
40
Adanya keterbatasan kemampuan dari pedagang kecil memenuhi agunan mengakibatkan rentenir semakin berkembang
meskipun bunganya sangat tinggi.
41
Rentenir merupakan perkembangan dari hutang-piutang yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Pada tatanan ini rentenir sudah merupakan salah
satu bentuk profesi bagi pemilik modal untuk dapat mengembangkan modalnya dengan mendapat bunga. Rentenir menjalankan bisnisnya di antara anggota
masyarakat, baik antara famili maupun tetangga atau atas dasar kepentingan masing-masing pihak. Aktivitas rentenir yang hidup dalam masyarakat,
merupakan profil dari praktik perkreditan yang dikelola secara individual yang tidak terorganisasi dan pada umumnya mempunyai pengaruh yang kurang baik
terhadap peminjamnya. Hal ini disebabkan bunganya yang tinggi yang harus dibayar dari penghasilan yang sangat kecil.
4243
Pada umumnya jenis rentenir yang berada di pasar merupakan wujud dari optimalisasi sumber daya finansial para pedagang dalam mencari keuntungan.
Siapakah rentenir itu? Rentenir dipahami oleh orang- orang awam sebagai „lintah
darat‟ dan praktik-praktiknya menciptakan „penghambaan bunga‟, citra negatif ini masih ada hingga saat ini. Namun demikian, sebutan itu tidak menyurutkan para
rentenir menjalankan profesinya. Keuntungan yang diperoleh dari praktik ini
40
Siahaan, Monang 2014, “Rentenir, Penolong Pedagang Kecil?”, Jakarta: Gramedia - Elex
Media Komputindo, ISBN:978-602-02-5597-2, 2015, 10-12.
41
Darmojuwono, Subarjo Subagio, Pangestu 1986, “Badan Kredit Kecamatan di Jawa Tengah,
dalam Mubyanto Edi Swandi Hamid, Kredit Pedesaan di Indonesia”, Yogyakarta: BPFE 1986, 17.
42
Djodjohadikusumo, Sumitro 1989, “Kredit Rakyat Di Masa Depresi”, Jakarta: LP3ES, 1989,
43
.
15
menjadi motivasi untuk tetap beroperasi.
44
Pada umumnya rentenir memulai aktivitas ekonominya dengan perdagangan dan memvariasikan bisnisnya. Pada
umumnya, sebelum sukses jadi rentenir biasanya ia menjalankan bisnisnya dengan berdagang dan dilanjutkan menjadi pedagang uang atau rentenir.
45
Selama menjadi pedagang mereka mencoba memvariasikan perdagangan dengan bisnis
kredit termasuk ke dalamnya kredit uang, hingga pada akhirnya mereka menjadikan kredit uang sebagai profesi utama. Dan cara rentenir mengambil uang
atau prosedur pekerjaannya dimulai dari menawarkan barang perdagangan lalu dilanjutkan dengan menawarkan uang rentenir.
45
Jenis rentenir ada dua yaitu, rentenir internal yaitu rentenir dan berdagang, dan rentenir eksternal hanya sebagai rentenir yang datang dari luar
ke pasar untuk menawarkan uangnya. Hal pokok yang membedakan rentenir internal dari rentenir eksternal adalah rentenir internal berinteraksi secara intens
dengan para nasabah dan pedagang sekitarnya. Rentenir yang sehari-harinya juga berprofesi sebagai pedagang di dalam pasar akan mudah berinteraksi dengan yang
lain, karena rentenir internal juga mempunyai profesi utama sebagai pedagang yang berbaur dengan aktivitas pasar. Situasi seperti ini menyebabkan rentenir
bebas berinteraksi dengan sesama pedagang meskipun bukan nasabahnya. Hal ini berbeda dengan rentenir eksternal yang memiliki batas waktu dan ruang dalam
berkomunikasi mencari nasabah. Rentenir eksternal berada di luar pasar, para rentenir tersebut jarang terlihat berbaur dengan pedagang setempat. Mereka hanya
44
Nugroho, Heru 2001, “Uang Rentenir dan Hutang-piutang di Jawa”, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001, 250.
