E. Keunggulan dan Kelemahaan Sewa Guna Usaha
Sewa guna usaha sebagai alternative sumber pembiayaan memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan
sumber pembiayaan lainnya terutama bank. Menurut Munir Fuady 1995 hlm. 33 keunggulan atau kelebihan dari sewa guna usaha yang
pertama adanya fleksilitas, terutama dalam hal dokumentasi jaminna,
struktrur kontraknya, besar dan jangka waktu pembayaran angsuran
oleh lessee, nilai residu, dan hak opsi bagi lessee. Yang kedua biaya relative murah
, dalam sewa guna usaha relative tidak memerlukan biaya yang besar, karena prosedur dalam sewa guna usaha relative
sederhana.
33
Dalam praktik biasanya semua biaya diakumulasikan ke dalam sutu paket, antara lain meliputi biaya konsultan, biaya pengadaan dan
pemasangan barang, dan biaya asuransi. Yang ketiga penghematan pajak
, sistem perhitungan pajak untuk sewa guna usaha yang meringankan, sehingga pembayaran pajaknya lebih hemat. Yang ke
empat pengaturannya tidak terlalu kompleks sebagaimana terhadap
kredit bank ini sangat menguntungkan bagi lessor, mengingat perusahaan pembiayaan tidak perlu harus melaksanakan banyak hal,
seperti diwajibkan untuk suatu bank.Yang kelima kriteria lessee yang longgar
, di bandingkan dengan fasilitas kredit bank, persyaratan dalam
sewa guna usaha bagi lessee lebih longgar. Yang keenam resiko pemutusan kontrak
, lessee diberi hak berupa kemudahan untuk memutuskan kontrak, tetapi lessor juga dapat menjual barang modal
33
Sunaryo, Op. Cit., h. 52.
kapan saja dengan harga yang dapaat menutupi bahkan melebihi dari sisa utang lessee.
34
Dengan demikian, tidak hanya resiko bagi lessor maupun lessee
jika terjadi pemutusan kontrak di tengah jalan.Yang ketujuh pembukan yang lebih mudah
, pembukaan dalam sewa guna usaha lebih mudah dan menguntungkan bagi perusahaan lessee. Bahkan cukup reasonable
pula jika transaksi leasing ini dimasukan sebagai pembiayaan secara off
balance sheet. Yang kedelapan pembiayaan penuh, tidak jarang pula
pembiayaan sewa guna usaha diberikan sampai dengan 100 seratus persen full pay out. Hal ini akan sangat membantu bagi perusahaan
lessee yang baru berdiri. Yang terakhir perlindungan dampak kemajuan teknologi. Lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang
disewa mengalami ketinggalan model karena pesatnya kemajuan teknologi. Dalam kontrak sewa guna usaha bisa dicantumkan klausul
bahwa barang modal dapat ditukar dengan barang modal yang sama lebih canggih jika di kemudian hari ada penemuan baru yang lebih
unggul. Disamping itu keunggulan di atas, sebagaimana juga pada lembaga bisnis lain, sewa guna usaha juga mempunyai beberapa
kelemahan.
35
Di antara kelemahan tersebut adalah yang pertama biaya bunga yang tinggi
, karena perusahaan sewa guna usaha juga memperoleh biaya dari bank, maka kedudukan lessor hanyalah sebagai perantara
saja bagi lessee. Untuk itu lessor akan mendapatkan keuntungan margin tertentu. Konsekuensinya, perhitungan bunga ataupun
34
Sunaryo, Op. Cit., h. 52-53.
35
Sunaryo, Op. Cit., h. 53.
kompensasi terhadap bunga dalam transaksi sewa guna usaha relative
lebih tinggi. Yang kedua biaya marginal tinggi, kedudukan lessor
sebagai perantara antara penyedia dana bank dengan pihak lessee, menyebabkan mata rantai distribusi dana menjadi lebih panjang.
Konsekuensinya tentu biaya akan menjadi lebih tinggi mengingat perantara juga memerlukan fee sebagai kompensasi atas jasa-jasanya.
Yang ketiga kurangnya perlindungan hukum, pengaturan sewa guna
usaha masih kurang memadai disbanding dengan sektor perbankan. Perlindungan hukum bagi para pihak hanya sebatas pada itikad baik
dari masing-masing pihak tersebut.
36
Selanjutnya ssesuai dengan hukum pasar, maka pihak yang kedudukannya lemah akan kurang terlindungi hak atau kepentingannya.
Akibat lain dari pengaturan yang masih kurang memadai ini adalah kurang terjaminnya unsur fairness, tidak predictable dan kurang adanya
kepastian hukum. Dan yang terakhir proses eksekusi yang sulit, dalam hal pembayaran cicilan macet, tidak ada suatu prosedur yang khusus
untuk eksekusi sewa guna usaha, sehingga jika terjadi sengketa harus diselesaikan lewat pengadilan. Ini tentu saja akan banyak
menghabiskan waktu dan biaya serta hasilnya tidak predictable yang bagi perusahaan sewa guna usaha sangat riskan. Selama sengketa,
barang modal berada pada status quo setelah adanya sita revindikator, yang berarti barang modal masih dikuasai oleh lessee dan nilai
ekonomisnya akan terus turun sebagai akibat terjadinya proses amortisasi.
37
36
Sunaryo, Loc. Cit.
37
Sunaryo, Op. Cit., h. 53-54.
F. Pihak-pihak Dalam Sewa Guna Usaha dan Syarat,