Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

‘Aisyiyah merupakan wadah perjuangan dan amal usaha bagi kaum perempuan Muhammadiyah. Kedudukannya sebagai Organisasi Otonomi Khusus Muhammadiyah tidak sama dengan Organisasi-Organisasi Otonomi yang lain karena gerak dan kegiatan ‘Aisyiyah seimbang dengan gerak dan kegiatan kaum laki Muhammadiyah. ‘Aisyiyah dinyatakan sebagai Organisasi Otonomi Khusus. 1 Kehadiran ‘Aisyiyah dalam mengembangkan peran pendidikannya di Kecamatan Medan Timur memberikan nuansa yang berbeda, karena program pengembangan pendidikan di usia dini mampu mewujudkan intensitas belajar bermain yang notabennya adalah pemahaman karakter dan akhlak peserta didik. Dari segi kognitif, peserta didik dapat memahami latar pendidikan yang berinstrumental artinya peserta didik di taman kanak-kanak mampu memahami pendalaman pendidikan melalui permainan alat-alat musik yang bercirikan Islami. Dengan berdirinya Taman kanak-kanak bustanul athfal, para pendiri dari ‘Aisyiyah mengharapkan anak didiknya kelak menjalankan syari’at bukan saja dalam bidang keagamaan tapi juga kemasyarakatan yang betul-betul berada dalam kapasitas peradaban kontemporer bermacam-macam. Taman kanak-kanak bustanul athfal mengharapkan para peserta didiknya untuk terus mempertahankan organisasi ke ‘Aisyiyahan, melalui program pengembangan kepribadian serta belajar kelompok menciptakan mereka tumbuh dan berkembang secara kemajemukan dalam satu tubuh ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah dengan motif geraknya membawa kesadaran beragama dan berorganisasi serta mengajak warganya untuk menciptakan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. Suatu kehidupan bahagia dan sejahtera penuh limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT di dunia dan di akhirat. 1 Pi pi a Pusat Aisyiyah, Anggaran Dasar dan A ggara ‘u ah Ta gga Aisyiyah Yogyakarta: Aisyiyah Press, 2005, cet. IX, h. 24. Dalam penjelasan di atas memberikan arti, bahwa dalam epistemologi pendidikan Islam, ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila peserta didik manusia mendayagunakan berbagai media, baik yang diperoleh melalui persepsi inderawi, akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan dalam Islam hendaknya memberikan kemungkinan yang sebesar-besarnya bagi pengembangan ke semua dimensi tersebut. Menurut ‘Aisyiyah, pengembangan tersebut merupakan proses integrasi ruh dan jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai prinsip-prinsip al-Qur`an dan sunnah, bukan semata-mata dari kitab tertentu. Landasan pendidikan Islam yang berpedoman pada al- Qur’an dan al-Hadis dengan membentuk muslim yang berakhlak mulia maka seutuhnya berjuang untuk kepentingan ummat. 2 ‘Aisyiyah menyadari benar kondisi umat Islam di zamannya. ‘Aisyiyah melihat betapa pendidikan Islam yang ada sudah tak berdaya minim semangat keilmuan. Untuk membangun kembali umat Islam, serta memerangi keterbelakangan umat, maka bidang pendidikan harus diberi prioritas yang tinggi. 3 Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu sebagai `abd Allah dan khalifah di muka bumi. Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah al-Ruh dan al-`aql. Untuk itu, media yang dapat mengembangkan potensi al-Ruh untuk menalar penunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada Khaliqnya. 4 Di sini eksistensi akal merupakan potensi dasar bagi peserta didik yang perlu dipelihara dan dikembangkan guna menyusun kerangka teoretis dan metodologis bagaimana menata hubungan yang harmonis secara vertikal maupun horizontal dalam konteks tujuan penciptannya. 2 Amir Hamzah, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam yang diselenggarakan oleh perguruan Muhammadiyah, 1962, cet.II, h. 59. 3 “yafi I Ma rif, Islam dan Masalah Kenegaraan Jakarta: LP3ES, 1986, h. 67. 4 PP Aisyiyah Majelis Dikdas e , Pendidikan al-Islam dan ke Aisyiyaha - KeMuhammadiyahan Jakarta, 2007, cet.III, h. 45. Materi pendidikan menurut ‘Aisyiyah, adalah pengajaran al-Qur`an dan Hadis, 5 membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi dan menggambar. Materi al- Qur`an dan Hadis meliputi; ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian kebenaran al-Qur`an dan Hadis menurut akal, kerjasama antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak budi pekerti, karena al- Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar dan tolak ukur dalam upaya pemurnian agama. 6 Di samping itu, menurut Abuddin Nata, bahwa pendidikan harus menempatkan kedudukannya kearah yang penting dan tinggi dalam doktrinnya. 7 Oleh karena itu, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat di mana siswa itu hidup. Dengan pendapatnya itu, sesungguhnya ‘Aisyiyah mengkritik kaum tradisionalis yang menjalankan model pendidikan yang diwarisi secara turun temurun tanpa melihat relevansinya dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam berdasar pada prinsip untuk membuka, mengembangkan dan menyelesaikan masalah sosial dan memelihara sejarah dan kebudayaannya. 8 Berangkat dari gagasan di atas, maka menurut ‘Aisyiyah pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, ’alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang bertaqwa, baik sebagai ’abd maupun khalifah di muka bumi ini. Untuk mencapai tujuan ini, proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas 5 Ibid, h. 5-6. 6 Aripin,M.T, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah Jakarta: Pustaka Jaya, 1987, h. 43. 7 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, pada periode klasik dan Pertengahan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004, cet. II, h. 26. 8 Lih. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, Terj. Hasan Langgulung Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 438. dan memperkokoh spritualitas peserta didik. Men urur ‘Aisyiyah, upaya ini akan terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Proses pendidikan yang demikan pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni ”intelektual ulama” yang berkualitas. 9 Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis peranan ‘Aisyiyah dalam pendidikan Islam yang ditanamkan kepada peserta didik khususnya di Kota Medan yang akan dituangkan dalam proposal Tesis yang berjudul : ‘’ Peranan ‘Aisyiyah Dalam Pendidikan Islam di Kota Medan ’’.

B. Rumusan Masalah