45
Yoserizal, Yessi, Ibid, 9.
45
Ibid, 10.
16
menarik „harian‟ kepada pedagang yang menjadi nasabahnya, kemudian pergi tanpa berbincang-bincang dengan pedagang yang lain. Keterbatasan interaksi
tersebut membuat rentenir eksternal sulit untuk mencari nasabah.
46
Dari kedua jenis rentenir di atas, penulis melihat bahwa problem yang dihadapi rentenir
berkenaan dengan upaya mencari nasabah. Rentenir eksternal lebih sulit mencari nasabah bila dibandingkan dengan rentenir internal yang lebih leluasa waktunya
berhubungan dengan nasabah ataupun bukan nasabah. Problem utama yang dihadapi rentenir pada umumnya adalah masalah
nasabah yang sulit membayar dan masalah modal. Sedangkan masalah yang khusus dihadapi perempuan rentenir adalah masalah kompleksitas kejiwaan,
bahwa di satu sisi perempuan bersikap lembut, tetapi di sisi lain jika berhadapan dengan nasabah yang bermasalah perempuan harus mampu untuk bersikap
kasar.
47
Hal lain yang diperhatikan dengan rentenir masih relevan keberadaannya terutama di masyarakat Jawa, meskipun keberadaan rentenir atau
pelepas uang moneylenders di Indonesia sulit terdeteksi pihak luar outsiders karena cenderung bersifat tertutup. Kondisi tersebut dikarenakan dalam kehidupan
masyarakat luas di Indonesia, pekerjaan sebagai rentenir dipandang sebagai pekerjaan yang negatif.
48
Dalam hal kekuasaan, rentenir juga memiliki kekuasaan menentukan tingkat bunga tertinggi jika dibandingkan dengan LKM Lembaga
46
Hamka, Aldrin Ali Danarti,Tyas, Ibid, 64-65.
47
Wawancara dengan ibu Len.
48
Hamka, Aldrin Ali Danarti,Tyas, Ibid, 58.
17
Keuangan Mikro dan bank.
49
Beberapa karakteristik rentenir antara lain:
50
• Dana mudah diperoleh kapan saja dan dimana saja • Prosedural yang sederhana dan tidak diperlukan pengisian formulir
permohonan • Terdapat kaitan yang erat antara kebutuhan nasabah dalam
pemenuhan kebutuhan input, kredit dan pemasaran hasil • Saling mempercayai tanpa menekankan jaminan
• Biaya transaksi yang ditanggung peminjam relatif rendah • Pencairan dana dengan cepat sesuai dengan kebutuhan mendadak
• Penggunaan dana leluasa, tidak terbatas untuk kegiatan ekonomi produksi
• Merupakan sumber penghasilan dan investasi yang menguntungkan bagi pemilik uang yang enggan menitipkan uangnya di bank
Meskipun memiliki implikasi negatif dari rentenir sesuai dengan karakteristik dan praktiknya, penulis melihat rentenir juga mempunyai peranan
penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang membutuhkan modal, seperti pedagang di pasar Salatiga. Bahkan dapat dikatakan
rentenir mempunyai peranan sebagai alternatif di samping menjadi sumber dana pokok pedagang, baik bagi golongan lemah maupun golongan permodalan kuat,
yang memerlukan dana dalam waktu singkat serta prosedur sederhana.
49
Mukherjee, Saswatee 2013, “A Comparative Analysys of Interest Rates”, Journal of
Developmental Entrepreneurship, Vol.18 No.1 2013, 1350007 6 pages, World Scientific Publishing Company, Dep of Jdaypur Univ. India, 2013 1.
50
Ng, Beoy Kui 1985 , “Some Aspects of the Informal Financial Sector in the SEACEN Countries”,
The SEACEN Research and Training Centre, Staff Paper No.10, 1985, 106.
18
2.3. Dinamika Kehidupan Rentenir Perempuan