5 Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk
meneliti dan mendapatkan bukti empiris perbandingan perbedaan tingkat nilai sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada perbedaan signifikan pada
nilai sales growth, earning per share, dan price earning ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan
ESOP.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris perbedaan sales growth, earning per
share, dan price earning ratio perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP.
6
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, melainkan juga kepada pihak-pihak lain yang terkait. Adapun, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan: 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan
tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kesesuaian fakta di lapangan dengan teori yang ada.
2. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sistem manajemen perusahaan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kinerja
perusahaan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber
informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Pengadopsian ESOP di Indonesia sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1998. Bapepam 2002 merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia,
sebelum tahun 1998 dan setelah tahun 1998 sampai sekarang. Sebelum tahun 1998, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat perusahaan
go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan sebuah stock allocation scheme dimana pada penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidi ataupun
pinjaman yang dijamin oleh perusahaan. Periode kedua, yakni setelah tahun 1998 – sekarang. Perkembangan lebih
lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil penawaran umum 10, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi dimana
sebelum melakukan penawaran umum go public karyawan diberi waran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan
datang yang telah ditentukan periode dan harganya. Employee Stock Ownership Program ESOP merupakan program
kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja Bapepam, 2002. Sebagai program kompensasi terhadap
karyawan, ESOP memberikan kompensasi atau reward berupa saham kepada karyawan-karyawan yang terpilih atau yang mempunyai kinerja baik. Pemberian
reward ini dapat memotivasi karyawan untuk melakukan aksi yang dapat menguntungkan perusahaan Oyer, 2005.
8 Beberapa studi mengenai ESOP dan hubungannya terhadap kinerja
perusahaan maupun kinerja karyawan sudah banyak dilakukan. Penelitian Freeman 2007 menyimpulkan adanya hubungan antara kepemilikan karyawan
dengan kinerja perusahaan. Studi Kruse et al 1996 menemukan bahwa ada peningkatan produktivitas karyawan dan peningkatan kinerja perusahaan sebelum
dan sesudah pengadopsian ESOP. Studi tersebut juga meneliti perbandingan antara perusahaan ESOP dan perusahaan non
-ESOP dan menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan ESOP jauh lebih baik daripada perusahaan non-ESOP terkait
profitabilitas dan produktivitasnya.
Namun, Kruse et al 1996 menyatakan bahwa “there is clearly no automatic connection between employee ownership and
performance, but where difference do exist, they tend to indicate better performance by EOFs Employee Ownership Firms than by non-EOFs.”
Kruse et al 2003 mengemukakan tiga hal penting yang dibutuhkan untuk memotivasi karyawan pada perusahaan ESOP agar tujuan diadakannya ESOP
terhadap kinerja perusahaan berhasil, yakni “1 the incentives that ownership gives; 2 the participative mechanisms available to workers to act on those
incentive; and 3 the corporate culture that battles against tendencies to free ride.”
Teori keagenan sering muncul sebagai salah satu isu yang terkena dampak positif atas pengadopsian ESOP.
Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang principal yaitu investor dengan
pihak yang menerima wewenang agent yaitu manajemen, dalam bentuk kontrak kerja sama yang biasa disebut nexus of contract perusahaan sebagai jaringan dari
9 suatu kontrak. Masalah utama yang muncul dalam hubungan ini adalah agen
akan mengutamakan kepentingannya dan memilih perilaku yang menghasilkan kesejahteraan tertinggi baginya Jensen dan Meckling, 1976.
Sebagai pihak yang menerima otorisasi, agen berusaha untuk memaksimumkan imbalan reward kontraktual yang diterimanya dan ini sangat
bergantung pada tingkat upaya yang dilakukannya. Di sisi yang lain para prinsipal berusaha memaksimumkan return yang berasal dari pengelolaan sumber daya
yang telah diserahkan kepada agen dan upaya ini bergantung pada imbal jasa yang dibayarkan kepada agen.
Jensen dan Meckling 1976 menganalisis perbandingan antara perilaku manajer yang mempunyai saham di perusahaan dengan perilaku manajer yang
menjual sahamnya di perusahaannya kepada pihak luar. Manajer yang mempunyai saham di dalam perusahaannya akan membuat keputusan yang memaksimalkan
apa yang ada. Hal ini tidak hanya mempengaruhi perilakunya atau keputusannya yang berkenaan dengan masalah keuangan saja, namun juga hal-hal yang tidak
berkenaan dengan aspek keuangan, misalnya sikap yang ditunjukan di kantor, hubungan dengan staf, tingkat disiplin karyawan dan lain-lain.
Pada prinsipnya pengaturan ESOP dapat menurunkan masalah keagenan agency cost dan meningkatkan kinerja dengan cara mengikat gaji pekerja lebih erat kepada
kinerja perusahaan dan melibatkan pekerja dalam pembuatan keputusan. Dampak positif ESOP dinyatakan dalam Long et al 2012, “Because it ties employee income and wealth
to company performance, employee ownership is viewed as a means to improve productivity and performance by decreasing labour-management conflicts and
encouraging employee efforts, cooperation and information sharing.”
10 Sales growth, earning per share, dan price earning ratio merupakan beberapa
komponen rasio untuk melihat kinerja perusahaan. Sales growth atau pertumbuhan penjualan dapat menjadi indikator untuk membuktikan teori bahwa
ada peningkatan produktivitas karyawan. Peningkatan penjualan akan berpengaruh pada peningkatan laba bersih yang juga akan mempengaruhi
peningkatan atau penurunan laba per lembar saham atau earning per share. Earning per share EPS memberikan informasi besarnya laba bersih
perusahaan yang siap untuk dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Jika laba bersih naik, EPS juga akan naik, dan bila laba bersih turun
maka EPS juga akan turun. Namun, EPS juga dipengaruhi dengan banyaknya saham yang diterbitkan oleh perusahaan, sehingga belum tentu EPS naik
walaupun laba bersih naik, namun EPS akan turun jika laba bersih mengalami penurunan. Selain laba bersih, penurunan dan peningkatan EPS juga dipengaruhi
oleh banyaknya lembar saham yang beredar. Peningkatan EPS diharapkan mampu meningkatkan minat investor. Naiknya permintaan akan saham, akan menjadikan
harga saham meningkat. Price earning ratio PER atau rasio harga terhadap laba bersih per saham
adalah harga suatu saham dibagi EPS. PER suatu saham dapat naik atau turun tergantung pada persepsi pasar terhadap perusahaan tersebut. PER yang tinggi
menunjukkan bahwa investor berpikir perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang baik. Akan tetapi, perusahaan bisa memiliki PER yang tinggi bukan karena
harganya tinggi, melainkan laba untuk sementara tertekan. Dalam praktik pasar modal, disarankan untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki PER 15,
11 angka tersebut menjadi patokan apakan IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
sudah overvalued apa belum. Jika kinerja perusahaan ESOP lebih baik dari perusahaan non
-ESOP, maka
maka penurunan atau peningkatan ketiga rasio tersebut juga akan terpengaruh.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu