dapat dilakukan melalui lembaga atau diluar lembaga yakni dalam pembinaan
panti pemerintah
maupun swasta,
atau dalam
sistem asuhan
keluargaperseorangan, yang kemudian perawatan dan pembinaannya disesuaikan dengan perkembangan usia, kemampuan anak dan lingkungannya sehingga
perkembangan anak tidak terhambat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 2 secara jelas memaparkan tentang pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Hal ini menegaskan
bahwa pembinaan terhadap anak- anak yatim Pada Panti Asuhan ‘Aisyiyah berada
pada jalur pendidikan non formal. Menurut Poerwadarminto, mengemukakan bahwa pendidikan luar sekolah
adalah:
48
1. Usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan, dan
mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh
dan berkembang dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang ada di lingkungannya.
2. Suatu proses memanusiakan manusia untuk meningkatkan kualitas
berpikir, moral dan mental sehingga mampu memahami, mengungkapkan, membebaskan dan menyesuaikan dirinya terhadap realitas yang
melingkupinya. Sedangkan menurut Made, memandang bahwa program pendidikan luar
sekolah orientasinya lebih terarah kepada keterampilan untuk bisa menghidupi dirinya sendiri dalam program kejar usaha.
49
Tampak bahwa pembinaan anak yatim merupakan program yang berada dalam jalur pendidikan luar sekolah yang menganut prinsip belajar sepanjang
hayat dengan tujuan pembentukan karakter dan jati diri sehingga mereka dapat
48
Poerwadarminto, Manusia Super, Bandung: Rineka Cipta Media, 2006, cet.II, h. 29.
49
Made P, Pembentukan Manusia Sekolah, Bandung: Rineka Cipta Media, 2008, h. 109.
hidup secara mandiri dengan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk berani menghadapi realitas kehidupan serta memiliki bekal untuk mengaktualisasikan
dirinya dan bisa hidup secara mandiri ditengah-tengah masyarakat. Proses pembinaan anak yatim diberikan mulai dari pembinaan psikologi,
sosial, agama dan keterampilan. Dalam hal ini diketahui bahwa yang mengikuti pembinaan anak yatim di panti sosial hisbullah tersebut berjumlah 24 orang.
Kontribusi yang diberikan memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak yatim karena dapat mengubah kehidupan mereka utamanya dari segi prilaku mayapun
dari segi ahlaknya yang mampu memperbaiki sistem kehidupan dalam keluarganya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
50
mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.
Departemen Sosial
Republik Indonesia
menjelaskan bahwa
:
51
Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak
terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak asuh,
sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian
dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional
”. Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan lembaga
kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga
mereka memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuaidengan harapan.
2. Tujuan Panti Asuhan