Konsep Sewa Guna Usaha Leasing

B. Konsep Sewa Guna Usaha Leasing

Konsep leasing yang di pergunakan di sini adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan kriteria sebagai pembiayaan perusahaan pembayaran sewa dilakukan secara berkala, penyediaan barang-barang modal, disertai dengan hak pilih atau hak opsi dan adanya nilai sisa yang disepakati. 11 Berbicara mengenai leasing, maka tentu akan diperhadapkan pula tentang apa itu leasing. Pengertian mengenai leasing sangat pula berbeda-beda, hal ini didasari dari berbagai perbedaan pengertian tentang leasing oleh banyak ahli. Walaupun secara sederhana apabila melihat dalam konteks yang terjadi di Indonesia sekarang bahwa leasing merupakan suatu lembaga pembiayaan. Menurut Subekti yang mengartikan leasing adalah “Perjanjian sewa-menyewa yang telah berkembang di kalangan pengusaha, di mana lessor pihak yang menyewakan, yang sering merupakan perusahaan leasing menyewakan suatu perangkat alat perusahaan mesin-mesin termasuk servis, pemeliharaan dan lain-lain kepada lessee penyewa untuk jangka waktu tertentu.” 12 Berdasarkan pengertian leasing di atas, Subekti menginstruksikan leasing tersebut sebagai berikut: 13 1. Leasing sama dengan sewa-menyewa; 11 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta Salemba Empat, 2006, h.190. 12 Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung, Alumni, 1985, h. 55. 13 Ibid., h. 57. 2. Subjek hukum yang terkait dalam perjanjian tersebut adalah pihak lessor dan lessee; 3. Objeknya perangkat perusahaan termasuk pemeliharaan dan lain- lain; 4. Adanya jangka waktu sewa. Sedangkan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa l easing adalah “suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal lessee menyewakan barang modal untuk usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu.” 14 Defenisi yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara pihak lesse dan pihak lessor. Oleh kerena itu antara pihak lessor dan lesse terdapat hubungan hukum sewa menyewa. Objek yang disewa adalah barang modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran ditentukan oleh para pihak. Lembaga pembiayaan diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 61 Tanggal 20 Desember 1988, dan dijabarkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251KMK.0131988 Tanggal 20 Desember 1988 junc to Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468KMK.0171995 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 15 Menurut pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Tahun 1988, yang di maksudkan dengan Lembaga Pembiayaan adalah: 14 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, Gadjah Mada, Yogyakarta, 1988, h. 28. 15 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, Cet. VIII, Rajawali, Jakarta, 2014, h. 105. “Badan Usaha yang melakukan kegiatann pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.” 16 Kata leasing berasal dari kata lease bahasa inggris yang berarti meyewakan. Oleh karena itu, maka yang di maksudkan dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut. 17 1. Pembayaran sewa dilakukan secara berkala; 2. Masa sewa guna usaha ditentukan minimal 1,3 tahun untuk barang modal golongan II dan III dan minimal 7 tahun untuk barang modal bangunan. Golongan jenis barang modal tersebut sesuai ketentuan Pajak Penghasilan; 3. Disertai dengan hak opsi, yaitu hak dari persuahaan pengguna barang modal untuk mengembalikan atau membeli barang modal yang disewa pada akhir jangka waktu perjanjian leasing. Dari pengertian di atas, ada beberapa pihak yang terkait dengan leasing ini, yaitu: 18 1. Lesse, yaitu perusahaan pengguna barang; 16 Pasal 1 ayat 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 1988 tentang Pembiayaan. 17 Zaeni Asyhadie, Op. Cit., h. 107. 18 Ibid. 2. Lessor, yaitu perusahaan lembaga pembiayaan atau penyandang dana; 3. Supplier, perusahaan penyedia barang; dan juga perusahaan asuransi; 4. Perusahaan asuransi. Secara umum sewa guna usaha merupakan suatu equipment funding, yaitu suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk peralatan atau barang modal pada perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi. Mengenai definisi sewa guna usaha ini ada banyak pendapat, berikut ini adalah kutipan dari beberapa pendapat tersebut. The Equipment Leasing Association di London, Inggris sebagaimana disitir oleh Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal 1994, hlm.8 memberikan definisi sebagai berikut: 19 “Leasing adalah perjanjian kontrak antara lessor dan lesee untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang di pilihditentukan oleh lesse. Hak atas pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor, Adapun lesee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu.” 20 Menurut Pasal 1 ayat 1 Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk 19 Sunaryo, Op. Cit., h. 47. 20 Ibid. digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasrkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan, atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasrkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. 21 Adapun dalam Pasal 1 angka 9 Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan ditentukan, bahwa perusahaan sewa guna usaha leasing company adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasrkan pembayaran secara berkala. 22 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dalam pengertian sewa guna usaha terkandung enam unsur, yaitu: 23 d. Pembiayaan perusahaan. Pembiayaan di sini tidak dilakukan dalam bentuk sejumlah dana, tetapi dalam bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan dalam proses produksi; e. Penyedian barang modal. Peralatan atau barang modal ini biasanya disedikan oleh pabrikan atau supplier atas biaya dari lesser untuk di pergunakan oleh lesse; f. Pembayaran sewa secara berkalah. lessee membayar harga barang modal kepada lessor secara angsuran, sebagai imbalan 21 Ibid. 22 Ibid. 23 Ibid., h. 48. penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa guna usaha; g. Jangka waktu tertentu, yaitu lamanya waktu sewa guna usaha yang dimulai sejak diterimanya barang modal oleh lessee sampai dengan perjanjian sewa guna usaha; h. Adanya hak pilih opsi bagi lessee. Pada akhir masa leasing, lessee mempunyai hak untuk menentukan apakah dia ingin membeli barang modal tersebut, memperpanjang perjanjian sewa guna usaha ataukah menembalikan barang modal tersebut kepada lessor; i. Nilai sisa residual value, yaitu nilai barang modal pada akhir masa sewa guna usaha yang telah disepakati oleh lessor dengan lessee pada awal masa sewa guna usaha.

C. Sejarah Sewa Guna Usaha Leasing Di Indonesia